" Sikap Muslimah Menghadapi Ujian"

 NOTULENSI KAJIAN ONLINE📿
GROUP TELAGA SURGA
🗓 : Ahad, 19 Maret 2017
⏰ : 19.30 wib sd selesai

📚 " Sikap Muslimah Menghadapi Ujian"
_👰🏻 : Ustadzah Irna

🎤 : Sholcan Ulfa
✍🏼 : Sholcan Arita

💞 Materi : 💞
Sahabat2ku.... Jama'ah TS yang dicintai Allaah....


Selama hayat masih di kandung badan, selama jantung masih berdetak dan darah masih mengalir,demikian pula selama nafas masih berhembus, adalah sebuah kemestian jika cobaan, rintangan,musibah demi musibah, silih berganti mendatangi kita,sebagaimana Allah firmankan : “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan” (QS Al-Anbiya’:35).
Tentang hal ini Ibnu Abbas berkata: “Kami akan mengujimu dengan kesulitan maupunkesenangan, kesehatan maupun penyakit, kekayaan ataupun kemelaratan, halal maupun haram,ketaatan maupun kemaksiyatan, perintah maupun larangan petunjuk maupun kesesatan, siapa yangsebenar-benarnya bertaqwa” .


Manusia hidup di dunia tidak lepas dari tiga hal: mendapat kesenangan, menghadapi kesulitan dan terjatuh dalam kesalahan.

 Dan disana ada ujian yang harus diselesaikan.

manusia dituntut untuk bersyukur jika mendapatkan kesenangan, harus bersabar jika menghadapi kesulitan, dan senantiasa bertobat meminta ampun atas kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan.

Begitulah seterusnya hingga kembali kepada Allah, Rabb yang akan membangkitkan, memperhitungkan, dan memberi mereka balasan.
Ujian Ilahi sejatinya adalah untuk penempaan dan tarbiyah manusia. Artinya ujian dan cobaan Ilahi adalah ruang-ruang untuk mentarbiyah, menempa dan menyempurnakan manusia.
Allah Swt menggunakan beberapa jalan dan cara untuk menguji manusia sesuai dengan kemampuannya.

Terkadang melalui berbagai kesulitan dan kesulitan hidup, terkadang dengan kebaikan dan keburukan, melalui banyaknya harta dan kekayaan, modal, anak, musibah dan lain sebagainya.

Hendaknya setiap kita yang berakal selalu mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Rabbnya. Hendaklah setiap kita selalu menyadari bahwa salama kita masih hidup di bumi ini, selama kita masih bernafas, sepanjang kita masih melalui hari demi hari, dan selama nyawa masih belum terlepas dari jasad, kita selalu menyadari bahwa kita akan terus diuji.
Dan ketahuilah, bahwa tujuan Allah memberikan ujian kepada kita adalah agar kita senantiasa kembali ke jalanNya yang benar dan lurus, agar kita terus merasa lemah dan merasa butuh kepada Allah, Rabb yang Maha mampu melakukan segala sesuatu.

وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Dan Kami uji mereka dengan [nikmat] yang baik-baik dan [bencana] yang jelek-jelek agar mereka kembali [kepada kebenaran].” (QS. Al A’raf: 168)

Kebanyakan manusia tidak lulus dalam menghadapi ujian hidup. Banyak dari mereka yang putus asa, tertekan, stress, gila bahkan membunuh diri.

Padahal jika sedikit mau menggunakan pikiran, tentu mereka menyadari bahwa hakekat ujian adalah wahana menaikkan kualitas diri.

Dan jika hidup tanpa ujian niscaya manusia pasti sombong, berbangga diri, bakhil, keras kepala, serta kufur.
Manusia yang tidak bersyukur atas nikmat dan tidak bisa sabar dalam menghadapi cobaan, musibah merupakan indikasi TIPISNYA iman.
Dan lebih parah lagi keadaan manusia yang ketika mendapat kenikmatan tidak beriman, mendapat musibah justru syirik.

 Di saat badan sehat enggan ibadah, giliran ditimpa sakit datang mencari bantuan paranormal dan jin.

Cobaan merupakan sunnatullah yang telah ditetapkan berdasarkan rahmat dan hikmah-Nya.

Sesungguhnya Allah tidak menetapkan sesuatu baik hal tersebut taqdir kauny maupun syar’i,melainkan di dalamnya terkandung kebaikan dan kasih sayang bagi hamba-Nya.

  Di balik semua taqdir yang Allah tetapkan kepada kita semua, tentu terkandung hikmah yang besar, yang tidak bisa dinalar oleh akal manusia.
Ibnu Qoyyim berkata: Andaikan kita bisa menggali hikmah di balik setiap kejadian danketentuan dalam ciptaan-Nya,maka tidak kurang dari ribuan hikmah yang kita bisa petik.
  
Namun akal ini amat terbatas, pengetahuan kita terlalu minim, serta ilmu semua makhluk akan sia-sia untuk mencurahkan kemampuannya jika dibanding dengan ilmu Allah.

Sebagaimana sia-sianya sinar lampu dibanding dengan sinar matahari. Sebagaimana jika telah terbit matahari kemanakah cahaya bintang.

Seorang muslim meyakini bahwa seorang muslim pasti mendapat ujian, sebagaimana seorang siswa sekolah pasti juga ujian;

 Sebagaimana Allah berfirman; ”Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al -‘Ankabut: 1-3)

” jika Allah menghendaki keburukan pada hamba-Nyaniscaya Allah akan mengakhirkan hukuman atas dosa-dosanya sehingga Allah akanmenyempurnakan hukuman baginya di akhirat kelak.” (HR. At-Tirmidzi).
Sahabat sahabat ku...

Hidup adalah ujian, jikalau memperhatikan realita sekarang ini khususnya pada masyarakat awam atau mengadakan penelitian maka akan diketahui kebanyakan di antara kita mendefinisikan/mengartikan bahwa ujian itu hanyalah sesuatu yang tidak disukai oleh manusia, padahal pada dasarnya ujian bukanlah hanya hal-hal yang tidak kita sukai saja. Ketahuilah ujian itu ada beberapa macam:

1. Ujian larangan Allah SWT, seperti larangan berzina, korupsi, membunuh, merampok mencuri, sogok-menyogok, dan segala kemaksiatan serta kezhaliman.

2. Ujian berupa Musibah. “Dan kami pasti menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, (QS. Al-Baqarah Ayat 55).

3. Ujian dari orang zhalim buat kita, baik kafirun (Orang yang tidak beragama Islam), musyrikun (Orang yang menyekutukan Allah SWT), Fasiqun (Menentang syariat Islam) maupun hasad (Dengki, iri hati).

4. Ujian Keluarga, suami, istri, dan anak, keluarga yang kita cintai bisa menjadi musuh kita karena kedurhakaannya kepada Allah SWT.

5. Ujian lingkungan, tetangga, pergaulan, tempat dan suasana kerja, termasuk sistem pemerintahan/keluarga, yang tidak sesuai dengan syariat Islam.

6. Perintah Allah kadang menjadi ujian juga, seperti Nabi Ibrahim diperintahkan Allah SWT menyembelih putra tercintanya bernama Ismail. Contoh lain yang sangat rasional ketika manusia diperintahkan untuk mengeluarkan sebagian hartanya demi menunaikan zakat, itu juga bisa menjadi ujian karena mungkin ada saja muslimin yang tidak merelakan hartanya disucikan dengan berzakat, naudzubiLLAHI min dzalik.

7. Dan yang terakhir seringkali manusia melalaikannya, membuat manusia lupa kepada Allah SWT.  Bahkan manusia terkadang lupa dari ujian ke-7 ini, jikalau tidak berpegang teguh kepada Al-Quran dan as-sunnah yaitu: Ujian Nikmat, sebagaimana Allah jelaskan dalam Surah al-Kahfi ayat (7)
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.”
Seseorang akan diuji dengan apa yang mereka memiliki. Ketika seseorang memiliki ilmu, maka dia akan diuji dengan ilmu tersebut sejauh mana ilmu itu bermanfaat, sebab ia mempunyai tanggung jawab yaitu menyampaikan ilmunya, menasihati.

 Berhati-hatilah dengan laku ini. Salah satu perbuatan yang Allah kecam adalah  seseorang yang mengatakan sesuatu padahal ia tidak melakukannya. Kebencian Allah sangat besar terhadap golongan ini (QS. As-shaf 2-3)

Ketika seseorang mempunyai harta maka dia akan diuji dengan sejauh mana ia mampu mendistribusikan hartanya kepada orang lain..?Sejauh mana harta itu bisa menyejahterakan keluarga, orang-orang lain yang membutuhkan.

Begitu pula sebaliknya ketika seseorang tidak mempunyai kekayaan dan hidup dalam kekurangan, kehidupan  seperti ini juga adalah ujian, sejauh mana ia mencari rezki Tuhan, sejauh mana dia berusaha dan berjuang merubah nasib, secara personal dan juga sosial, dan sejauh mana dia mampu menerima keadaan itu dengan penuh tawakal dan Ikhlas.”….. Allah tidak mungkin salah memilih orang….. siapa dan apa bentuk ujiannya……. Pemberian Allah ujian dan nikmatNya tidak dapat diperdebatkan! Menjadi pilihanNya, adalah anugerah, syukurilah! Tidak semua orang seberuntung orang yang mendapat ujian ….. Allah ingin mengangkat derajat orang yang diuji, keimanan dan ketaqwaannya…….” Yakinlah ketika ALLAH memberikan ujian ….. pasti disertai dengan jalan keluarnya. Bersabarlah…….! Fa Inna Ma’al usri Yusra…Sesungguhnya bersama kesulitan selalu ada kemudahan.
Sahabat sahabatku....

yakinlah bahwa Tuhan, Allah SWT menguji umatnya sesuai dengan kadar kemampuannya masing-masing لا يكلف الله الا وسعها QS. Al-Baqarah Ayat (286).

 Semakin tinggi tingkat kehidupan seseorang, maka semakin tinggi tanggung jawab dia. Semakin tinggi tanggung jawab, semakin tinggi ujian Tuhan berikan. Semakin tinggi jabatan, semakin tinggi tanggung jawab dan ujian. Semakin tinggi suatu pohon tumbuh semakin kencang angin menerpanya. Kurang lebih seperti itu kata pepatah.
Ujian, adalah bentuk kasih sayangNya dan hanya bisa dirasakan oleh orang yang dipilihNya. Karena Allah, ingin menguatkan kelemahan hamba yang disayangiNya. , ikhlas tawakal dan kesabaran yang kokoh amatlah dibutuhkan oleh seorang hamba dalam menghadapi badai cobaan yang menerpanya. Ujian demi ujian, badai demi badai hadapilah dengan ikhlas. Tawakal kepada Allah dan yang penting adalah bersabarlah … Kesabaran merupakan perkara yang amat dicintai oleh Allah dan sangat dibutuhkan seorang muslim dalam menghadapi ujian dan cobaan yang dialaminya.”… Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 146) والله يحب الصا برين
Kapan selesainya ujian ini…….? Kapan…… Ujian ini berakhir…..?

Di dalam surah al-Mulk dijelaskan bahwa Allah أحسن عملا  الذي خلق الموت والحياة ليبلوكم “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS Al-Mulk ayat 2)

Allah yang menciptakan mati dan hidup, maka al maut kalimat itulah yang diawalkan oleh Allah SWT.

 Penutupan ujian itu adalah pada saat kita meninggal, ketika kita meninggal dunia berarti seluruh soal-soal ujian sudah selesai,’’ Kita sudah tidak shalat lagi, tidak harus tadarus al-Quran lagi, tidak lagi harus mendidik istri dan anak ‘’ Sudah tertutuplah ujian.

Akan tetapi tidak berarti kita harus mati agar ujian usai karena Allah melarang seseorang untuk bunuh diri bahkan Allah SWT sangat menyayangi hambanya (An-Nisa Ayat 29).

Marilah kita menjadi muslim dan Mukmin dengan menganggap baik segala ketentuan Allah. Jika kesusahan itu menimpanya, maka dia bersabar atas ketentuan-ketentuan Allah dan senantiasa menanti pertolongan-Nya serta mengharapkan pahala Allah. Semua itu merupakan perkara yang baik baginya dan dia memperoleh ganjaran kebaikan selaku orang-orang yang bersabar.
Jika kesenangan itu mendatanginya, baik berupa kenikmatan agama; seperti ilmu, amalan shalih dan kenikmatan dunia; seperti harta, anak-anak dan keluarga, maka dia bersyukur lagi menjalankan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla.
Teman2ku yg dicintai

 Allaah... Allâh Azza wa Jalla tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya terbengkalai, tidak terurus.

 Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla mengajarkan kepada kaum Muslimin bagaimana cara menghadapi ujian tersebut. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan [Âli ‘Imrân/3 : 186]
Menghadapi semua ujian harus dengan kesabaran dan ketakwaan. Hukum bersabar dan bertakwa dalam menghadapi ujian bukan sunat, tetapi sesuatu yang wajib dikerjakan oleh seluruh orang Muslim.
Meskipun Allâh Ta’ala dengan hikmah-Nya yang Maha Sempurna telah menetapkan bahwa musibah itu akan menimpa semua manusia, baik orang yang beriman maupun orang kafir, akan tetapi orang yang beriman memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang kafir, yaitu ketabahan dan pengharapan pahala dari Allâh Ta’ala dalam menghadapi musibah tersebut.

Dan tentu saja semua ini akan semakin meringankan beratnya musibah tersebut bagi seorang Mukmin.

Seorang Mukmin harusnya mampu merenungi dan menghayati hikmah-hikmah agung yang Allâh Ta’ala jadikan dalam setiap ketentuan yang terjadi pada hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa.

 Dengan merenungi hikmah-hikmah tersebut, seorang Mukmin akan semakin yakin bahwa semua cobaan yang menimpanya pada hakikatnya adalah kebaikan bagi dirinya, untuk menyempurnakan keimanannya dan semakin mendekatkan diri-Nya kepada Allâh Ta’ala.

Semua ini, di samping akan semakin menguatkan kesabarannya, juga akan membuatnya selalu bersikap husnuzhann (berbaik sangka) kepada Allâh Ta’ala dalam semua musibah dan cobaan yang menimpanya.

Dengan sikap ini, Allâh Ta’ala akan semakin melipatgandakan balasan kebaikan baginya, karena Allâh Ta’ala memperlakukan seorang hamba sesuai dengan persangkaan hamba tersebut kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam sebuah hadits qudsi yang artinya:
“Aku (akan memperlakukan hamba-Ku) sesuai dengan persangkaannya kepada-Ku”.
Di antara hikmah yang agung tersebut adalah:

1.
Allâh Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan tersebut sebagai obat pembersih untuk mengeluarkan semua kotoran dan penyakit hati yang ada pada hamba-Nya. Kalau seandainya kotoran dan penyakit tersebut tidak dibersihkan maka dia akan celaka (karena dosa-dosanya), atau minimal berkurang pahala dan derajatnya di sisi Allâh Ta’ala. Jadi musibah dan cobaanlah yang membersihkan penyakit-penyakit itu, sehingga hamba tersebut meraih pahala yang sempurna dan kedudukan yang tinggi di sisi Allâh Ta’ala

2. Allâh Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan tersebut sebagai sebab untuk menyempurnakan penghambaan diri dan ketundukan seorang Mukmin kepada-Nya, karena Allâh Ta’alamencintai hamba- Nya yang selalu taat beribadah kepada-Nya dalam semua keadaan, susah maupun senang.Inilah makna sabda Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam :
“Sungguh mengagumkan keadaan seorang Mukmin, semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang Mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.”

3. Allâh Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan di dunia sebagai sebab untuk menyempurnakan keimanan seorang hamba terhadap kenikmatan sempurna yang Allâh Ta’ala sediakan bagi hamba-Nya yang bertakwa di surga kelak. Inilah keistimewaan surga yang sangat jauh berbeda keadaannya dengan dunia Allâh Ta’ala menjadikan surga-Nya sebagai negeri yang penuh kenikmatan yang kekal abadi, serta tidak ada kesusahan dan penderitaan padanya selamanya. Sehingga kalau seandainya seorang hamba terus-menerus merasakan kesenangan di dunia, maka tidak ada artinya keistimewaan surga tersebut, dan dikhawatirkan hatinya akan terikat kepada dunia, sehingga lupa untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang kekal abadi di akhirat nanti.Inilah di antara makna yang diisyaratkan dalam sabda Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam :
”Jadilah kamu di dunia ini seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.”
Dan untuk penutup uraian kita malam ini... Kita simak bagaimana sikap muslim menghadapai ujian...
Semoga nanti nya kita bisa bermuhasabah dibagian manakah kita berada dikala ujian menimpa
Dalam Al-Qaulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid, karya Syaikh Ibnu Utsaimin disebutkan 4 tingkat sikap manusia menghadapi ujian :

1. Marah

Tingkatan yang pertama adalah marah dengan takdir yang Allah berikan. Boleh jadi ia marah dalam hatinya dengan bergumam, boleh jadi ia ucapkan dengan lisannya. Orang yang marah dengan takdir Allah, maka ia dikhawatirkan terjerumus dalam perbuatan kesyirikan dengan sebab ia mencela takdir. Dan marah kepada takdir pada hakikatnya marah kepada Allah.

Allah Ta’ala berfirman,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
“Dan di antara manusia, ada yang menyembah Allah di pinggiran. Jika ia diberi nikmat berupa kebaikan, maka tenanglah hatinya. Namun jika ujian menimpanya, maka berubahlah rona wajahnya, jadilah ia merugi di dunia dan di akhirat.” (QS. Al-Hajj: 11).
Jika ia marah dengan lisannya, akan muncul kata-kata berupa umpatan, celaan, bahkan perkataan celaka dan yang semisal dengannya. Jika ia marah dengan perbuatannya, ia akan melakukan perbuatan seperti menampar pipi, merobek kerah baju, menarik narik rambut dan perbuatan yang semisal.

2. Sabar

Tingkatan kedua adalah sabar, sebagaimana ungkapan seorang penyair arab,
الصبر مثل اسمه مر مذاقته لكن عواقبه أحلى من العسل
Sabar itu memang seperti namanya (sebuah nama tumbuhan), yang rasanya pahit
Namun hasil dari kesabaran akan lebih manis dari madu
Ketika seseorang merasakan beratnya ujian dan tidak suka dengan ujian yang menimpanya, namun ia lebih memilih bersabar sehingga ia merasa ada atau tidaknya ujian sama saja. Meskipun ia tidak menyukainya, namun keimanannya menghalanginya untuk marah.

Bersabar ketika menghadapi cobaan hukumnya wajib, dan seseorang yang tidak bersabar ketika itu akan terjerumus dalam dosa. Dan sabar adalah tingkatan yang paling minimal yang dimiliki oleh seorang Muslim ketika menghadapi cobaan. Adapun tingkatan yang lebih tinggi dari sabar, hukumnya sunnah dan lebih afdhal (utama).

3. Ridha

Tingkatan ketiga lebih tinggi dari tingkatan sebelumnya, yaitu ridha. Ia jadikan ujian dan nikmat yang menimpanya sama saja, yaitu sama-sama bagian dari takdir dan ketetapan Allah, meskipun musibah tersebut membuat hatinya sedih, karena ia adalah seorang yang beriman pada qadha dan qadar.
Dimana saja Allah tetapkan qadha dan qadarnya, seperti tertimpa kesulitan atau mendapatkan kemudahan, tatkala mendapat nikmat atau sebaliknya yaitu tertimpa musibah, semua itu sama saja baginya. Bukan karena matinya hati, namun karena kesempurnaan ridha dengan takdir Allah, sebagai Rabb yang mengatur urusannya. Jika ia melihat dalam kacamata takdir Allah, baginya sama saja antara nikmat dan musibah. Sehingga hal inilah yang menjadi pembeda antara sabar dan ridha.

4. Syukur

Ini adalah tingkatan tertinggi dan yang paling utama dalam menghadapi cobaan. Karena ia bisa bersyukur atas musibah yang menimpanya. Oleh karena itu, ia bisa menjadi hamba Allah yang penuh rasa syukur ketika ia melihat masih banyak orang lain yang lebih berat musibahnya dibandingkan dirinya. Musibah dalam hal dunia lebih ringan dibandingkan musibah dalam hal agama, karena adzab di dunia lebih ringan dibandingkan adzab di akhirat.
Pada hakikatnya, musibah adalah penghapus dosa dan akan menjadi tambahan kebaikan di sisi Allah tatkala ia menjadi hamba yang bersyukur. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah suatu kelelahan, sakit, kesedihan, kegundahan, bahkan tusukan duri sekali pun, kecuali akan menjadi penghapus dosa baginya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
kita berharap bisa digolongkan minimal sebagai orang bersabar, tatkala tertimpa musibah, dan berusaha semaksimal mungkin menjadi orang yang ridha dan bersyukur tatkala tertimpa musibah. Semoga Allah hapuskan dosa kita semua dengan sebab musibah yang menimpa diri kita. Aamiin Ya Rabbal'alamiin.

💞 Tanya jawab : 💞
1⃣ Haifa
Assalamu'alaikum wr wb ndaa yg syantik kek anakny☺...terkait ujian, utk kita yg egois atau baperan...apa akan diuji jg atau dihadapkan sama org yg egois Dan baperan jg...karna itu akan menjadi ujiaan buat kita?....

🌺Jawab :

'Alaikumussalam neng...

Bisa jadi kita diuji dengan orang2 baperan dan egois, atau bisa juga kita diuji dengan hadirnya orang2 yg membuat kita benar2 baper , hingga kita terkadang lalai dlm mengingat Allaah karna baperan.  Hingga Allaah benar2 membiarkan kita dlm kondisi tersebut.

Sekarang timbul pertanyaaan kenapa kita baperan? Toh semua punya jalan hidup sendiri yang telah ditentukan Allaah? 

Wallahu a'lam


2⃣ Mei
Ustadzah..mei ingin bertanya..
bagaimana caranya/tips supaya kita bisa  bersabar??
misal ketika kita menasehati keluarga/saudara2 kita..tapi respon mereka kurang menyenangkan..

🌺Jawab :
Bersabar dalam menasehati ini mesti kita lakukan, kenapa? Karna membawa orang kepada jalan kebenaran itu memang sulit dan tak semudah membawa utk hura hura. Kita bisa belajar dari sabarnya Rasulullah dlm berdakwah. Tak ada kelelahan dan kesal yg beliau rasakan meski tak semua orang menerima dengan baik. Jgn kan menerima bahkan Rasulullah SAW dimusuhi bahkan diusahakan untuk dibunuh, setelah itu apakah Rasulullah terhenti? Tidak... Beliau tetap berdakwah, nah apakah semua menerima walau slalu didakwahi? Ternyata tidak...itu pertanda bahwa kita hanya bisa menyampaikan, tp hidayah itu milik Allaah Azza Wa jalla. Maka selain mengajak serta kan dengan doa kepada Allaah.

Wallahu a'lam

3⃣ refia
kira2 apa yang menjadi ciri2 klo kita telah terlepas/bebas dr ujian berat yg dihadapi?? 🤔

dan mungkinkah ada org yg gagal menghadapi ujian sehingga diberi ujian yg lebih berat dr yg sudah dihadapi?? 🤔

🌺Jawab :
Tidak ada ciri2 khusus kalo kita telah terlepas dari ujian berat, karna seperti yg telah dijelaskan diatas tadi bahwa selama kita masih bernafas ujian itu akan tetap ada, dari satu ujian ke ujian yang lain. Tak akan pernah kita terlepas dari yang namanya ujian. Yang ada adalah meningkatnya derajat kita dihadapan Allaah jika kita menerima setiap ujian itu dengan Penuh ketaqwaan dan kesabaran .

Adakah orang yg gagal menghadapi ujian? Tentu saja ada, yaitu orang orang yang  lemah iman dan aqidahnya. Mereka bahkan menuduh Allaah tidak adil padanya, menuduh Allaah dzalim padanya. Dan karna persangkaan nya itulah akhirnya Allaah menimpakan ujian yg lebih berat bahkan mungkin bisa dianggap adzab
Wallahu a'lam


4⃣ Lola
Bagaimna cara agar ikhlas dan sabar dalam menjalankan ujian dr Allah..padahal kita ud tau teori ttg ujian dr Allah tptetap aj pad diuji galaugunda gulana😬
🌺Jawab :
Caranya hanyalah meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allaah, meyakini qada dan qadar Allaah itu berlaku untuk hambaNya. Dan sabar serta ikhlas itu perlu belajar dan perlu tempaan tempaan... Untuk memperoleh pisau yg tajam, besi harus ditempa dgn api dan dihantam pake palu... Begitu jugalah untuk mendapatkan sabar dan ikhlas hati harus ditempa dan harus belajar terus menerus.

Dan yang paling penting kita sadari bahwa kita ini hanya lah seorang hamba , seorang hamba itu tak punya kekuatan dan kekuasaan apapun dihadapan tuannya. Begitulah kita dihadapan Allaah. Tak punya kuasa apapun. Jadi bersabarlah layaknya seorang hamba sahaya berhadapan dengan tuannya. Bahkan disaat dia harus dikebiripun dia harus menerima jika tuannya menghendaki.

Wallahu a'lam

5⃣ Zistah

Ustadzah...pake kisah ini yah...
# seorang lelaki memiliki sahabat baik tapi perempuan, nah lelaki ini akan berniat menikah dan dia menceritakan sahabatnya ini kepada calon istrinya. Dia berharap calon istrinya kelak juga bisa bersahabat baik dgn sahabatnya ini. Si lelaki ini beranggapan bahwa, perempuan ini butuh ilmu agama karna berlatar belakang dr keluarga katolik,  oleh karena itu perlu dibantu. Dan persahabatan mereka sdh sangat lama.

Pertanyaannya :
1. Apakah ini termasuk ujian sebelum pernikahan

2. Apa yang seharusnya dilakukan oleh lelaki ini?? Agar tidak melukai perasaan calon istrinya dan sahabatnya??

3. Apa yg semestinya dilakukan oleh si calon wanita, jika setelah menikah, mereka ttp bersahabat baik

🌺Jawab :
1. Bisa jadi ujian sebelum menikah, bisa juga bukan, karna pertemanan mereka jauh sebelum adanya rencana pernikahan tersebut.

2. Saat ini yg harus di pikirkan adalah perasaan calon istrinya, karna belum tentu calon istri bisa menerima kondisi tersebut karna adanya rasa cemburu dan ketakutan yang sangat wajar datang pada calon istrinya. Jadi cobalah terbuka dgn calon istri tentang itu semua. Calon suami tidak boleh egois juga jika calon istrinya tidak bisa menerima. Jangan paksakan jika calon istri menolak untuk berbaikan.

3. Jika bisa menerima yaa Alhamdulillah, namun jika tidak sebaiknya dikomunikasikan dgn suami, jangan sampai hal ini akan memicu konflik dalam rumah tangga.

Wallahu a'lam

6⃣ Susi
Ujian kan tdk harus berupa kesusahan, bs jg kesenangan, bagaimana caranya atau kiatnya agar kita bs menghadapi  ujian kesenangan ini, krn biasanya kita sering lupa.

🌺Jawab :
Untuk ujian kesenangan ini harus dengan memperbanyak syukur kepada Allaah, perbanyak sedekah, dan tumbuhkan rasa takut untuk terkena istijraj. Karna istijraj ini akan sangat melenakan kita.

Wallahu a'lam

7⃣ Yul
Bagaimna meyadarkan diri dari ujian yang Allah berikan baik itu dalam kesusahan maupun dalam kesenangan. Yang terkadang diri ini ngak stabil menjalankan ujian-Nya ?

🌺Jawab :
Jawaban hampir sama dgn no 4. Yaitu

Caranya hanyalah meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allaah, meyakini qada dan qadar Allaah itu berlaku untuk hambaNya. Dan sabar serta ikhlas itu perlu belajar dan perlu tempaan tempaan... Untuk memperoleh pisau yg tajam, besi harus ditempa dgn api dan dihantam pake palu... Begitu jugalah untuk mendapatkan sabar dan ikhlas hati harus ditempa dan harus belajar terus menerus.

Dan yang paling penting kita sadari bahwa kita ini hanya lah seorang hamba , seorang hamba itu tak punya kekuatan dan kekuasaan apapun dihadapan tuannya. Begitulah kita dihadapan Allaah. Tak punya kuasa apapun. Jadi bersabarlah layaknya seorang hamba sahaya berhadapan dengan tuannya. Bahkan disaat dia harus dikebiripun dia harus menerima jika tuannya menghendaki.

Wallahu a'lam

8⃣ Indika
Izin bertanya
Bagaimana memberitahu kekeluargaan tentang ujian  atau cobaan apabila keluarga berorientasi ke dunia? Artinya apa2 yg dilihat selalu dunia.
Hidup enak,sholat bolong2 gak pa2

🌺Jawab :

Bisa dibahas bersama sama  tentang bahaya istijraj mba, dan dakwahkan juga tentang hakikat penciptaan manusia ini untuk apa? Diskusikan juga bahwa dunia ini suatu saat akan Kita tinggalkan, tiada satu juapun yg bakal kita bawa kecuali hanyalah amalan2 kita, buka uang, bukan makanan enak yg bahkan makanan enak ini malah menjadi racun utk tubuh kita. Bukan juga mobil, bukan rumah, bukan baju, emas Permata,bukan pangkat dan jabatan... Sekali kali bukan,  yg akan kita bawa hanyalah amalan dan harta yg kita nafkahkan dijalan Allaah.

Mati itu satu kepastian... Neraka itu suatu kepastian namun surga wajib Kita perjuangkan... Tanpa perjuangan ngk akan ada surga untuk kita.

Wallahu a'lam

9⃣ Sulis
ustadzah mnta sran...
Bagaimana cara yg paling efektif buat menasehati temen agar kembali kejalan yg diridhoi Allah,agar dlm memberikan nshat dya gak terlalu skit hati jg slah faham...
Karna terkadang temen mrpakan ujian jg bgi qta...🙏

🌺Jawab
Na'am mba sulis... Sahabat itu ujian bagi kita. Nah bicara dgn sahabat ini susah susah gampang, karna dia tau kita dan kita tau dia, Kalo kita memang lebih baik dari dia mungkin sedikit bisa didengar, namun jika tidak maka ucapan Kita akan dianggap banyolan saja. Nah lebih baik mencontohkan amalan2 baik, dan mengajak dia untuk sering sering ke majlid ilmu dan diskusi dgn ustadzah dan jangan lupa doakan , mohon kepada Allaah agar memberi hidayah.

Wallahu a'lam

💞 Cloosing statement : 💞
                «««««»»»»»


〰〰〰〰〰〰➰

FB : Telaga Surga

IG : Telaga_Surga

Blog : http://telagasurga17.blogspot.co.id/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Thibbun Nabawi

8 Ciri-Ciri Ayah Yang Hebat

Qowiyul Azam