Marhalah Makkiyah

✍๐Ÿผ *NOTULENSI KAJIAN ONLINE*๐Ÿ“ฟ
*GROUP TELAGA SURGA*
๐Ÿ—“ :  Selasa, 31 Oktober 2017
⏰ : 19.30 wib sd selesai

๐Ÿ“š *MARHALAH MAKKIYAH*
๐Ÿ‘ณ : *Ust. Farid Nu'man*


๐Ÿ’ž *Materi* ๐Ÿ’ž

๐Ÿ’ข๐Ÿ’ข๐Ÿ’ข๐Ÿ’ข๐Ÿ’ข

*๐ŸŒธMukadimah*

๐Ÿ“Œ Marhalah Da'wah itu proses yang syar'i (Sunnah Syar'iyyah). Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman:

ูˆَุฃَู†ْุฐِุฑْ ุนَุดِูŠุฑَุชَูƒَ ุงู„ْุฃَู‚ْุฑَุจِูŠู†َ

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat. (QS. Asy Syu'ara: 214)

๐Ÿ“ŒMarhalah Da'wah itu proses yang alami (Sunnatullah fil Kaun), apa yang ada dalam jagat raya pun terjadi secara bertahap.

ูَู‚َุถَุงู‡ُู†َّ ุณَุจْุนَ ุณَู…َุงูˆَุงุชٍ ูِูŠ ูŠَูˆْู…َูŠْู†ِ ูˆَุฃَูˆْุญَู‰ٰ ูِูŠ ูƒُู„ِّ ุณَู…َุงุกٍ ุฃَู…ْุฑَู‡َุง ۚ ูˆَุฒَูŠَّู†َّุง ุงู„ุณَّู…َุงุกَ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ุจِู…َุตَุงุจِูŠุญَ ูˆَุญِูْุธًุง ۚ ุฐَٰู„ِูƒَ ุชَู‚ْุฏِูŠุฑُ ุงู„ْุนَุฒِูŠุฒِ ุงู„ْุนَู„ِูŠู…ِ

Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian langit yang dekat (dengan bumi), Kami hiasi dengan bintang-bintang, dan (Kami ciptakan itu) untuk memelihara. Demikianlah ketentuan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui. (QS. Fushilat: 12)

๐Ÿ“ŒAllah Ta'ala juga menciptakan manusia dalam perut ibunya secara bertahap. Tidak langsung jadi bayi.

ูˆَู„َู‚َุฏْ ุฎَู„َู‚ْู†َุง ุงู„ْุฅِู†ْุณَุงู†َ ู…ِู†ْ ุณُู„َุงู„َุฉٍ ู…ِู†ْ ุทِูŠู†ٍ
ุซُู…َّ ุฌَุนَู„ْู†َุงู‡ُ ู†ُุทْูَุฉً ูِูŠ ู‚َุฑَุงุฑٍ ู…َูƒِูŠู†ٍ
ุซُู…َّ ุฎَู„َู‚ْู†َุง ุงู„ู†ُّุทْูَุฉَ ุนَู„َู‚َุฉً ูَุฎَู„َู‚ْู†َุง ุงู„ْุนَู„َู‚َุฉَ ู…ُุถْุบَุฉً ูَุฎَู„َู‚ْู†َุง ุงู„ْู…ُุถْุบَุฉَ ุนِุธَุงู…ًุง ูَูƒَุณَูˆْู†َุง ุงู„ْุนِุธَุงู…َ ู„َุญْู…ًุง ุซُู…َّ ุฃَู†ْุดَุฃْู†َุงู‡ُ ุฎَู„ْู‚ًุง ุขุฎَุฑَ ۚ ูَุชَุจَุงุฑَูƒَ ุงู„ู„َّู‡ُ ุฃَุญْุณَู†ُ ุงู„ْุฎَุงู„ِู‚ِูŠู†َ

Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.
(QS. Al Mu'minun: 12-14)

๐Ÿ“ŒSaat hidup di dunia pun kita mengalami kehidupan yang bertahap, bayi, anak, remaja dewasa, tua.

*Durus wa 'Ibar (Pelajaran dan hikmah)*

๐Ÿ’ฆMaka, tidak selayaknya seorang muslim terburu-buru dalam da'wah.

๐Ÿ’ฆTidak selayaknya pula seorang muslim menuduh yang tidak-tidak terhadap strategi dan proses da'wah yang dilakukan saudaranya.

*๐ŸŒธMarhalah Makkiyah (Fase Da'wah di Mekkah)*

๐Ÿ“ŒMekkah adalah kota perdagangan dan gembala. Kehidupannya masyarakatnya nomaden. Banyak suku dan kabilah. Pada masa jahiliyah sering terjadi perang saudara.

๐Ÿ“ŒDa'wah Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam dikota Mekkah sangat keras penentangannya seiring watak keras masyarakatnya. Oleh karena itu di fase ini tidak terlalu banyak pengikut dan berkali-kali ditindas, diusir, dan embargo.

*Sisi Objek Da'wah*

๐Ÿ“ŒDa'wah Islam masih bersifat sembunyi-sembunyi (Sirriyatud Da'wah), demi menjaga keamanannya (amniyatud da'wah).

๐Ÿ“ŒZona yang dida'wahi juga bukan orang jauh, tapi keluarga dulu. Oleh karena itu, yang menyambut da'wah Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam juga orang dekat, yaitu Khadijah (istri), Ali (keponakan), Zaid bin Haritsah (anak angkat), dan Abu  Bakar Ash Shiddiq.

๐Ÿ“ŒSebagai fondasi da'wah ini sangat penting, sebab support keluarga merupakan amunisi ruhiyah yang paling berpengaruh terhadap jiwa.

๐Ÿ“ŒSetelah ini kuat, barulah da'wah melebar kepada kerabat jauh, tetangga, dan masyarakat Mekkah. Dimulai dari rumah Arqam bin Abi Arqam seorang remaja tapi pengusaha.

๐Ÿ“ŒYang menyambut da'wah Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam rata-rata anak muda, dan orang Dhu'afa. Tidak seberapa yang kaya, seperti Abu Bakar, 'Utsman, dan Abdurrahman bin 'Auf.

*Durus wa 'Ibar:*

๐Ÿ’ฆJanganlah melupakan da'wah di  keluarga, sebab Allah Ta'ala berfirman:

ูŠَุง ุฃَูŠُّู‡َุง ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุขู…َู†ُูˆุง ู‚ُูˆุง ุฃَู†ْูُุณَูƒُู…ْ ูˆَุฃَู‡ْู„ِูŠูƒُู…ْ ู†َุงุฑًุง

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.. (QS. At Tahrim: 6)

๐Ÿ’ฆJangan melupakan da'wah kepada masyarakat, sebab da'wah butuh dukungan banyak manusia.

๐Ÿ’ฆJangan mencari musuh sebab musuh tanpa dicari pun sudah sedemikian banyak. Maka, pandai-pandailah menjaga kerahasiaan da'wah di saat masih sedikit dan lemah.

*Pentingnya Back Up Da'wah*

๐Ÿ“ŒSaat masih lemah, da'wah mesti amat sangat dijaga. Termasuk juga dijaga keamanannya secara politik. Maka, dari itu di antara tokoh-tokoh yang di da'wahi tidak tanggung-tanggung; Abu Thalib, Abu Jahal, dan Abu Sufyan. Dari ketiganya, hanya Abu Thalib yg mau melindungi walau tidak mau masuk Islam. Ini sebuah poin tersendiri mengingat Abu Thalib adalah tokoh Bani Hasyim yg disegani di Mekkah.

๐Ÿ“ŒPemuda yang juga masuk Islam adalah Umar bin Khattab Radhiyallahu 'Anhu. Ini amunisi sangat berarti. Sampai Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu mengatakan bahwa Umat Islam senantiasa berwibawa sejak masuk Islamnya Umar.

๐Ÿ“ŒSecara komunitas, Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam juga dibantu oleh Bani Khuza'ah, untuk melawan Bani - Bani memusuhi Islam. Bani Khuza'ah adalah musyrik, tp permusuhan mereka tidak sekeras lainya. (Kemudian hari Bani Khuza'ah juga memerangi kaum muslimin di perang Hunain, setelah Fathul Makkah).

๐Ÿ“ŒIni merupakan upaya memanfaatkan kekuatan musuh untuk melawan musuh. Secara strategi perang, ini merupakan taktik luar biasa dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

*Durus wa 'Ibar*

๐Ÿ’ฆKenyataan ini menunjukkan orang kafir itu beragam, sebagaimana beragamnya manusia secara umum. Mereka ada yang memusuhi Islam, netral, mendukung Islam walau tidak masuk Islam

๐Ÿ’ฆHendaknya umat Islam mampu menjadikan potensi yang sebenarnya "memusuhi", bisa diubah dan dijadikan senjata bagi kaum muslimin ..

๐Ÿ’ฆJangan alergi politik, sebab da'wah mesti dijaga oleh kekuatan. Oleh krn itu kata Imam Al Ghazali agama dan negara adalah dua saudara kembar.

*Konten Da'wah*

๐Ÿ“ŒFase Makkiyah, titik utama da'wah adalah tauhid. Keimanan kepada Allah, Nabi, Al Qur'an, hari akhir, dan konten aqidah lainnya.

๐Ÿ“ŒIni sangat vital sebagai asas kepribadian muslim dan masyarakat muslim. Maka, tidak dibenarkan da'wah melewati konten-konten ini. Sebab ini adalah Ushul, hal pokok dalam agama.

๐Ÿ“ŒPembahasan tentang fiqih, hudud, jihad, dan pembebanan lainnya belum disampaikan kecuali saat mereka sudah siap. Shalat wajib yang lima saja disyariatkan saat Isra Mi'raj, yaitu tahun 11 fase Makkiyah.

*Durus wa 'Ibar*

๐Ÿ’ฆTanamkanlah aqidah agar lahir cinta kepada Allah, Rasul, dan Islam

๐Ÿ“ŒMasalah2 fiqih dan cabang akan mengikuti nantinya, sebab kalau sudah cinta maka mereka akan mencari sendiri untuk mengetahuinya

*Menjelang Hijrah*

๐Ÿ“ŒSelama di Mekkah ada dua hijrah kecil, sebelum hijrah ke Madinah. Yaitu ke Habasyah/Etiopia, yang dipimpin oleh Ja'far bin Abi Thalib. Lalu ke Thaif tempatnya Bani Tsaqif, dipimpin Nabi Shalallahu'Alaihi wa Sallam.

๐Ÿ“ŒHijrah menunjukkan cara yang mungkin ditempuh utk menyelamatkan da'wah jika memang masyakarat sangat keras penolakannya, sekaligus membuka lahan baru.

๐Ÿ“ŒHijrah Nabi ke Madinah, menunjukkan bahwa Mekkah memang bukan daerah subur bagi da'wah. Madinah dipilih Krn masyarakatnya yg petani, relatif lebih lembut dan mudah menerima dibanding pedagang di Mekkah.

๐Ÿ“ŒNabi Shallallahu'Alaihi wa Sallam menyiapkan secara matang utk hijrah, mulai dari yg mengcontioning keislaman Madinah, yaitu Mush'ab bin Umair Radhiallahu 'Anhu. Yang menemani Nabi yaitu Abu Bakar, yang memberikan rute yaitu Abdullah bin Uraiqit (seorang musyrik Mekkah), dan melibatkan wanita untuk urusan makanan, Asma binti Abu Bakar. Serta Umar bin Khathab yg hijrah paling akhir, sebab dia seorang yang amat ditakuti oleh penduduk Mekkah.

*Durus wa 'Ibar*

๐Ÿ’ฆJangan putus asa dalam da'wah, bumi Allah itu luas

๐Ÿ’ฆCarilah tempat yang lebih kondusif bagi da'wah Islam

๐Ÿ’ฆDa'wah tidak boleh berhenti bagaimana pun keadaannya

Wallahu a'lam


๐Ÿ’ž *Tanya Jawab :* ๐Ÿ’ž

1⃣Nur
Aslm ustad..sy mau tanya bagaimana caranya dakwah kpd keluarga....kpd orang lain kita bisa berdakwah..kekeluarga sendiri kita susah..bahkan menganggap sy sudah berbeda aliran...kami sekeluarga dididik di lingkungan nahdiyin..syukron

▶Jawab :

Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ...

Allah Ta'ala memberikan banyak jalan untuk mengetuk hati manusia. Jika keluarga kita sdh memiliki pemikiran dan fiqihnya sendiri, maka ketuklah hati mereka dgn pesona akhlak kita. Tutur kata yg baik, perilaku yg baik, dsb. Hal ini mampu mereduksi kecurigaan dan anggapan miring ttg kita. Hasilnya bisa jd lama, tp itu lebih baik daripada mrka memusuhi. "Mendakwahkan" keluarga kadang sekedar menjadikan mereka tidak menjadi musuh saja sudah hasil yg lumayan. Paling tidak, kaki kita tidak berpijak di keluarga yang penuh duri.

Maka kuasailah mrk dgn akhlak yg mulia.

Wallahu a'lam

2⃣Aliza
Assalamualaikum ustad,sy erna mau tny..dakwah itu harus dr klurga sendiri..bgmn jika kita dakwa tetapi anak kita di ajarkan ke org lain..jika kita sibuk kerja dll...dan wkt kita dakwah itu bgmn jika hati kita ktg ikhlas krn apa yg kita dapat seperti transport itu tdk sesuai dgn yg kita lakukan,contoh guru yg gajinya sgt sedikit sekali untk tranport pulang pergi saja cukupnya

▶Jawab :

Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ...

Untuk *"mengajarkan"* anak, mengubahnya dari tidak tahu menjadi tahu tidak masalah anak kita diajar oleh org lain. Bs jadi memang mereka lebih punya kapasitas untuk itu. Ulama terdahulu juga sering masa-masa kecil mereka dititipkan di kuttab para ulama oleh orang tua mereka.

Ada pun untuk *"mendidik",* maka orang tualah yang paling bertanggungjawab. Membentuk mereka menjadi seperti apa, ayah ibunya mesti punya proyeksi yang mesti diawasi terus. Kesibukan orang tua bukan halangan untuk mendidik; yaitu dgn memberikan keteladanan (teladan dalam tutur kata, pakaian, bertetangga, makan minum, dll), mengingatkan mereka saat lalai, mendorong mrk utk berprestasi, dsb.

Jadikan setiap pertemuan adlh pertemuan yg berkualitas  walau singkat. Khususnya buat para ayah.

Kemudian ..

Adanya _fee_ saat kita mengajarkan Al Qur'an, agama, dll, adalah hak yang dibolehkan. Tp, sebaiknya tidak menjadikan itu sebagai satu-satunya nafkah. Sebab, para ulama terdahulu mereka dagang, jd kuli, .. ini lebih memiliki 'izzah dibanding org yg hanya mengandalkan hidupnya dari amplop ceramah.

Sebab saat amplopnya tdk seberapa maka itu menjadi ujian atas keikhlasan. Kita bs lulus, bs juga tidak lulus ujian. Maka, nikmatilah, buru-buru istighfar jika ada kekecewaan di hati .. sebab khawatir itu was was syetan agar kita tidak lagi kembali ke situ.  Sebab, da'wah itu sejatinya justru banyak tantangan dan halangan, bukan bertabur hiburan dan kesenangan.

Wallahu a'lam

3⃣novrina
tanya ustadz
Cara dakwah apa yg paling baik utk kids zaman now ?

▶Jawab :

Masing-masing zaman ada tantangan dan peristiwanya. Masing-masing peristiwa dan tantangan ada para pelakunya, dan diantara pelakunya adalah anak-anak remaja.

Keberadaan mereka sering dianggap sebuah fase mengerikan, dgn segudang catatan kenakalan remaja. (Padahal kenakalan orang tua juga tdk sedikit dan tidak kalah seramnya).

Mendakwahkan anak remaja janganlah _nge-boss_, tp lebih pas dengan pendampingan.

Tidak steril dgn keadaan tapi berikan imunitas.a

Manfaatkan dan kuasai sarana yang ada, yaitu sarana yg dikuasai oleh remaja. Minimal kita tahu walau belum ahlinya.

Demikianlah. Wallahu a'lam


4⃣๐Ÿ™‹๐Ÿป ijin bertanya

Bagaimana memahami dakwah dimasa sekarang yg ditawarkan begitu beragam. Dan juga kadang mengklaim sebagai yang terbaik. Sering juga saling menghujat antar kelompok. Bingung mana sebenarnya yg baik.

▶Jawab :

Selama sebuah gerakan da'wah msh berpedoman kepada Al Qur'an, As Sunnah, dan bimbingan para ulama maka itu baik. Mereka semua ahlul Haq.

Ada pun ekstrimitas sebagian anggota atau pengikutnya, memang selalu ada di setiap zaman. Org-org yang menganggap kelompoknya paling benar, paling Sunnah, dan paling Shahih ..

Tapi, di tengah kita masih banyak org2 yang moderat, pertengahan .. memandang saudaranya dgn mata hormat dan cinta, dan memandang diri sendiri dgn penuh merasa kurang .. nah, kepada mereka ini kita msh bisa berharap dan berjalan bersama tanpa menghujat satu sama lain.

Wallahu a'lam

5⃣๐Ÿ™‹๐Ÿป Anis
Bagaimanakah seharusnya berda'wah yg baik?
Adakah psikologi dlm berdakwah?

Bagaimana bid'ah khasanah?
Apa hukumnya mengamalkan bid'ah2 meski itu bid'ah khasanah?
sedangkan sy pernah dengar pd suatu kajian,
Apapun kl itu bid'ah gak boleh diamalkan&dikerjakan

▶Jawab :

Da'wah yg baik tentu yg seperti Allah Ta'ala perintahkan. Yaitu bil hikmah (dengan bijaksana), mau'izhah al hasanah (pelajaran yg baik), jaadilhum billatiy hiya Ahsan (berdebat dgn  cara terbaik).

Jangan terburu-buru ingin memetik hasil. Misal, hari ini kita mengajak, besok sudah lgsung pake hijab. Kalau laki, hari ini kita memberikan nasihat besok sdh tidak lagi merokok. Tidak begitu, walau syukur2 smg bisa saja begitu. Tugas kita adalah mengajak, mengingatkan, dan _memberikan teladan_, hasil serahkan kepada Allah.

Psikologi da'wah jelas ada. Nabi sgt perhatian dgn ini. Ajakan2 Nabi kpd para sahabat sangat memperhatikan kondisi orgnya. Dalam satu masalah kadang nabi memberikan solusi yg beda krn perbedaan manusianya. Kadang nabi katakan, sedekah terbaik adalah sedekah kpd keluarga sendiri, dlm kesempatan lain sedekah dlm keadaan kita juga butuh, dlm kesempatan lain sedekah air, dst. Ini krn beda situasi.

Da'wah itu bukan hanya transfer ilmu, tp transfer budaya kebaikan. Ibaratnya Seseorang ingin memberikan baju ke org lain, tentu dia harus memperhatikan ukuran tubuh org lain tsb, jgn pakai ukuran sendiri. Agar pakaian itu bisa dipakai dan bermanfaat.

Ada pun bid'ah Hasanah, keberadaannya diperselisihkan ulama, sebagian mengakui keberadaannya.

Lengkapnya ini ๐Ÿ‘‡
 *๐Ÿƒ๐ŸŒปPembagian Bid'ah: Bid'ah Hasanah dan Bid'ah Sayyiah๐ŸŒป๐Ÿƒ*

๐Ÿพ๐Ÿพ๐Ÿพ๐Ÿพ๐Ÿพ๐Ÿพ

๐Ÿ“Œ Imam Asy Syafi’i dan Imam As Suyuthi Rahimahumallah

                Berkata Imam As Suyuthi Rahimahullah sebagai berikut:

ูˆุงู„ุญูˆุงุฏุซ ุชู†ู‚ุณู… ุฅู„ู‰: ุจุฏุนุฉ ู…ุณุชุญุณู†ุฉ، ูˆุฅู„ู‰ ุจุฏุน ู…ุณุชู‚ุจุญุฉ، ู‚ุงู„ ุงู„ุฅู…ุงู… ุงู„ุดุงูุนูŠ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡: ุงู„ุจุฏุนุฉ ุจุฏุนุชุงู†: ุจุฏุนุฉ ู…ุญู…ูˆุฏุฉ، ูˆุจุฏุนุฉ ู…ุฐู…ูˆู…ุฉ، ูู…ุง ูˆุงูู‚ ุงู„ุณู†ุฉ ูู‡ูˆ ู…ุญู…ูˆุฏ، ูˆู…ุง ุฎุงู„ู ุงู„ุณู†ุฉ ูู‡ูˆ ู…ุฐู…ูˆู…. ูˆุงุญุชุฌ ุจู‚ูˆู„ ุนู…ุฑ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡: ู†ุนู…ุช ุงู„ุจุฏุนุฉ ู‡ุฐู‡. ูˆู‚ุงู„ ุงู„ุฅู…ุงู… ุงู„ุดุงูุนูŠ ุฃูŠุถุงً ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ุนู†ู‡: ุงู„ู…ุญุฏุซุงุช ููŠ ุงู„ุฃู…ูˆุฑ ุถุฑุจุงู†: ุฃุญุฏู‡ู…ุง ู…ุง ุญุฏุซ ูŠุฎุงู„ู ูƒุชุงุจุงً ุฃูˆ ุณู†ุฉ ุฃูˆ ุฃุซุฑุงً ุฃูˆ ุฅุฌู…ุงุนุงً ูู‡ุฐู‡ ุงู„ุจุฏุนุฉ ุงู„ุถู„ุงู„ุฉ. ูˆุงู„ุซุงู†ูŠ: ู…ุง ุฃุญุฏุซ ู…ู† ุงู„ุฎูŠุฑ ู„ุง ุฎู„ุงู ููŠู‡ ู„ูˆุงุญุฏ ู…ู† ู‡ุฐุง ูู‡ูŠ ู…ุญุฏุซุฉ ุบูŠุฑ ู…ุฐู…ูˆู…ุฉ.

 "Perkara-perkara yang baru terbagi atas bid’ah yang baik dan bid’ah yang buruk. Berkata Imam Asy Syafi’i Radhiallahu ‘Anhu: “Bid’ah itu ada dua; bid’ah terpuji dan bid’ah tercela. Maka, apa-apa saja yang sesuai dengan sunah maka itu terpuji, dan apa-apa saja yang menyelisihi sunah maka itu tercela.” Beliau beralasan dengan ucapan Umar Radhiallahu ‘Anhu: “Sebaik-baiknya bid’ah adalah ini.” Imam Asy Syafi’i Radhiallahu ‘Anhu juga berkata: “Hal-hal yang baru itu ada dua segi; pertama, apa-apa saja yang menyelisihi Al Quran, As Sunnah, Atsar, Ijma’, maka inilah bid’ah dhalalah (sesat). Kedua, apa-apa saja perbuatan baru yang baik, yang tidak menyelisihi satu saja dari sumber itu, maka perkara baru tersebut tidaklah tercela.”  (Imam As Suyuthi, Al Amru ‘bil Ittiba’ wan Nayu ‘anil Ibtida’, Hal. 6. Juga Imam Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, 13/253. Darul Fikr)

๐Ÿ“Œ Imam Izzudin bin Abdussalam , dalam Kitab Qawa’idul Ahkam fii Mashalihil Anam berkata:

ูَุตْู„ٌ ูِูŠ ุงู„ْุจِุฏَุนِ ุงู„ْุจِุฏْุนَุฉُ ูِุนْู„ُ ู…َุง ู„َู…ْ ูŠُุนْู‡َุฏْ ูِูŠ ุนَุตْุฑِ ุฑَุณُูˆู„ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ .
ูˆَู‡ِูŠَ ู…ُู†ْู‚َุณِู…َุฉٌ ุฅู„َู‰ : ุจِุฏْุนَุฉٌ ูˆَุงุฌِุจَุฉٌ ، ูˆَุจِุฏْุนَุฉٌ ู…ُุญَุฑَّู…َุฉٌ ، ูˆَุจِุฏْุนَุฉٌ ู…َู†ْุฏُูˆุจَุฉٌ ، ูˆَุจِุฏْุนَุฉٌ ู…َูƒْุฑُูˆู‡َุฉٌ ، ูˆَุจِุฏْุนَุฉٌ ู…ُุจَุงุญَุฉٌ ، ูˆَุงู„ุทَّุฑِูŠู‚ُ ูِูŠ ู…َุนْุฑِูَุฉِ ุฐَู„ِูƒَ ุฃَู†ْ ุชُุนْุฑَุถَ ุงู„ْุจِุฏْุนَุฉُ ุนَู„َู‰ ู‚َูˆَุงุนِุฏِ ุงู„ุดَّุฑِูŠุนَุฉِ : ูَุฅِู†ْ ุฏَุฎَู„َุชْ ูِูŠ ู‚َูˆَุงุนِุฏِ ุงู„ْุฅِูŠุฌَุงุจِ ูَู‡ِูŠَ ูˆَุงุฌِุจَุฉٌ ، ูˆَุฅِู†ْ ุฏَุฎَู„َุชْ ูِูŠ ู‚َูˆَุงุนِุฏِ ุงู„ุชَّุญْุฑِูŠู…ِ ูَู‡ِูŠَ ู…ُุญَุฑَّู…َุฉٌ ، ูˆَุฅِู†ْ ุฏَุฎَู„َุชْ ูِูŠ ู‚َูˆَุงุนِุฏِ ุงู„ْู…َู†ْุฏُูˆุจِ ูَู‡ِูŠَ ู…َู†ْุฏُูˆุจَุฉٌ ، ูˆَุฅِู†ْ ุฏَุฎَู„َุชْ ูِูŠ ู‚َูˆَุงุนِุฏِ ุงู„ْู…َูƒْุฑُูˆู‡ِ ูَู‡ِูŠَ ู…َูƒْุฑُูˆู‡َุฉٌ ، ูˆَุฅِู†ْ ุฏَุฎَู„َุชْ ูِูŠ ู‚َูˆَุงุนِุฏِ ุงู„ْู…ُุจَุงุญِ ูَู‡ِูŠَ ู…ُุจَุงุญَุฉٌ ، ูˆَู„ِู„ْุจِุฏَุนِ ุงู„ْูˆَุงุฌِุจَุฉِ ุฃَู…ْุซِู„َุฉٌ .
ุฃَุญَุฏُู‡َุง : ุงู„ِุงุดْุชِุบَุงู„ُ ุจِุนِู„ْู…ِ ุงู„ู†َّุญْูˆِ ุงู„َّุฐِูŠ ูŠُูْู‡َู…ُ ุจِู‡ِ ูƒَู„َุงู…ُ ุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَูƒَู„َุงู…ُ ุฑَุณُูˆู„ِู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ، ูˆَุฐَู„ِูƒَ ูˆَุงุฌِุจٌ ู„ِุฃَู†َّ ุญِูْุธَ ุงู„ุดَّุฑِูŠุนَุฉِ ูˆَุงุฌِุจٌ ูˆَู„َุง ูŠَุชَุฃَุชَّู‰ ุญِูْุธُู‡َุง ุฅู„َّุง ุจِู…َุนْุฑِูَุฉِ ุฐَู„ِูƒَ ، ูˆَู…َุง ู„َุง ูŠَุชِู…ُّ ุงู„ْูˆَุงุฌِุจُ ุฅู„َّุง ุจِู‡ِ ูَู‡ُูˆَ ูˆَุงุฌِุจٌ .
ุงู„ْู…ِุซَุงู„ُ ุงู„ุซَّุงู†ِูŠ : ุญِูْุธُ ุบَุฑِูŠุจِ ุงู„ْูƒِุชَุงุจِ ูˆَุงู„ุณُّู†َّุฉِ ู…ِู†ْ ุงู„ู„ُّุบَุฉِ .
ุงู„ْู…ِุซَุงู„ُ ุงู„ุซَّุงู„ِุซُ : ุชَุฏْูˆِูŠู†ُ ุฃُุตُูˆู„ِ ุงู„ْูِู‚ْู‡ِ .
ุงู„ْู…ِุซَุงู„ُ ุงู„ุฑَّุงุจِุนُ : ุงู„ْูƒَู„َุงู…ُ ูِูŠ ุงู„ْุฌُุฑْุญِ ูˆَุงู„ุชَّุนْุฏِูŠู„ِ ู„ِุชَู…ْูŠِูŠุฒِ ุงู„ุตَّุญِูŠุญِ ู…ِู†ْ ุงู„ุณَّู‚ِูŠู…ِ ، ูˆَู‚َุฏْ ุฏَู„َّุชْ ู‚َูˆَุงุนِุฏُ ุงู„ุดَّุฑِูŠุนَุฉِ ุนَู„َู‰ ุฃَู†َّ ุญِูْุธَ ุงู„ุดَّุฑِูŠุนَุฉِ ูَุฑْุถُ ูƒِูَุงูŠَุฉٍ ูِูŠู…َุง ุฒَุงุฏَ ุนَู„َู‰ ุงู„ْู‚َุฏْุฑِ ุงู„ْู…ُุชَุนَูŠَّู†ِ ، ูˆَู„َุง ูŠَุชَุฃَุชَّู‰ ุญِูْุธُ ุงู„ุดَّุฑِูŠุนَุฉِ ุฅู„َّุง ุจِู…َุง ุฐَูƒَุฑْู†َุงู‡ُ .

Pembahasan tentang Macam bid’ah-bid’ah

Bid’ah adalah perbuatan yang belum pernah ada pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Bid’ah terbagi atas: bid’ah wajib, bid’ah haram, bid’ah mandub (sunah), bid’ah makruh, dan bid’ah mubah. Untuk memahami ini, kita mengembalikannya sebagaimanan kaidah-kaidah syar’iyyah; jika bid’ah itu masuk prinsip kaidah kewajiban maka dia wajib, jika dia masuk prinsip kaidah pengharaman maka dia haram, jika dia masuk prinsip kaidah anjuran maka dia sunah, jika dia masuk prinsip kaidah kemakruhan maka dia  makruh, jika dia masuk prinsip kaidah pembolehan maka dia mubah.

Contoh bid’ah wajib adalah pertama, menyibukkan dari dalam ilmu nahwu yang dengannya kita bisa memahami firman Allah dan perkataan Rasulullah, demikian itu wajib karena menjaga syariat adalah wajib, dan tidak bisa menjaga syariat kecuali dengan memahami hal itu (nahwu). Tidaklah sempurna kewajiban kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu menjadi wajib.

Kedua, menjaga perbendarahaan kata asing pada Al Quran adan As Sunnah. Ketiga, pembukuan disiplin ilmu usuhl fiqih. Keempat, perkatan dalam ilmu jarh wa ta’dil, yang dengannya bisa membedakan mana hadits yang shahih dan cacat. Kaidah-kaidah syar’iyyah telah menunjukkan bahwa menjaga syariat adalah fardhu kifayah, sejauh bekal dan kemampuan masing-amsing secara khusus. Dan tidaklah mudah urusan penjagaan syariah kecuali dengan apa-apa yang telah kami sebutkan.

Sedangkan bid’ah yang haram contohnya adalah pemikiran qadariyah, jabriyah, murji’ah, dn mujassimah, semuanya adalah lawan dari  bid’ah wajib.

Adapun bid’ah yang sunah, contohnya  adalah menciptakan jalur penghubung, sekolah-sekolah, dan jembatan, termasuk juga semua kebaikan yang belum ada pada masa awal, seperti shalat tarawuih, perkataan hikmah para ahli tasawwuf, dan perkataan yang mampu mengikat beragam perhimpunan dan bisa menjelaskan berbagai permasalahan, jika dimaksudkan karena Allah Ta’ala semata.

Adapun bid’ah makruhah (dibenci), contohnya adalah menghias mesjid, menghias Al Qur’an, dan sedangkan melagukan Al Qur’an sehingga merubah lafazh, maka yang benar adalah itu bid’ah yang haram. Sedangkan bid’ah mubahah (boleh), contohnya adalah bersalaman setelah shalat subuh dan ashar, juga memperluas kesenangan dalam urusan makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal, pakaian kebesaran ulama, dan melebarkan lengan baju. Telah terjadi perselishan dalam hal ini, sebagian ulama ada yang memakruhkan, sebagian lain mengatukan bahwa itu adalah kebiasaan yang sudah dikerjakan pada masa Rasulullah dan setelahnya, perseleisihan ini seperti masalah pembacaan isti’adzah dan basmalah dalam shalat. (Imam Izzudin bin Abdussalam, Qawaidul Ahkam fi Mashalihil Anam,  2/380-384. Mawqi’ Al Islam)

๐Ÿ“Œ Imam Al Ghazali Ath Thusi Rahimahullah
Berkata Hujjatul Islam Imam Al Ghazali  dalam Ihya’ ‘Ulumuddin:

ููƒู… ู…ู† ู…ุญุฏุซ ุญุณู† ูƒู…ุง ู‚ูŠู„ ููŠ ุฅู‚ุงู…ุฉ ุงู„ุฌู…ุงุนุงุช ููŠ ุงู„ุชุฑุงูˆูŠุญ ุฅู†ู‡ุง ู…ู† ู…ุญุฏุซุงุช ุนู…ุฑ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ูˆุฃู†ู‡ุง ุจุฏุนุฉ ุญุณู†ุฉ. ุฅู†ู…ุง ุงู„ุจุฏุนุฉ ุงู„ู…ุฐู…ูˆู…ุฉ ู…ุง ูŠุตุงุฏู… ุงู„ุณู†ุฉ ุงู„ู‚ุฏูŠู…ุฉ ุฃูˆ ูŠูƒุงุฏ ูŠูุถูŠ ุฅู„ู‰ ุชุบูŠูŠุฑู‡ุง.

“Maka, betapa banyak perbuatan baru yang baik, sebagaimana dikatakan tentang berjamaahnya shalat tarawih, itu adalah di antara perbuatan barunya Umar Radhiallahu ‘Anhu, dan itu adalah bid’ah hasanah. Sesungguhnya bid’ah tercela itu hanyalah apa-apa yang bertentangan dengan sunah terdahulu atau yang membawa kepada perubahan terhadap sunah.”(Imam Al Ghazali, Ihya’ ‘Ulumuddin,  1/286, Mawqi’ Al Warraq)

๐Ÿ“ŒImam An Nawawi Rahimahullah

Berkata Imam An Nawawi Rahimahullah ketika menjelaskan hadits di atas:

ูˆَูِูŠ ู‡َุฐَุง ุงู„ْุญَุฏِูŠุซ ุชَุฎْุตِูŠุต ู‚َูˆْู„ู‡ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ : " ูƒُู„ّ ู…ُุญْุฏَุซَุฉ ุจِุฏْุนَุฉ ูˆَูƒُู„ّ ุจِุฏْุนَุฉ ุถَู„َุงู„َุฉ " ، ูˆَุฃَู†َّ ุงู„ْู…ُุฑَุงุฏ ุจِู‡ِ ุงู„ْู…ُุญْุฏَุซَุงุช ุงู„ْุจَุงุทِู„َุฉ ูˆَุงู„ْุจِุฏَุน ุงู„ْู…َุฐْู…ُูˆู…َุฉ ، ูˆَู‚َุฏْ ุณَุจَู‚َ ุจَูŠَุงู† ู‡َุฐَุง ูِูŠ ูƒِุชَุงุจ ุตَู„َุงุฉ ุงู„ْุฌُู…ُุนَุฉ ، ูˆَุฐَูƒَุฑْู†َุง ู‡ُู†َุงูƒَ ุฃَู†َّ ุงู„ْุจِุฏَุน ุฎَู…ْุณَุฉ ุฃَู‚ْุณَุงู… : ูˆَุงุฌِุจَุฉ ูˆَู…َู†ْุฏُูˆุจَุฉ ูˆَู…ُุญَุฑَّู…َุฉ ูˆَู…َูƒْุฑُูˆู‡َุฉ ูˆَู…ُุจَุงุญَุฉ
       
  “Pada hadits ini terdapat takhsis (spesifikasi/pengkhususan/penyempitan) dari hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Setiap yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.” Yang dimaksud oleh hadits ini adalah hal-hal baru yang batil dan bid’ah tercela. Telah berlalu penjelasan tentang ini pada pembahasan “Shalat Jum’at”. Kami menyebutkan di sana , bahwa bid’ah ada lima bagian: Wajib, sunah, haram, makruh, dan mubah.”  (Imam An Nawawi, Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 3/461. Mawqi’ Ruh Al Islam)

๐Ÿ“Œ Imam Al Qurthubi Rahimahullah

                Berkata Imam Al Qurthubi Al Maliki  Rahimahullah tentang hadits Imam Muslim di atas:

ูˆู‡ุฐุง ุฅุดุงุฑุฉ ุฅู„ู‰ ู…ุง ุงุจุชุฏุน ู…ู† ู‚ุจูŠุญ ูˆุญุณู†، ูˆู‡ูˆ ุฃุตู„ ู‡ุฐุง ุงู„ุจุงุจ، ูˆุจุงู„ู„ู‡ ุงู„ุนุตู…ุฉ ูˆุงู„ุชูˆููŠู‚، ู„ุง ุฑุจ ุบูŠุฑู‡.
“Ini adalah isyarat bahwa apa-apa yang baru (bid’ah), di antaranya ada yang buruk dan ada yang baik, dan itulah asal dari masalah ini. Dan kepada Allah memohon penjagaan dan taufiq, dan Tiada Rabb selainNya.” (Imam Al Qurthubi, Jami’ul Ahkam,  2/87. Dar Ihya’ At Turats Al ‘Arabi)

๐Ÿ“Œ Imam Abul Hasan As Sindi Rahimahullah

Imam Abul Hasan Muhammad bin Abdil Hadi As Sindi, penulis Hasyiah ‘ala Ibni Majah, ketika mengomentari hadits Kullu bid’atin dhalalah sebagai berikut ini:

 ู‚ِูŠู„َ ุฃُุฑِูŠุฏ ุจِู‡َุง ู…َุง ู„َูŠْุณَ ู„َู‡ُ ุฃَุตْู„ ูِูŠ ุงู„ุฏِّูŠู† ูˆَุฃَู…َّุง ุงู„ْุฃُู…ُูˆุฑ ุงู„ْู…ُูˆَุงูِู‚َุฉ ู„ِุฃُุตُูˆู„ِ ุงู„ุฏِّูŠู† ูَุบَูŠْุฑ ุฏَุงุฎِู„َุฉ ูِูŠู‡َุง ูˆَุฅِู†ْ ุฃُุญْุฏِุซَุชْ ุจَุนْุฏู‡ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ู‚ُู„ْุช ู‡ُูˆَ ุงู„ْู…ُูˆَุงูِู‚ ู„ِู‚َูˆْู„ِู‡ِ ูˆَุณُู†َّุฉ ุงู„ْุฎُู„َูَุงุก ูَู„ْูŠَุชَุฃَู…َّู„ْ .

 “Dikatakan, yang dikehendaki oleh hadits ini adalah apa-apa yang tidak memiliki dasar dalam agama, sedangkan perkara yang bersesuaian dengan dasar-dasar agama bukanlah termasuk di dalam maksud hadits tersebut, walau pun hal itu baru ada setelah masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Aku berkata: hal itu sesuai dengan sunahnya dan sunah al Khulafa’, maka perhatikanlah.”  (Imam Abul Hasan As Sindi, Hasyiah ‘ala Ibni Majah,  No. 42. Mawqi’ Ruh Al Islam)

๐Ÿ“Œ Imam Al lusi Rahimahullah berkata:

 ูˆู‚ุงู„ ุตุงุญุจ ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ : ุงู„ุงุจุชุฏุงุน ู…ู† ุงู„ู…ุฎู„ูˆู‚ูŠู† ุฅู† ูƒุงู† ููŠ ุฎู„ุงู ู…ุง ุฃู…ุฑ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ุจู‡ ูˆุฑุณูˆู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูู‡ูˆ ููŠ ุญูŠุฒ ุงู„ุฐู… ูˆุงู„ุฅู†ูƒุงุฑ ูˆุฅู† ูƒุงู† ูˆุงู‚ุนุงً ุชุญุช ุนู…ูˆู… ู…ุง ู†ุฏุจ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ุฅู„ูŠู‡ ูˆุญุถ ุนู„ูŠู‡ ุฃูˆ ุฑุณูˆู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูู‡ูˆ ููŠ ุญูŠุฒ ุงู„ู…ุฏุญ ูˆุฅู† ู„ู… ูŠูƒู† ู…ุซุงู„ู‡ ู…ูˆุฌูˆุฏุงً ูƒู†ูˆุน ู…ู† ุงู„ุฌูˆุฏ ูˆุงู„ุณุฎุงุก ูˆูุนู„ ุงู„ู…ุนุฑูˆู ، ูˆูŠุนุถุฏ ุฐู„ูƒ ู‚ูˆู„ ุนู…ุฑ ุจู† ุงู„ุฎุทุงุจ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ุนู†ู‡ ููŠ ุตู„ุงุฉ ุงู„ุชุฑุงูˆูŠุญ : ู†ุนู…ุช ุงู„ุจุฏุนุฉ ู‡ุฐู‡ .

Berkata penulis Jami’ al Ushul: “Perkara baru yang diada-adakan oleh manusia, jika berselisih dengan apa-apa yang Allah Ta’ala dan  Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam perintahkan, maka itu tercela dan harus diingkari. Namun, jika masih bersesuaian dengan keumuman apa-apa yang Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam   anjurkan, maka itu termasuk terpuji, walau pun belum ada yang semisalnya, yang mendukung hal itu adalah ucapan Umar bin al Khathab Radhiallahu ‘Anhu tentang shalat tarawih: “Sebaik-baiknya bid’ah adalah ini.”  (Imam Al Alusi, Ruhul Ma’ani, 20/346 Mawqi’ At Tafasir)

๐ŸŒท๐ŸŒบ๐ŸŒด๐Ÿƒ๐ŸŒธ๐ŸŒพ๐ŸŒป☘

✍ Farid Nu'man Hasan
๐Ÿ“ก Join Channel: bit.ly/1Tu7OaC


6⃣✋๐ŸผUmmu Fatum
seorang mendakwai jamaah tp kluarganya sendiri mlh perbuatannya menyimpang klo seorang suami menanggung dosa atas kelakuan anak2 n istrinya bagaimana dg seorang istri yg pendakwah? Apakah seorang istri jg menanggung dosa anak2 n suaminya walo dia sdh berusaha mendakwahi kluarganya? Jazakallah katsiran ustd

▶Jawab :

 Allah Ta'ala berfirman:

_Fadzakkir innamaa anta mudzakkir lasta'alaihim bi mushaithir_ - berikanlah peringatan, tugasmu hanyalah memberikan peringatan kamu tidak berkuasa memaksa mereka ..

Seorang aktifis Islam, hendaknya memperhatikan keluarganya .. dia mengajak, menasihati, dan memberikan contoh, jgn pernah bosan.

Bagaimana jika keluarganya tidak berubah? Maka, dia tidak berdosa, sebab dia sudah mengajak, dan ajakan itu menjadi hujjah di sisi Allah pd hari kiamat nanti bahwa dia tidak diam di keluarganya.

Yg salah adalah jika dia diam saja, cuek dgn kerusakan keluarga, padahal dia tahu dan bisa mengajak. Maka, ini pun kena tanggungjawabnya.

Abu Ali Ad Daqaq mengatakan:

_Sukuut 'anil Haq syaithanun akhras_ - diam saja tidak menyampaikan kebenaran adalah setan bisu.

Wallahu a'lam

7⃣Ummu Fauzan
Mengapa kita lebih sulit berdakwah kepada keluarga dan orang2 dekat ( saudara,teman,sahabat) dibandingkan kpd orang lain atau lingkungan lain yg belum mengenal kita. Apakah Krn mereka sdh tau "modal kita" sehingga mereka tidak percaya ? Bagaimana cara menyikapi nya ?

▶Jawab :

Manusia itu beragam. Ada manusia yg tidak bs didakwahi lewat pemikiran, keilmuan, .. tp dia bs dida'wahi lewat kepedulian kita dan akhlak kita ...

Ada pula org yg baru bisa dida'wahi jika dia diberikan harta kekayaan ..

Maka, kita mesti benar2 mengamati keluarga kita ini tipe yg mana. Usahakan tidak dgn cara menggurui,...

Pengalaman saya, menda'wahkan keluarga dgn sering2 memberikan hadiah, peduli saat dia sakit, .. lebih efektif dibanding kalimat2 verbal ajakan .. istilahnya da'wah bil haal (da'wah dgn perbuatan) ..

Krn keluarga sangat tahu ttg kita, maka dgn perbuatan lbh berkesan ..  _Lisaanulshah min lisaanil maqaal_ - ajakan dgn perbuatan lbh tajam pengaruhnya dibanding ajakan dgn lisan ..

Wallahu a'lam

Da'wah adalah mulia, sebab itu warisan para nabi dan rasul, maka lanjutkanlah .. ikutlah dalam gerbong besar da'wah Islam bersama org2 yg lebih dahulu memasukinya

๐Ÿ’ž *Closing statement :* ๐Ÿ’ž

Da'wah bukan kewajiban elitis milik para ulama, ustadz, da'i, kiayi, .. dia juga bisa dilakoni oleh ibu rumah tangga dengan cara yg disesuaikan dgn dirinya ..

Da'wah itu bukan hanya dgn ceramah, .. ceramah, nasihat keagamaan, hanyalah salah satu contoh sarana da'wah ..

Da'wah bisa juga dengan membantu org miskin, senyum dihadapan saudara, ucapkan salam saat berjumpa, disiplin thdp janji, dan apa pun yg bisa merebut hati manusia ..

Demikian. Wallahu a'lam

๐ŸŒธ๐Ÿƒ๐ŸŒธ๐Ÿƒ๐ŸŒธ


〰〰〰〰〰〰๐Ÿฆ‹
๐ŸŽค : Sholcan *Rini S.*
✍๐Ÿผ : Sholcan *Asri*

๐Ÿ’•

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
WAG : Telaga Surga 1 & 2
FB : Telaga Surga
IG : Telaga_Surga
Youtube : Telaga Surga
Blog : http://telagasurga17.blogspot.co.id/
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
๐Ÿ’ž๐Ÿ’ž

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Thibbun Nabawi

8 Ciri-Ciri Ayah Yang Hebat

Qowiyul Azam