Gaji VS Rejeki
✍πΌ *NOTULENSI KAJIAN ONLINE*πΏ
*GROUP TELAGA SURGA*
π : Rabu, 05 Agustus 2018
⏰ : 19.30 wib sd selesai
π *"Gaji vs Rezeki"*
π³π»♂ *Ustadz Moh. Rozi*
•┈┈┈◎❅❀❦πΉ❦❀❅◎┈┈┈•
*Gaji vs Rezeki*
*Ψ¨ΩΩΩΨ³Ω Ψ§ΩΩّΩ Ψ§ΩΨ±ّΨΩ Ω Ψ§ΩΨ±ّΨΩΩ *
Sebenarnya membincangkan gaji itu tidak menarik. Selain konsepnya sudah jelas, topik gaji hanya mungkin menarik dibicarakan dalam ranah khusus, seperti kebijakan pemerintah atau perusahaan, atau studi akuntansi. Atau... kalau dalam obrolan warung kopi, topik ini bisa menjadi penghangat suasana ketika tanggal tua alias akhir bulan atau jam-jam menjelang transferan dari kantor masuk ke rekening bank.
Tentu hal ini berbeda jika berbicara rezeki. Dimensi rezeki lebih luas dan banyak. Mulai dari yang paling sakral sampai yang profan, dari pengertian yang sangat umum sampai yang khusus, dari cara mendapatkannya yang kasat mata sampai yang penuh kegaiban, juga dari upaya mengambilnya yang penuh kesulitan sampai yang ajaib. Mak..... cling.... tiba-tiba rezeki yang kita butuhkan sudah hadir di depan mata.
---
Ini salah satu contoh kisahnya (sekadar tahaduts-bini'mah).
Saya lahir dari orang tua yang beranak banyak. Saya nomor sepuluh dari sebelas bersaudara. Emak dan bapak saya hanyalah buruh tani biasa. Sawah tak punya. Melalui kerja keras sampailah suatu hari kami mulai mempunyai sawah sendiri. Tidak terlalu luas, tapi sebagai petani mempunyai sawah sangatlah bernilai. Walaupun demikian, tuntutan anak banyak tentu tidak cukup dipenuhi hanya mengandalkan hasil sawah yang dapat ditunai 3-4 bulanan.
Orang tua saya harus berhutang ke sana-sini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, hingga saat panen tiba, yang berarti saat-saat untuk mengembalikan hutang.
Cara hidup subsistens tentu sangat penting. Salah satu kelebihan orang desa beberapa puluh tahun lalu adalah cara hidup yang bermodalkan ketergantungan pada alam. Tidak selalu tergantung uang, namun sayur mayur, tetumbuhan sekitar rumah, cukup menambah kebutuhan pangan.
Adalah kebiasaan Emak saya mencari ikan di sungai yang memanjang di bagian tepi belakang desa saya. Walaupun lebarnya tak sampai 6 meter, di sungai ini sangat banyak tersedia ikan air tawar. Walaupun juga, kadang-kadang, karena orang sudah mulai memakai obat (alias racun) ikan, habitat ikan mulai berkurang.
Dengan memakai alat seser (semacam jaring yang terbuat dari bambu), Emak saya dengan kawan-kawannya, para tetangga, biasa berjajar di sungai untuk menghalau arus air sembari berharap ikan--ikan itu terjaring melimpah. Apa daya, harapan tak selalu sama dengan keadaan. Kadang-kadang orang begitu sulit mendapatkan ikan.
Kisah ajaib hampir selalu terjadi pada Emak saya. Ketika Emak mengambil posisi tepi dekat, Emak mendapat ikan banyak. Ini membuat teman-temannya mengiri. Mereka mulai memprotes Emak saya agar pindah di tengah atau posisi tepi jauh. Emak pun menurut. Hasilnya, Emak tetap saja mendapatkan yang paling banyak.
Demikianlah, tampaknya, cara Allah membagi rezeki kepada hamba-hamba-Nya sesuai dengan jumlah perut lapar yang menanti di rumah.
Kakak perempuan saya yang paling tua selalu berlinang air mata tatkala menuturkan kisah ini. Mengingat masa-masa susah dulu. Bahkan saya pun tak tahan juga saat menuliskannya kali ini... ingat gurat-gurat di dahi Emak saya.
---
Ada kalanya rezeki itu misterius. Saat seorang pedagang kelontong membuka tokonya di pagi hari, dapatkah dia menghitung bahwa yang akan masuk ke tokonya sehari itu 25 atau 43 orang? Sama sekali tidak bisa. Dari pagi sepiiiii. Bahkan menjelang Maghrib, toko hampir tutup, hitung-hitung pelanggan yang datang dari pagi hari tak sampai 15, bisa hanya sikap pasrah kepada Yang Maha memberi rezeki.
Tiba-tiba saja ada rombongan bis pariwisata berhenti. Ramai-ramai mereka membeli air mineral. Mungkin sudah lama menahan kehausan. Satu dua ibu melirik, mencari-cari yang bisa dibeli.
Tugas kita adalah mengambil
Rezeki itu bukan dicari atau dicari-cari. Rezeki itu untuk diambil. Tinggal bagaimana cara kita mengambil. Ada orang mengambilnya dengan cara yang salah, sehingga yang ia makan menjadi haram bagi jiwanya. Ada orang mengambilnya dengan penuh perjuangan dan penuh keikhlasan, membuat orang semakin taat kepada Allah, sehingga yang rezekinya menjadi barakah.
Dan cara orang mengambil rezekinya berbeda-beda kemampuan atau kapasitasnya. Ada yang membawa "gelas", sehingga rezeki yang ia dapatkan hanya segelas. Di saat yang sama, yang membawa ember memperoleh seember.
Sudah ya...tak mungkin dengan keluasan topik rezeki ini saya mampu menuliskannya. Apalagi meramu menjadi "hidangan hangat" untuk grup pencari ilmu ini.
Mari diskusi saja yang ringan-ringan. #ngeles :D
Birmingham, 11.30 - 05.09.2018
πΉ *Tanya Jawab*
1⃣Atin
Cerita aja Tadz kenapa memilih jadi bakul tempe di negeri orang
π€ Jawab
Kalau tidak salah duga, yg tanya ini teman saya di Antropologi UGM.
Baiklah, mengapa menjadi bakul tempe di negeri orang.
Awal kedatangan di UK, sebagai penggemar tempe, tentu saya dalam beberapa hari saja sudah kangen makan tempe.
Ada kawan jualan tempe, kadang fresh kadang frozen, kesamaan rasanya yaitu agak pahit dan kecut. Ada kawan lain jualan tempe frozen yang diimpor dari Belanda, kecut juga.
Di toko china, tempenya juga frozen. Saya berpikir, kasihannya orang2 Indonesia yg terpaksa makan tempe frozen yang gak enak.
Dari situ, sy mulai buat tempe. Dengan berbagai trial and error, akhirnya berhasil juga. Tempe fresh. Kawan2 suka. Alhamdulillah, kini teman2 Indonesia di Birmingham khususnya tidak kesulitan mendapatkan tempe fresh.
Sebagai peluang bisnis, ini cukup menjanjikan. Karena meskipun segmen pasarnya terbatas, saya tetep bisa memberi harga yg kira-kira 5 kali lipat dari harga di Indonesia.
Demikian kisah ringkas tempe birmingham.☺
2⃣ Anifah
Ustadz, rezeki itu harus diambil, maksudny gmn ya? Contohnya?
π€ Jawab :
Sebenarnya rezeki sdh dijamin oleh Allah... tugas manusia hanyalah menjalankan perintah2-Nya.
Sebagai contoh. Kalau Anda petani, tugas utama petani adalah menanam. Perkara gimana menumbuhkan padinya, itu urusan Allah. Menanam padi sekian hektar tidak selalu berhubungan dengan hasil yg pasti bahwa nanti dapat gabah sekian kwintal atau berapa ton. Terkadang di tengah masa perawatan, Allah mengirim angin dan hujan sehingga padi menjadi rusak (ini jg pengalaman Bapak sy duluπ). Kemudian gagal panen, karena padi terbenam/terseret lumpur sawah.
Lalu di mana rezekinya? Ketika kita sabar menerima musibah ini, rezeki itu datang berupa kesabaran kita yang meningkat di hadapan ujian dari Allah. Tinggal kita mau apa tidak. Sabar itu sikap yg kita ambil. Dan itulah rezeki kita dlm bentuk lain.
Boleh jadi dengan kesabaran itu, Allah akan menggantinya dengan hasil yang berlipat2 di waktu lain.
3⃣ Yuliati
Bagaimana cara meningkatkn kemampuan mengambil rezeki? tadi digambarkn ada yg bawa gelas,ember dll?
π€ Jawab :
Tugas manusia mengasah kemampuannya utk menjalankan fungsi kekhalifahan. Kalau menjadi tukang kayu, mestinya meningkatkan skill-nya di bidang perkayuan, maka orang semakin melihat kapasitasnya. Di sini, meningkatnya skill dpt diibaratkan menambah volume gelas/ember.
Juga yg menjadi kunci adalah memperbaiki etos: kerja keras, jujur, dedikatif, tawakal. 4 hal ini saja diperbaiki, bukan kita lagi yg harus kemana untuk mengambil rezeki kita, tetapi rezeki itu yg akan mengejar-ngejar kita.
4⃣ Eny
Alhamdulillah saya bekerja dan mendapat gaji,dan terkadang disaat saya membutuhkan ada aja rejeki dari orang yg ga disangka sangka,tp terkadang saya bangga rejeki yg saya dapatkan itu untuk keperluan orang lain entah itu saudara atau teman,apa ini yg dinamakan rejeki kita udah ada takarannya jadi walaupun kita dapat lebih tapi itu bukan hak kita mohon penjelasannya
π€ jawab :
Rezeki itu yang kita makan, kita pakai, kita gunakan, dan yang tak kalah penting adalah kita tranformasikan menjadi yang lebih ukhrowi. kita mendapat cek 1 juta, yang kita makan utk satu bulan 600 ribu habis. yang 400 ribu kita sedekahkan. nah yang 400 ribu ini juga rezeki kita berupa sedekah yang berpotensi mendatangkan pahala berlipat-lipat. atau .... 400 ribu itu dicopet orang. ini bukan rezeki kita kalau kita marah-marah dan frustasi, tapi menjadi rezeki jika kerahkan diri kita untuk menjadi lebih sabar, merenungi kesalahan-kesalahan, dan menyadarkan kita perlunya sedekah.
5⃣ Fitria
Pak Ustadz apakah bertemu nya dan berkumpul nya dengan orang baik termaksud rezeki juga?
π€ Jawab
yes
itu adalah kekayaan tak ternilai, dunia akherat
•┈┈┈◎❅❀❦πΉ❦❀❅◎┈┈┈•
πΉ
〰〰〰〰〰〰π¦
π€ : Sholcan *Didah*
✍πΌ : Sholcan *ARni*
πΈπΉ
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
WAG :
1. Telaga Surga 1&2
2. Telaga Surga Junior
FB : Telaga Surga
IG : Telaga_Surga
Youtube : Telaga Surga
https://www.youtube.com/channel/UCNtL_tIUaF10G8OTR67jlHA
Blog : http://telagasurga17.blogspot.co.id/
*Silahkan reshare tanpa mengubah dan menghilangkan sumbernya.*
〰〰〰〰〰〰〰π¦
*GROUP TELAGA SURGA*
π : Rabu, 05 Agustus 2018
⏰ : 19.30 wib sd selesai
π *"Gaji vs Rezeki"*
π³π»♂ *Ustadz Moh. Rozi*
•┈┈┈◎❅❀❦πΉ❦❀❅◎┈┈┈•
*Gaji vs Rezeki*
*Ψ¨ΩΩΩΨ³Ω Ψ§ΩΩّΩ Ψ§ΩΨ±ّΨΩ Ω Ψ§ΩΨ±ّΨΩΩ *
Sebenarnya membincangkan gaji itu tidak menarik. Selain konsepnya sudah jelas, topik gaji hanya mungkin menarik dibicarakan dalam ranah khusus, seperti kebijakan pemerintah atau perusahaan, atau studi akuntansi. Atau... kalau dalam obrolan warung kopi, topik ini bisa menjadi penghangat suasana ketika tanggal tua alias akhir bulan atau jam-jam menjelang transferan dari kantor masuk ke rekening bank.
Tentu hal ini berbeda jika berbicara rezeki. Dimensi rezeki lebih luas dan banyak. Mulai dari yang paling sakral sampai yang profan, dari pengertian yang sangat umum sampai yang khusus, dari cara mendapatkannya yang kasat mata sampai yang penuh kegaiban, juga dari upaya mengambilnya yang penuh kesulitan sampai yang ajaib. Mak..... cling.... tiba-tiba rezeki yang kita butuhkan sudah hadir di depan mata.
---
Ini salah satu contoh kisahnya (sekadar tahaduts-bini'mah).
Saya lahir dari orang tua yang beranak banyak. Saya nomor sepuluh dari sebelas bersaudara. Emak dan bapak saya hanyalah buruh tani biasa. Sawah tak punya. Melalui kerja keras sampailah suatu hari kami mulai mempunyai sawah sendiri. Tidak terlalu luas, tapi sebagai petani mempunyai sawah sangatlah bernilai. Walaupun demikian, tuntutan anak banyak tentu tidak cukup dipenuhi hanya mengandalkan hasil sawah yang dapat ditunai 3-4 bulanan.
Orang tua saya harus berhutang ke sana-sini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, hingga saat panen tiba, yang berarti saat-saat untuk mengembalikan hutang.
Cara hidup subsistens tentu sangat penting. Salah satu kelebihan orang desa beberapa puluh tahun lalu adalah cara hidup yang bermodalkan ketergantungan pada alam. Tidak selalu tergantung uang, namun sayur mayur, tetumbuhan sekitar rumah, cukup menambah kebutuhan pangan.
Adalah kebiasaan Emak saya mencari ikan di sungai yang memanjang di bagian tepi belakang desa saya. Walaupun lebarnya tak sampai 6 meter, di sungai ini sangat banyak tersedia ikan air tawar. Walaupun juga, kadang-kadang, karena orang sudah mulai memakai obat (alias racun) ikan, habitat ikan mulai berkurang.
Dengan memakai alat seser (semacam jaring yang terbuat dari bambu), Emak saya dengan kawan-kawannya, para tetangga, biasa berjajar di sungai untuk menghalau arus air sembari berharap ikan--ikan itu terjaring melimpah. Apa daya, harapan tak selalu sama dengan keadaan. Kadang-kadang orang begitu sulit mendapatkan ikan.
Kisah ajaib hampir selalu terjadi pada Emak saya. Ketika Emak mengambil posisi tepi dekat, Emak mendapat ikan banyak. Ini membuat teman-temannya mengiri. Mereka mulai memprotes Emak saya agar pindah di tengah atau posisi tepi jauh. Emak pun menurut. Hasilnya, Emak tetap saja mendapatkan yang paling banyak.
Demikianlah, tampaknya, cara Allah membagi rezeki kepada hamba-hamba-Nya sesuai dengan jumlah perut lapar yang menanti di rumah.
Kakak perempuan saya yang paling tua selalu berlinang air mata tatkala menuturkan kisah ini. Mengingat masa-masa susah dulu. Bahkan saya pun tak tahan juga saat menuliskannya kali ini... ingat gurat-gurat di dahi Emak saya.
---
Ada kalanya rezeki itu misterius. Saat seorang pedagang kelontong membuka tokonya di pagi hari, dapatkah dia menghitung bahwa yang akan masuk ke tokonya sehari itu 25 atau 43 orang? Sama sekali tidak bisa. Dari pagi sepiiiii. Bahkan menjelang Maghrib, toko hampir tutup, hitung-hitung pelanggan yang datang dari pagi hari tak sampai 15, bisa hanya sikap pasrah kepada Yang Maha memberi rezeki.
Tiba-tiba saja ada rombongan bis pariwisata berhenti. Ramai-ramai mereka membeli air mineral. Mungkin sudah lama menahan kehausan. Satu dua ibu melirik, mencari-cari yang bisa dibeli.
Tugas kita adalah mengambil
Rezeki itu bukan dicari atau dicari-cari. Rezeki itu untuk diambil. Tinggal bagaimana cara kita mengambil. Ada orang mengambilnya dengan cara yang salah, sehingga yang ia makan menjadi haram bagi jiwanya. Ada orang mengambilnya dengan penuh perjuangan dan penuh keikhlasan, membuat orang semakin taat kepada Allah, sehingga yang rezekinya menjadi barakah.
Dan cara orang mengambil rezekinya berbeda-beda kemampuan atau kapasitasnya. Ada yang membawa "gelas", sehingga rezeki yang ia dapatkan hanya segelas. Di saat yang sama, yang membawa ember memperoleh seember.
Sudah ya...tak mungkin dengan keluasan topik rezeki ini saya mampu menuliskannya. Apalagi meramu menjadi "hidangan hangat" untuk grup pencari ilmu ini.
Mari diskusi saja yang ringan-ringan. #ngeles :D
Birmingham, 11.30 - 05.09.2018
πΉ *Tanya Jawab*
1⃣Atin
Cerita aja Tadz kenapa memilih jadi bakul tempe di negeri orang
π€ Jawab
Kalau tidak salah duga, yg tanya ini teman saya di Antropologi UGM.
Baiklah, mengapa menjadi bakul tempe di negeri orang.
Awal kedatangan di UK, sebagai penggemar tempe, tentu saya dalam beberapa hari saja sudah kangen makan tempe.
Ada kawan jualan tempe, kadang fresh kadang frozen, kesamaan rasanya yaitu agak pahit dan kecut. Ada kawan lain jualan tempe frozen yang diimpor dari Belanda, kecut juga.
Di toko china, tempenya juga frozen. Saya berpikir, kasihannya orang2 Indonesia yg terpaksa makan tempe frozen yang gak enak.
Dari situ, sy mulai buat tempe. Dengan berbagai trial and error, akhirnya berhasil juga. Tempe fresh. Kawan2 suka. Alhamdulillah, kini teman2 Indonesia di Birmingham khususnya tidak kesulitan mendapatkan tempe fresh.
Sebagai peluang bisnis, ini cukup menjanjikan. Karena meskipun segmen pasarnya terbatas, saya tetep bisa memberi harga yg kira-kira 5 kali lipat dari harga di Indonesia.
Demikian kisah ringkas tempe birmingham.☺
2⃣ Anifah
Ustadz, rezeki itu harus diambil, maksudny gmn ya? Contohnya?
π€ Jawab :
Sebenarnya rezeki sdh dijamin oleh Allah... tugas manusia hanyalah menjalankan perintah2-Nya.
Sebagai contoh. Kalau Anda petani, tugas utama petani adalah menanam. Perkara gimana menumbuhkan padinya, itu urusan Allah. Menanam padi sekian hektar tidak selalu berhubungan dengan hasil yg pasti bahwa nanti dapat gabah sekian kwintal atau berapa ton. Terkadang di tengah masa perawatan, Allah mengirim angin dan hujan sehingga padi menjadi rusak (ini jg pengalaman Bapak sy duluπ). Kemudian gagal panen, karena padi terbenam/terseret lumpur sawah.
Lalu di mana rezekinya? Ketika kita sabar menerima musibah ini, rezeki itu datang berupa kesabaran kita yang meningkat di hadapan ujian dari Allah. Tinggal kita mau apa tidak. Sabar itu sikap yg kita ambil. Dan itulah rezeki kita dlm bentuk lain.
Boleh jadi dengan kesabaran itu, Allah akan menggantinya dengan hasil yang berlipat2 di waktu lain.
3⃣ Yuliati
Bagaimana cara meningkatkn kemampuan mengambil rezeki? tadi digambarkn ada yg bawa gelas,ember dll?
π€ Jawab :
Tugas manusia mengasah kemampuannya utk menjalankan fungsi kekhalifahan. Kalau menjadi tukang kayu, mestinya meningkatkan skill-nya di bidang perkayuan, maka orang semakin melihat kapasitasnya. Di sini, meningkatnya skill dpt diibaratkan menambah volume gelas/ember.
Juga yg menjadi kunci adalah memperbaiki etos: kerja keras, jujur, dedikatif, tawakal. 4 hal ini saja diperbaiki, bukan kita lagi yg harus kemana untuk mengambil rezeki kita, tetapi rezeki itu yg akan mengejar-ngejar kita.
4⃣ Eny
Alhamdulillah saya bekerja dan mendapat gaji,dan terkadang disaat saya membutuhkan ada aja rejeki dari orang yg ga disangka sangka,tp terkadang saya bangga rejeki yg saya dapatkan itu untuk keperluan orang lain entah itu saudara atau teman,apa ini yg dinamakan rejeki kita udah ada takarannya jadi walaupun kita dapat lebih tapi itu bukan hak kita mohon penjelasannya
π€ jawab :
Rezeki itu yang kita makan, kita pakai, kita gunakan, dan yang tak kalah penting adalah kita tranformasikan menjadi yang lebih ukhrowi. kita mendapat cek 1 juta, yang kita makan utk satu bulan 600 ribu habis. yang 400 ribu kita sedekahkan. nah yang 400 ribu ini juga rezeki kita berupa sedekah yang berpotensi mendatangkan pahala berlipat-lipat. atau .... 400 ribu itu dicopet orang. ini bukan rezeki kita kalau kita marah-marah dan frustasi, tapi menjadi rezeki jika kerahkan diri kita untuk menjadi lebih sabar, merenungi kesalahan-kesalahan, dan menyadarkan kita perlunya sedekah.
5⃣ Fitria
Pak Ustadz apakah bertemu nya dan berkumpul nya dengan orang baik termaksud rezeki juga?
π€ Jawab
yes
itu adalah kekayaan tak ternilai, dunia akherat
•┈┈┈◎❅❀❦πΉ❦❀❅◎┈┈┈•
πΉ
〰〰〰〰〰〰π¦
π€ : Sholcan *Didah*
✍πΌ : Sholcan *ARni*
πΈπΉ
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
WAG :
1. Telaga Surga 1&2
2. Telaga Surga Junior
FB : Telaga Surga
IG : Telaga_Surga
Youtube : Telaga Surga
https://www.youtube.com/channel/UCNtL_tIUaF10G8OTR67jlHA
Blog : http://telagasurga17.blogspot.co.id/
*Silahkan reshare tanpa mengubah dan menghilangkan sumbernya.*
〰〰〰〰〰〰〰π¦
Komentar
Posting Komentar