Melepas Belenggu Hati
✍🏼 *NOTULENSI KAJIAN ONLINE*📿
*GROUP TELAGA SURGA*
🗓 : Jumat, 14 September 2018
⏰ : 19.30 wib sd selesai
📚 *"Melepas Belenggu Hati"*
🧕🏻 *Ustadzah Halimah*
•┈┈┈◎❅❀❦🌹❦❀❅◎┈┈┈•
Kajian kita malam ini adalah tentang
*Melepas Belenggu Hati*
Apa sih arti dari belenggu? Kedengarannya serem, dech... 🤔🤔
Apakah hati sahabat ada yang di belenggu?
Semoga dengan materi ini belenggu yang ada di hati kita bisa disinggirkan... Yang terpenting kita tetap berusaha dan berdo'a agar hati kita tidak terbelenggu...
☘Dikisahkan, suatu hari setelah usai mengikuti pertempuran yang hebat, Jengis Khan beristirahat sejenak melepas lelah di tepi air terjun kecil ditemani burung rajawali yang selalu mengikutinya. Sengaja ia mencari tempat yang agak sepi dan jauh dari serdadunya agar bisa beristirahat dengan tenang tanpa diganggu. Beberapa saat kemudian, ia merasa haus dan segera membawa wadah yang terbuat dari tanah liat (kalau sekarang mungkin semacam mangkok atau gelas) untuk menampung air dari air terjun di dekat tempatnya berteduh.
Ketika hendak menampung air dengan tempat airnya itu, tiba-tiba burung rajawali peliharaannya menyambar mangkuk tersebut hingga jatuh. Jengis Khan kaget dibuatnya. Karena hal tersebut tak pernah dilakukan oleh rajawalinya yang setia.
“Hmm, Nampaknya dia hanya ingin bercanda,” pikirnya dalam hati
Diambillah mangkuk yang terjatuhu dan mencoba kembali menampung air dengannya. Untuk kedua kalinya, burung rajawali peliharaannya menjatuhkan mangkuk yang dipegang sang Panglima. Kali ini, sang rajawali menghentaknya dengan sangat keras sehingga mangkuk tersebut terpental cukup jauh. Jengis Khan menjadi jengkel karenanya. Jika sekali mungkin ini bisa dianggap bercanda, namun untuk kedua kalinya maka ini seperti pelecehan baginya. Dengan murka dirinya mengancam akan menyembelih burung rajawalinya jika hal itu dilakukannya lagi.
Lalu Jengis Khan memungut kembali mangkuk yang terbuat dari tanah liat itu untuk mencoba menampung air dengannya. Baru saja ditengadahkan di bawah kucuran air terjun, sang rajawali tanpa terduga kembali menyambar mangkuknya dengan sangat keras hingga terpental jauh dan terpecah.
Tak lagi menahan kesabarannya, diayunkan pedang perangnya ke arah burung rajawalinya hingga putuslah leher sang rajawali dan terlepaslah jiwa dari raganya. Puas melampiaskan kemarahannya, Jengis Khan mencoba menaiki ujung tebing yang merupakan tempat sumber mata air itu berada untuk meminumnya dan sekaligus melihat-lihat keadaan sekitar. Begitu ia sampai di atas, betapa kagetnya ia melihat ada bangkai binatang yang membusuk tergenang tepat di sumber mata air tersebut. Seketika itu, ia menyadari bahwa rajawali piaraannya sejak tadi hendak memberitahukan kepadanya bahwa air yang ingin diminumnya sudahlah tercemar bangkai membusuk dan bukan tak mungkin akan bisa membunuhnya.
Dengan sedih ia menatap ke arah mayat burung rajawali yang baru saja ditebasnya. Betapa sedih dan menyesalnya atas perbuatannya itu. Dihampirinya jasad rajawali, dilepasnya baju perang yang dipakainya untuk digunakan membungkus jasad rajawali dan kemudian dimakamkan dengan terhormat menggunakan upacara kemiliteran.
Sebagai panglima perang, Jengis Khan begitu hebat nan perkasa mengalahkan musuh-musuhnya. Namanya tersohor di seluruh dunia. Bahkan hingga kini sejarah kehebatannya tak lekang dimakan usia. Namun kehebatannya menaklukkan dan menguasai orang lain bukanlah jaminan baginya untuk dapat mengalahkan dan menguasai dirinya. Ia menyadari bahwa sangatlah penting baginya dan seluruh pasukannya untuk dapat menguasai dirinya sebelum menguasai orang lain.
Kira-kira apa yang bisa kita ambil pelajaran dari kisah di atas?
☘Melalui kisah tersebut, kita belajar tentang pentingnya mengendalikan diri. Karena kebijaksanaan seseorang amatlah terlihat dari sepandai apa ia mengendalikan dirinya. Pengendalian diri merupakan salah satu aspek terpenting dalam hidup, karena musuh terbesar bagi manusia (selain setan laknatullah ‘alaih) bukanlah orang lain atau sesuatu di luar dirinya. Musuh terbesar bagi manusia adalah apa yang terdapat dalam diri, pikiran dan hatinya.
Mengendalikan diri berarti mengendalikan hati dari berbagai noda hitam yang menutupi, mengendalikan pikir dari berbagai macam prasangka negatif yang menghampiri, juga mengendalikan raga dari melakukan segala perbuatan yang berpotensi merugikan diri sendiri dan orang lain di sekitarnya.
Kemampuan mengendalikan diri bukanlah kemampuan yang turun dari langit, yang serta merta dimiliki tanpa adanya ikhtiar untuk mendapatkannya. Kemampuan mengendalikan diri adalah usaha sadar yang dilakukan manusia sejak dini melalui proses panjang nan berliku dan didapatkan dari berbagai hikmah selama berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya juga interaksi dengan Tuhannya.
Satu hal yang bisa kita pelajari dari cerita Jengis Khan di atas adalah bagaimana pentingnya mengendalikan diri dari berbagai emosi, khususnya terhadap rasa marah. Senang, sedih, marah, takut, kecewa, dan beragam emosi lainnya adalah fitrah yang dimiliki manusia sejak dilahirkan ke dunia. Hal itu tak bisa kita tolak kehadirannya. Namun bukan berarti kita tak sanggup mengendalikannya. Emosi yang muncul seketika dengan kadar sewajarnya adalah hal yang manusiawi terjadi pada setiap manusia. Namun menjadi tak wajar ketika emosi itu mengendalikan diri kita sepenuhnya, menutup akal sehat, mengunci hati nurani, hingga menjerumuskan diri untuk melakukan perbuatan yang dibenci manusia sekitarnya, terlebih lagi oleh Sang Maha Pencipta.
Sangatlah besar hikmah yang akan didapat bagi mereka yang mampu mengendalikan dirinya. Allah swt dan Rasul-Nya menyampaikan hal ini dengan sangat jelas kepada kita.
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imran: 133-134)
Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah pernah mengatakan,
“Bukanlah orang yang kuat itu ialah yang selalu menang dalam pergulatan, tetapi orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah” (HR Bukhari dan Muslim)
“Barangsiapa yang menahan kemarahannya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah Ta’ala akan memanggilnya (membanggakannya) pada Hari Kiamat di hadapan semua manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari bermata jeli yang disukainya.” (HR. At-Tirmidzi)
Tentunya, mengendalikan diri dari emosi tak hanya terbatas pada aspek mengendalikan emosi kemarahan semata. Ada banyak emosi lainnya yang juga memiliki potensi besar untuk menjadikan diri tak berdaya hingga tak sadar telah melakukan perbuatan yang mengundang murka-Nya.
Semoga Allah menjadikan kita hamba-Nya yang mampu mengendalikan diri dari segala dosa. Mengendalikan hati dari berbagai noda dan penyakit yang menutupi. Mengendalikan pikiran dari berbagai prasangka negatif kepada Sang Khalik dan makhluk-Nya. Mengendalikan raga dari segala perbuatan yang mampu mengundang murka-Nya dan menjadi penyebab dimasukkanya kita ke dalam neraka
Setiap manusia memiliki hati yang bisa menjadi penentu dari baik buruknya perilaku seseorang, karena di dalam hati yang bersih senantiasa terpancar ketulusan dan energi positif yang bisa mendatangkan manfaat bagi sesama, adapun di dalam hati seseorang yang sedang sakit maka yang terpancar adalah kesembrautan, kegelisahan dan hidupnya sulit berbahagia.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam bersabda:
أَلا وإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وإذَا فَسَدَت فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلا وَهيَ القَلْبُ
Sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging jika dia baik maka baiklah seluruh jasad itu, jika dia rusak maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah itu adalah hati.” (HR. Bukhari No. 52, 1946, dan Muslim No. 1599)
Hadits ini menunjukkan kedudukan hati dalam kehidupan manusia. Dia adalah panglima atas sistem gerak perilaku manusia. Jika dia bagus, putih, bersih, maka bagus pula perilaku manusianya. Tapi jika hatiitu kotor, penuh noda, berpenyakit, maka rusaklah perilaku manusia.
Oleh karena itu, perhatian Islam terhadap hati sangat luar biasa. Sementara kaum muslimin banyak melupakannya. Mereka begitu perhatian dengankesehatan raga (fisik), setumpuk program direncanakan: olah raga rutin, makan dan minum yang sehat dan seimbang, tidur yang cukup, tidak mengkonsumsi yang merusak kesehatan, dan sebagainya. Tapi, saat yang besamaan, mereka melupakan kesehatan hatinya, begitu bakhil dan lalai atas perawatan kesehatan hati.
Maka, kita lihat betapa banyak manusia yang kekar, nampak sehat dan bugar, tapi hatinya rapuh; mudah mengeluh, mudah marah, iri dan dengki menjadi kebiasaan, riya dalam amal, sombong dalam langkah, dan sebagainya. Semua ini terjadi karena tidak seimbang dalam menjaga keduanya
☘ *Allah Ta’ala Melihat Gerak Hati*
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada penampilan kalian dan harta kalian, tetapi Dia melihat pada hati dan perbuatan kalian.” (HR. Muslim 4/1987, dari Abu Hurairah)
Hujjatul Islam, Al Imam Al Ghazali Rahimahullah mengatakan:
وَإِنَّمَا نَظَرَ إِلَى الْقُلُوبِ لأَِنَّهَا مَظِنَّةُ النِّيَّةِ ، وَهَذَا هُوَ سِرُّ اهْتِمَامِ الشَّارِعِ بِالنِّيَّةِ فَأَنَاطَ قَبُول الْعَمَل وَرَدَّهُ وَتَرْتِيبَ الثَّوَابِ وَالْعِقَابِ بِالنِّيَّةِ
“Sesungguhnya Dia melihat kepada hati lantaran hati adalah tempat dugaan niat, inilah rahasia perhatian Allah terhadap niat. Maka, diterima dan ditolaknya amal tergantung niatnya, dan pemberian pahala dan siksa juga karena niat.” (Ihya ‘Ulumuddin, 4/351
☘ *Macam-Macam Hati*
Dalam Al Quran disebutkan beberapa macam hati manusia.
*1. Hati Yang Berpenyakit*
Inilah hati orang-orang munafiq, sebagaimana yang Allah Ta’ala ceritakan dalam Al Quran:
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
Dalam hati mereka terdapat penyakit, lalu Allah tambah penyakit mereka itu, dan bagi mereka azab yang pedih lantaran kedustaan mereka. (QS. Al Baqarah: 10)
Penyakit hati mereka adalah membenci kaum beriman dan menyimpan kebencian itu dalam hatinya, walau zahirnya mereka menampakkan kedekatan dengan kaum beriman.
*2. Hati Yang Keras*
Yaitu hatinya orang-orang kafir, membangkang kepada Allah Ta’ala dan RasulNya. Allah Ta’ala bercerita tetang pembangkangan Bani Israel terhadap Nabi Musa ‘Alaihissalam:
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. (QS. Al Baqarah: 74)
*3. Hati yang tunduk*
Yaitu hati orang-orang beriman, hati yang mengingat Allah Ta’ala, tunduk, takut, oasrah, dan taat kepadaNya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah (QS. Al Hadid: 16)
Dalam ayat yang lain:
وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَيُؤْمِنُوا بِهِ فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آمَنُوا إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (QS. Al Hajj: 54)
☘ *Penyakit-Penyakit Hati*
1. Nifaq, yaitu dihati membenci Islam namun dalam tampilan penampakkan cintanya kepada Islam, dalam rangka mengambil hati kaum muslimin padahal aslinya hati mereka dipenuhi kebencian luar biasa.
Allah Ta’ala berfirman:
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ (14) اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ (16)
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman.” Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.” Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. (QS. Al Baqarah: 14-16)
2. Al Kibr (Sombong)
Dalam Al Quran banyak dikisahkan raja-raja sombong, seperti Fir’aun, Namrud, Abrahah, juga orang kaya seperti Qarun. Semuanya berakhir dengan memilukan ditelan kesombongannya. Mereka meremehkan manusia dan meninggikan diri sendiri, dan tidak menerima kebenaran dari orang lain.
Sombong itu, kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
الْكِبْرُ بَطَرُ الحق وَغَمْطُ الناس
Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia. (HR. Muslim No. 91)
3. Hasad
Hasad, iri, dengki, ini penyakit hati yang paling mudah tumbuh. Tumbuhnya berasal dari kurang rasa syukur atas apa yang sudah ada.
Imam An Nawawi Rahimahullah berkata:
قَالَ الْعُلَمَاءُ الْحَسَدُ قِسْمَانِ حَقِيقِيٌّ وَمَجَازِيٌّ فَالْحَقِيقِيُّ تَمَنِّي زَوَالِ النِّعْمَةِ عَنْ صَاحِبِهَا وَهَذَا حَرَامٌ بِإِجْمَاعِ الْأُمَّةِ مَعَ النُّصُوصِ الصَّحِيحَةِ وَأَمَّا الْمَجَازِيُّ فَهُوَ الْغِبْطَةُ وَهُوَ أَنْ يَتَمَنَّى مِثْلَ النِّعْمَةِ الَّتِي عَلَى غَيْرِهِ مِنْ غَيْرِ زَوَالِهَا عَنْ صَاحِبِهَا فَإِنْ كَانَتْ مِنْ أُمُورِ الدُّنْيَا كَانَتْ مُبَاحَةً وَإِنْ كَانَتْ طَاعَةً فَهِيَ مُسْتَحَبَّةٌ
Berkata para ulama:
📌 Hasad itu ada dua; hakiki dan majazi
📌 Hasad yang hakiki adalah berharap lenyapnya nikmat dari seseorang, maka ini haram menurut ijma’ umat dan dalil-dalil yang shahih
📌 Hasad yang majazi adalah ghibthah, yaitu mengharapkan dapat nikmat yang sama yang ada pada orang lain, tanpa menginginkan nikmat itu lenyap dari orang tersebut. Jika pada urusan dunia maka itu iri yang dibolehkan, jika pada urusan ketaatan maka itu iri yang disukai (sunnah) (Imam Abu Zakaria Muhyiddin Yahya bin Syarf An Nawawi, Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 10/98. Cet. 2, 1392H. Daar Ihya’ At Turats. Beirut.)
4. Zina Hati
Yaitu membayangkan hal-hal yang erotis pada yang bukan haknya. Ini biasa menggelayuti pikiran anak muda. Berawal dari pandangan mata lalu tertampung dihati, dan direaksikan oleh anggota tubuh.
☘ *Obat Penyakit Hati*
Obat penyakit hati adalah sebagai berikut:
1. Tauhid Yang Bagus. Ini merupakan awal semua kebaikan.
2. Muraqabah. Merasa ada di dalam pengawasan Allah Ta’ala
3. Katsratudz Dzikri. Banyak mengingat Allah Ta’ala
4. Mujahadah. Bersungguh-sungguh dalam memerangi dan mengobati penyakit hati, serta bersungguh-sungguh dalam menyuburkannya dengan kebaikan.
5. Rihabatush Shadr. Lapang dada terhadap saudara.
6. Husnuzh Zhan dengan saudara sesama muslim
Yuk... Sahabat telaga surga agar hati kita tidak terbelenggu kita harus selalu dekat Allah swt, berdzikir, merasa selalu muraqabah, muhasabah...
Semoga sahabat telaga surga hatinya senantiasa terjaga dan tidak terbelenggu...
•┈┈┈◎❅❀❦🌹❦❀❅◎┈┈┈•
🌹 *Tanya Jawab*
1⃣ Aliza
Assalamualaikum ustdza..aliza mau brtnya..dalam sikap sehari2 kita trkdg tdk bisa mengendalikan sikap..atau mulut kita juga..sdh terlontar kata atau tangan kita di hp gitu.baru sadar muncul..bagaimana cara agar setiap detik kita trus selalu ingat kebaikan dan sikap kita agar baik gitu.kita sdh sholat juga.dzikir juga ustadzah..dan kadang dlm hati kita ada penyakit hati tadi juga yg jelek gitu..hati dan fikiran saya kadang baik kadang jelek ustdzah
🔰Jawab
Senantiasalah selalu ingat Allah swt... Dengan mengingat Allah swt dan beristighfar hati menjadi tenang dan dalam chat pun kita tidak asal-asal. Dan dengan istighfar hati terhindar dari keburukan dan pikiran juga... Dengan banyak istighfar dan mengingat Allah swt kita akan selalu merasa Allah swt selalu mengawasi kita...
2⃣ Hani
Tanya ya bund..
Obat penyakit hati:
1. Tauhid yg bagus.
Bagaimana membaguskan tauhid kita dalam kehidupan sehari2? Cukupkah dengan sholat, dzikir dan puasa misalnya?
🔰 jawab
Tawakkal kita hendaknya hanya kepada Allah, kesabaran kita hendaknya dibangun di atas ketaatan kepada Allah. Rasa syukur kita hendaknya hanya diserahkan kepada Allah. Demikian juga, dengan segala macam tuntutan dan konsekuensinya, baik yang bersifat dalam hati semata. Misalnya saja rasa cinta prioritasnya hanya kepada Allah, rasa takut hendaknya hanya satu-satunya kepada Allah. Demikian juga dengan ibadah-ibadah Qalbiah, ibadah-ibadah yang dilakukan di dalam hati ataupun ibadah-ibadah lahiriah.
Shalat, puasa, do’a, bacaan Qur’an kita dan segala aktivitas kehidupan hendaknya semata-mata hanya diserahkan kepada Allah. Sebagai wujud dan konsekuensi dari kita sebagai seorang muslim yang telah mengikrarkan kalimat syahadat. Di dalam Al-Qur’an Allah berfirman,
قُلۡ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحۡيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ (١٦٢) لَا شَرِيكَ لَهُ ۥۖ وَبِذَٲلِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا۟ أَوَّلُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ (١٦٣)
“Katakanlah: “Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al-An’am: 162-163).
saudara-saudara sekalian yang dimuliakan Allah subhanahu wata’ala,
Alangkah baiknya jika setiap dari kita, selalu bermuhasabah dan mengevaluasi seberapa banyak dan seberapa jauh, dari segala konsekuensi kalimat Lailahaillallah yang telah kita ucapkan itu. Yang telah kita aplikasikan dalam kehidupan ini, jika saja ia adalah orang-orang yang beriman dan beruntung maka Allah pasti akan memberikannya hidayah untuk menjalankan konsekuensi kalimat tersebut. Namun yang belum merasakan seperti itu, marilah memperbanyak taubat, kembali kepada Allah, pasti Allah menerima taubatnya dan diberi petunjuk dalam kehidupannya. Melalui sisa-sisa kehidupannya sehingga menjadi seorang muslim yang baik.
saudara-saudara yang sama berbahagia,
Rasulullah shallahu’alaihi wasallam menganjurkan kepada kita untuk memperbanyak bershalawat kepada beliau. Begitupun Allah azza wajalla wa’ala memerintahkan,
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰٓٮِٕڪَتَهُ ۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّۚ يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا (٥٦)
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56).
Khusus di hari Jum’at Rasulullah menganjurkan kita untuk memperbanyak shalawat untuk beliau,
“Sesungguhnya hari paling utama adalah Jum’at, perbanyaklah shalawat atasku pada hari itu, karena shalawatmu pasti disampaikan padaku.” (HR. Abu Daud)
3⃣Harni
Izin bertanya ustadzah.
Bagaimana caranya menghilangkan rasa benci yg sudah terlanjur dihati. Sudah berusaha tetapi tetap saja masih membenci. Syukron
🔰 jawab
Memang wajar untuk membenci mereka yang pernah menyakiti hati kita. Namun, memaafkan mereka adalah pilihan yang selalu kita punya. Lebih lagi, kita juga tak bisa selalu menghindari mereka yang pernah menyakiti hati kita.
Hidup pun tak seharusnya habis hanya untuk memikirkan mereka yang membuat hidup kita susah. Jika kamu masih butuh diyakinkan, berikut adalah enam alasan mengapa kamu harus mulai berhenti membenci orang lain dari sekarang.
1. Hidup sendiri sudah melelahkan, jadi jangan buang energimu dengan membenci orang
Sadar atau tidak, membenci seseorang itu membutuhkan energi yang sama dengan mencintai. Untuk terus memikirkan orang yang kita benci tersebut hampir tiap waktu, dibutuhkan komitmen yang tak sedikit. Untuk berdoa agar Tuhan menimpakan sesuatu yang buruk padanya, dibutuhkan semangat negatif yang menyala-nyala. Setiap kali kamu bertemu dengannya, kamu perlu menahan diri untuk tidak uring-uringan atau menyumpah-nyumpah. Wajar jika membenci seseorang membuat kita merasa lelah.
Kalau kamu membenci teman sekelasmu, tentu kamu tak mau kan dikelas hanya sibuk mencela dan menggerutu tentang orang tersebut sampai kamu lupa memperhatikan dosen? Masih banyak hal penting yang perlu diselesaikan dibandingkan kamu menghabiskan energimu buat memikirkan hal yang tidak menguntungkan bagimu.
Hidup itu kadang sudah cukup melelahkan tanpa membenci orang. Apalagi jika kamu jalani dengan membenci.
2. Hidup ini singkat. Sekali memejamkan mata, bertambahlah umur kita. Pantaskah menghabiskannya untuk membenci orang lain?
Seberapa banyak waktu yang kamu gunakan untuk membicarakan orang yang kamu benci pada orang orang yang ada didekatmu? Menceritakan betapa jahatnya dia dan perlakuannya yang tidak menyenangkan hati. Setiap kali kamu dan teman temanmu makan bersama, kamu akan sering menceritakan tentang betapa menyebalkan saat kamu harus berpapasan dengan orang yang kamu benci.
Seringkali kebencian itu juga mengisi sela-sela lamunanmu. Terkadang kita sampai lupa untuk memperhatikan orang orang yang kita cintai karena terlalu sering menggerutu tentang orang yang kita benci. Perhatianmu juga akan terserap untuk mencari alasan bahwa dia memang pantas untuk dibenci. Tak jarang kamu mungkin juga sibuk stalking dia dan berharap dia terkena sial. Padahal, hidup itu terlalu singkat untuk membalas kebaikan orang-orang yang mencintai kita. Kenapa kita harus menghabiskan waktu untuk membenci orang lain?
3. Dunia yang luas bisa menjadi sempit, karena kamu ingin menghindari orang yang kamu benci
kehilangan kebebasan
Kehilangan kebebasan
Secara gak sadar, ketika kita membenci seseorang kita akan lebih memilih menghindarinya. Alasannya? Kita akan merasa tidak nyaman ketika dia ada di dekat kita. Ruang gerakmu pun menjadi terbatas karena ulahmu sendiri. Yang rugi di akhirnya? Kamu sendiri.
Misalnya, kamu jadi merasa enggan untuk gabung dengan tim diskusi di kampus hanya karena orang yang kamu benci bergabung di tim yang sama. Kamu menjadi tidak leluasa lagi, dan bisa bisa kamu kehilangan kesempatan untuk berkembang.
4. Membenci itu membuat dirimu mudah murung.
batu yang seharusnya ada di sungai
Batu yang seharusnya ada di sungai, bukan dihatimu
Membenci seseorang sama seperti memikul sebongkah batu kali di dalam hati. Kebayang ‘kan? Berat dan bikin sesak. Rasa benci yang kamu pupuk, lama-lama bisa mendominasi hatimu. Kamu menjadi lebih mudah marah, lebih sensitif, dan tak jarang tanpa sadar kamu lebih suka menilai negatif orang lain. Ketika kamu melihat dia nongol di timeline medsos kamu jadi sebel, berpapasan dengannya di kantin kamu jadi manyun.
Kamu gak mau kan kalau wajah menawanmu menjadi pudar hanya karena keseringan marah dan murung? Memang selayaknya, batu kebencian yang tak bermanfaat itu kamu letakkan di kali. Jangan di hatimu, nanti bikin penuh. Isilah hatimu dengan hal-hal yang positif saja.
5. Hidup ini tentang mengembangkan sebanyak mungkin hubungan, bukan berfokus pada satu-dua orang
Ketenangan hidup
ketenangan hidup
Setelah sekian lama menjalin persahabatan, ternyata baru-baru ini sahabatmu dan pacarmu kepergok jalan bareng. Tanpa kamu ketahui ternyata mereka sudah menjalin hubungan sejak lama. Ibaratnya kamu ditusuk dari belakang. Akhirnya kamu memutuskan untuk meninggalkan pacarmu dan sahabatmu. Sakit hati, benci, marah, dendam, sesal, semua campur aduk jadi satu. Memang menyakitkan.
Secara gak sadar, kamu juga kehilangan kesempatan untuk hidup damai. Kamu terus saja dibayang-bayangi kebencian itu. Lambat laun sesekali kamu merasakan trauma untuk menjalin hubungan, baik pacaran ataupun sahabat “kental”. Kamu takut kejadian masa lalu terulang lagi.
Padahal, siapa tahu ini adalah cara Tuhan untuk menyeleksi orang-orang yang baik untuk menemani di hidupmu. Percayalah, Tuhan pasti menyiapkan pengganti yang lebih baik. Kebahagiaanmu harus kamu bangun lagi, karena hidup adalah soal menjalani sebanyak mungkin hubungan — bukan hanya soal satu atau dua orang.
6. Masih banyak fase hidup di depan yang harus kamu lalui
Jalan hidup masih panjang
Jalan hidup masih panjang
Fase dalam hidup bukan hanya terdiri dari periode dimana kamu dan dia terlibat dalam hal yang kurang menyenangkan. Masih banyak fase yang harus kamu lalui di depanmu. Memaafkan adalah salah satu cara melepaskan diri dari fase yang kurang menyenangkan, karena jalan yang harus kamu lalui di depan masih panjang.
Setidaknya kalau kita bisa memaafkan, kenapa kita harus tetap membenci? Kalau kita bisa mentoleransi kesalahan orang lain, kenapa kita harus mendendam? Cobalah melupakan rasa sakitmu dengan menyibukkan diri pada hal-hal positif, dan berkumpul dengan orang yang yang mencintai kita. Kamu tidak perlu menghabiskan banyak tenaga untuk mengurusi orang yang menyakitimu
4⃣ Reni
Assalamualaikum ustadzah
Saya mau bertanya ketika dirudung masalah sll berharap ke Allah dan istigfar terus namun hati msi saja tidak tenang selanjutnya itu gmn kah apa ada yg salah atau harus ada yg di benahin? Trimksih atas jawabnya
🔰 Jawab
Wa'alaikumsalam
Kadang ketika dirudung masalah baru kita sadar dengan banyak istighfar tapi dalam kesehariannya kita tidak pernah beristighfar dan bermunajat kepada Allah, sehingga ketika kita dirudung masalah kita merasa dengan istighfar hati kita tetap tidak tenang. Mungkin mba bisa lakukan dengan benar-benar istighfar, Tilawah qur'an dan di 2/3 malam bermunajat kepada Allah dengan qiyamual lail.insya Allah hati dan pikiran kita tenang karena semua permasalahan kita kembalikan kepada pemberi ujian....
•┈┈┈◎❅❀❦🌹❦❀❅◎┈┈┈•
🌹 *Clossing Statement*
Kedudukan hati dalam kehidupan manusia. Dia adalah panglima atas sistem gerak perilaku manusia. Jika dia bagus, putih, bersih, maka bagus pula perilaku manusianya. Tapi jika hatiitu kotor, penuh noda, berpenyakit, maka rusaklah perilaku manusia.
Oleh karena itu, perhatian Islam terhadap hati sangat luar biasa. Sementara kaum muslimin banyak melupakannya. Mereka begitu perhatian dengan kesehatan raga (fisik), setumpuk program direncanakan: olah raga rutin, makan dan minum yang sehat dan seimbang, tidur yang cukup, tidak mengkonsumsi yang merusak kesehatan, dan sebagainya. Tapi, saat yang besamaan, mereka melupakan kesehatan hatinya, begitu bakhil dan lalai atas perawatan kesehatan hati.
Maka, kita lihat betapa banyak manusia yang kekar, nampak sehat dan bugar, tapi hatinya rapuh; mudah mengeluh, mudah marah, iri dan dengki menjadi kebiasaan, riya dalam amal, sombong dalam langkah, dan sebagainya. Semua ini terjadi karena tidak seimbang dalam menjaga keduanya.
*Allah Ta’ala Melihat Gerak Hati*
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada penampilan kalian dan harta kalian, tetapi Dia melihat pada hati dan perbuatan kalian.” (HR. Muslim 4/1987, dari Abu Hurairah)
🌹
〰〰〰〰〰〰🦋
🎤 : Sholcan *Ghadis*
✍🏼 : Sholcan *Arni*
🌸🌹
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
WAG :
1. Telaga Surga 1&2
2. Telaga Surga Junior
FB : Telaga Surga
IG : Telaga_Surga
Youtube : Telaga Surga
https://www.youtube.com/channel/UCNtL_tIUaF10G8OTR67jlHA
Blog : http://telagasurga17.blogspot.co.id/
*Silahkan reshare tanpa mengubah dan menghilangkan sumbernya.*
〰〰〰〰〰〰〰🦋
*GROUP TELAGA SURGA*
🗓 : Jumat, 14 September 2018
⏰ : 19.30 wib sd selesai
📚 *"Melepas Belenggu Hati"*
🧕🏻 *Ustadzah Halimah*
•┈┈┈◎❅❀❦🌹❦❀❅◎┈┈┈•
Kajian kita malam ini adalah tentang
*Melepas Belenggu Hati*
Apa sih arti dari belenggu? Kedengarannya serem, dech... 🤔🤔
Apakah hati sahabat ada yang di belenggu?
Semoga dengan materi ini belenggu yang ada di hati kita bisa disinggirkan... Yang terpenting kita tetap berusaha dan berdo'a agar hati kita tidak terbelenggu...
☘Dikisahkan, suatu hari setelah usai mengikuti pertempuran yang hebat, Jengis Khan beristirahat sejenak melepas lelah di tepi air terjun kecil ditemani burung rajawali yang selalu mengikutinya. Sengaja ia mencari tempat yang agak sepi dan jauh dari serdadunya agar bisa beristirahat dengan tenang tanpa diganggu. Beberapa saat kemudian, ia merasa haus dan segera membawa wadah yang terbuat dari tanah liat (kalau sekarang mungkin semacam mangkok atau gelas) untuk menampung air dari air terjun di dekat tempatnya berteduh.
Ketika hendak menampung air dengan tempat airnya itu, tiba-tiba burung rajawali peliharaannya menyambar mangkuk tersebut hingga jatuh. Jengis Khan kaget dibuatnya. Karena hal tersebut tak pernah dilakukan oleh rajawalinya yang setia.
“Hmm, Nampaknya dia hanya ingin bercanda,” pikirnya dalam hati
Diambillah mangkuk yang terjatuhu dan mencoba kembali menampung air dengannya. Untuk kedua kalinya, burung rajawali peliharaannya menjatuhkan mangkuk yang dipegang sang Panglima. Kali ini, sang rajawali menghentaknya dengan sangat keras sehingga mangkuk tersebut terpental cukup jauh. Jengis Khan menjadi jengkel karenanya. Jika sekali mungkin ini bisa dianggap bercanda, namun untuk kedua kalinya maka ini seperti pelecehan baginya. Dengan murka dirinya mengancam akan menyembelih burung rajawalinya jika hal itu dilakukannya lagi.
Lalu Jengis Khan memungut kembali mangkuk yang terbuat dari tanah liat itu untuk mencoba menampung air dengannya. Baru saja ditengadahkan di bawah kucuran air terjun, sang rajawali tanpa terduga kembali menyambar mangkuknya dengan sangat keras hingga terpental jauh dan terpecah.
Tak lagi menahan kesabarannya, diayunkan pedang perangnya ke arah burung rajawalinya hingga putuslah leher sang rajawali dan terlepaslah jiwa dari raganya. Puas melampiaskan kemarahannya, Jengis Khan mencoba menaiki ujung tebing yang merupakan tempat sumber mata air itu berada untuk meminumnya dan sekaligus melihat-lihat keadaan sekitar. Begitu ia sampai di atas, betapa kagetnya ia melihat ada bangkai binatang yang membusuk tergenang tepat di sumber mata air tersebut. Seketika itu, ia menyadari bahwa rajawali piaraannya sejak tadi hendak memberitahukan kepadanya bahwa air yang ingin diminumnya sudahlah tercemar bangkai membusuk dan bukan tak mungkin akan bisa membunuhnya.
Dengan sedih ia menatap ke arah mayat burung rajawali yang baru saja ditebasnya. Betapa sedih dan menyesalnya atas perbuatannya itu. Dihampirinya jasad rajawali, dilepasnya baju perang yang dipakainya untuk digunakan membungkus jasad rajawali dan kemudian dimakamkan dengan terhormat menggunakan upacara kemiliteran.
Sebagai panglima perang, Jengis Khan begitu hebat nan perkasa mengalahkan musuh-musuhnya. Namanya tersohor di seluruh dunia. Bahkan hingga kini sejarah kehebatannya tak lekang dimakan usia. Namun kehebatannya menaklukkan dan menguasai orang lain bukanlah jaminan baginya untuk dapat mengalahkan dan menguasai dirinya. Ia menyadari bahwa sangatlah penting baginya dan seluruh pasukannya untuk dapat menguasai dirinya sebelum menguasai orang lain.
Kira-kira apa yang bisa kita ambil pelajaran dari kisah di atas?
☘Melalui kisah tersebut, kita belajar tentang pentingnya mengendalikan diri. Karena kebijaksanaan seseorang amatlah terlihat dari sepandai apa ia mengendalikan dirinya. Pengendalian diri merupakan salah satu aspek terpenting dalam hidup, karena musuh terbesar bagi manusia (selain setan laknatullah ‘alaih) bukanlah orang lain atau sesuatu di luar dirinya. Musuh terbesar bagi manusia adalah apa yang terdapat dalam diri, pikiran dan hatinya.
Mengendalikan diri berarti mengendalikan hati dari berbagai noda hitam yang menutupi, mengendalikan pikir dari berbagai macam prasangka negatif yang menghampiri, juga mengendalikan raga dari melakukan segala perbuatan yang berpotensi merugikan diri sendiri dan orang lain di sekitarnya.
Kemampuan mengendalikan diri bukanlah kemampuan yang turun dari langit, yang serta merta dimiliki tanpa adanya ikhtiar untuk mendapatkannya. Kemampuan mengendalikan diri adalah usaha sadar yang dilakukan manusia sejak dini melalui proses panjang nan berliku dan didapatkan dari berbagai hikmah selama berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya juga interaksi dengan Tuhannya.
Satu hal yang bisa kita pelajari dari cerita Jengis Khan di atas adalah bagaimana pentingnya mengendalikan diri dari berbagai emosi, khususnya terhadap rasa marah. Senang, sedih, marah, takut, kecewa, dan beragam emosi lainnya adalah fitrah yang dimiliki manusia sejak dilahirkan ke dunia. Hal itu tak bisa kita tolak kehadirannya. Namun bukan berarti kita tak sanggup mengendalikannya. Emosi yang muncul seketika dengan kadar sewajarnya adalah hal yang manusiawi terjadi pada setiap manusia. Namun menjadi tak wajar ketika emosi itu mengendalikan diri kita sepenuhnya, menutup akal sehat, mengunci hati nurani, hingga menjerumuskan diri untuk melakukan perbuatan yang dibenci manusia sekitarnya, terlebih lagi oleh Sang Maha Pencipta.
Sangatlah besar hikmah yang akan didapat bagi mereka yang mampu mengendalikan dirinya. Allah swt dan Rasul-Nya menyampaikan hal ini dengan sangat jelas kepada kita.
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imran: 133-134)
Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah pernah mengatakan,
“Bukanlah orang yang kuat itu ialah yang selalu menang dalam pergulatan, tetapi orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah” (HR Bukhari dan Muslim)
“Barangsiapa yang menahan kemarahannya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah Ta’ala akan memanggilnya (membanggakannya) pada Hari Kiamat di hadapan semua manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari bermata jeli yang disukainya.” (HR. At-Tirmidzi)
Tentunya, mengendalikan diri dari emosi tak hanya terbatas pada aspek mengendalikan emosi kemarahan semata. Ada banyak emosi lainnya yang juga memiliki potensi besar untuk menjadikan diri tak berdaya hingga tak sadar telah melakukan perbuatan yang mengundang murka-Nya.
Semoga Allah menjadikan kita hamba-Nya yang mampu mengendalikan diri dari segala dosa. Mengendalikan hati dari berbagai noda dan penyakit yang menutupi. Mengendalikan pikiran dari berbagai prasangka negatif kepada Sang Khalik dan makhluk-Nya. Mengendalikan raga dari segala perbuatan yang mampu mengundang murka-Nya dan menjadi penyebab dimasukkanya kita ke dalam neraka
Setiap manusia memiliki hati yang bisa menjadi penentu dari baik buruknya perilaku seseorang, karena di dalam hati yang bersih senantiasa terpancar ketulusan dan energi positif yang bisa mendatangkan manfaat bagi sesama, adapun di dalam hati seseorang yang sedang sakit maka yang terpancar adalah kesembrautan, kegelisahan dan hidupnya sulit berbahagia.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam bersabda:
أَلا وإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وإذَا فَسَدَت فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلا وَهيَ القَلْبُ
Sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging jika dia baik maka baiklah seluruh jasad itu, jika dia rusak maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah itu adalah hati.” (HR. Bukhari No. 52, 1946, dan Muslim No. 1599)
Hadits ini menunjukkan kedudukan hati dalam kehidupan manusia. Dia adalah panglima atas sistem gerak perilaku manusia. Jika dia bagus, putih, bersih, maka bagus pula perilaku manusianya. Tapi jika hatiitu kotor, penuh noda, berpenyakit, maka rusaklah perilaku manusia.
Oleh karena itu, perhatian Islam terhadap hati sangat luar biasa. Sementara kaum muslimin banyak melupakannya. Mereka begitu perhatian dengankesehatan raga (fisik), setumpuk program direncanakan: olah raga rutin, makan dan minum yang sehat dan seimbang, tidur yang cukup, tidak mengkonsumsi yang merusak kesehatan, dan sebagainya. Tapi, saat yang besamaan, mereka melupakan kesehatan hatinya, begitu bakhil dan lalai atas perawatan kesehatan hati.
Maka, kita lihat betapa banyak manusia yang kekar, nampak sehat dan bugar, tapi hatinya rapuh; mudah mengeluh, mudah marah, iri dan dengki menjadi kebiasaan, riya dalam amal, sombong dalam langkah, dan sebagainya. Semua ini terjadi karena tidak seimbang dalam menjaga keduanya
☘ *Allah Ta’ala Melihat Gerak Hati*
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada penampilan kalian dan harta kalian, tetapi Dia melihat pada hati dan perbuatan kalian.” (HR. Muslim 4/1987, dari Abu Hurairah)
Hujjatul Islam, Al Imam Al Ghazali Rahimahullah mengatakan:
وَإِنَّمَا نَظَرَ إِلَى الْقُلُوبِ لأَِنَّهَا مَظِنَّةُ النِّيَّةِ ، وَهَذَا هُوَ سِرُّ اهْتِمَامِ الشَّارِعِ بِالنِّيَّةِ فَأَنَاطَ قَبُول الْعَمَل وَرَدَّهُ وَتَرْتِيبَ الثَّوَابِ وَالْعِقَابِ بِالنِّيَّةِ
“Sesungguhnya Dia melihat kepada hati lantaran hati adalah tempat dugaan niat, inilah rahasia perhatian Allah terhadap niat. Maka, diterima dan ditolaknya amal tergantung niatnya, dan pemberian pahala dan siksa juga karena niat.” (Ihya ‘Ulumuddin, 4/351
☘ *Macam-Macam Hati*
Dalam Al Quran disebutkan beberapa macam hati manusia.
*1. Hati Yang Berpenyakit*
Inilah hati orang-orang munafiq, sebagaimana yang Allah Ta’ala ceritakan dalam Al Quran:
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
Dalam hati mereka terdapat penyakit, lalu Allah tambah penyakit mereka itu, dan bagi mereka azab yang pedih lantaran kedustaan mereka. (QS. Al Baqarah: 10)
Penyakit hati mereka adalah membenci kaum beriman dan menyimpan kebencian itu dalam hatinya, walau zahirnya mereka menampakkan kedekatan dengan kaum beriman.
*2. Hati Yang Keras*
Yaitu hatinya orang-orang kafir, membangkang kepada Allah Ta’ala dan RasulNya. Allah Ta’ala bercerita tetang pembangkangan Bani Israel terhadap Nabi Musa ‘Alaihissalam:
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. (QS. Al Baqarah: 74)
*3. Hati yang tunduk*
Yaitu hati orang-orang beriman, hati yang mengingat Allah Ta’ala, tunduk, takut, oasrah, dan taat kepadaNya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah (QS. Al Hadid: 16)
Dalam ayat yang lain:
وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَيُؤْمِنُوا بِهِ فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آمَنُوا إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (QS. Al Hajj: 54)
☘ *Penyakit-Penyakit Hati*
1. Nifaq, yaitu dihati membenci Islam namun dalam tampilan penampakkan cintanya kepada Islam, dalam rangka mengambil hati kaum muslimin padahal aslinya hati mereka dipenuhi kebencian luar biasa.
Allah Ta’ala berfirman:
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ (14) اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ (16)
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman.” Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.” Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. (QS. Al Baqarah: 14-16)
2. Al Kibr (Sombong)
Dalam Al Quran banyak dikisahkan raja-raja sombong, seperti Fir’aun, Namrud, Abrahah, juga orang kaya seperti Qarun. Semuanya berakhir dengan memilukan ditelan kesombongannya. Mereka meremehkan manusia dan meninggikan diri sendiri, dan tidak menerima kebenaran dari orang lain.
Sombong itu, kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
الْكِبْرُ بَطَرُ الحق وَغَمْطُ الناس
Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia. (HR. Muslim No. 91)
3. Hasad
Hasad, iri, dengki, ini penyakit hati yang paling mudah tumbuh. Tumbuhnya berasal dari kurang rasa syukur atas apa yang sudah ada.
Imam An Nawawi Rahimahullah berkata:
قَالَ الْعُلَمَاءُ الْحَسَدُ قِسْمَانِ حَقِيقِيٌّ وَمَجَازِيٌّ فَالْحَقِيقِيُّ تَمَنِّي زَوَالِ النِّعْمَةِ عَنْ صَاحِبِهَا وَهَذَا حَرَامٌ بِإِجْمَاعِ الْأُمَّةِ مَعَ النُّصُوصِ الصَّحِيحَةِ وَأَمَّا الْمَجَازِيُّ فَهُوَ الْغِبْطَةُ وَهُوَ أَنْ يَتَمَنَّى مِثْلَ النِّعْمَةِ الَّتِي عَلَى غَيْرِهِ مِنْ غَيْرِ زَوَالِهَا عَنْ صَاحِبِهَا فَإِنْ كَانَتْ مِنْ أُمُورِ الدُّنْيَا كَانَتْ مُبَاحَةً وَإِنْ كَانَتْ طَاعَةً فَهِيَ مُسْتَحَبَّةٌ
Berkata para ulama:
📌 Hasad itu ada dua; hakiki dan majazi
📌 Hasad yang hakiki adalah berharap lenyapnya nikmat dari seseorang, maka ini haram menurut ijma’ umat dan dalil-dalil yang shahih
📌 Hasad yang majazi adalah ghibthah, yaitu mengharapkan dapat nikmat yang sama yang ada pada orang lain, tanpa menginginkan nikmat itu lenyap dari orang tersebut. Jika pada urusan dunia maka itu iri yang dibolehkan, jika pada urusan ketaatan maka itu iri yang disukai (sunnah) (Imam Abu Zakaria Muhyiddin Yahya bin Syarf An Nawawi, Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 10/98. Cet. 2, 1392H. Daar Ihya’ At Turats. Beirut.)
4. Zina Hati
Yaitu membayangkan hal-hal yang erotis pada yang bukan haknya. Ini biasa menggelayuti pikiran anak muda. Berawal dari pandangan mata lalu tertampung dihati, dan direaksikan oleh anggota tubuh.
☘ *Obat Penyakit Hati*
Obat penyakit hati adalah sebagai berikut:
1. Tauhid Yang Bagus. Ini merupakan awal semua kebaikan.
2. Muraqabah. Merasa ada di dalam pengawasan Allah Ta’ala
3. Katsratudz Dzikri. Banyak mengingat Allah Ta’ala
4. Mujahadah. Bersungguh-sungguh dalam memerangi dan mengobati penyakit hati, serta bersungguh-sungguh dalam menyuburkannya dengan kebaikan.
5. Rihabatush Shadr. Lapang dada terhadap saudara.
6. Husnuzh Zhan dengan saudara sesama muslim
Yuk... Sahabat telaga surga agar hati kita tidak terbelenggu kita harus selalu dekat Allah swt, berdzikir, merasa selalu muraqabah, muhasabah...
Semoga sahabat telaga surga hatinya senantiasa terjaga dan tidak terbelenggu...
•┈┈┈◎❅❀❦🌹❦❀❅◎┈┈┈•
🌹 *Tanya Jawab*
1⃣ Aliza
Assalamualaikum ustdza..aliza mau brtnya..dalam sikap sehari2 kita trkdg tdk bisa mengendalikan sikap..atau mulut kita juga..sdh terlontar kata atau tangan kita di hp gitu.baru sadar muncul..bagaimana cara agar setiap detik kita trus selalu ingat kebaikan dan sikap kita agar baik gitu.kita sdh sholat juga.dzikir juga ustadzah..dan kadang dlm hati kita ada penyakit hati tadi juga yg jelek gitu..hati dan fikiran saya kadang baik kadang jelek ustdzah
🔰Jawab
Senantiasalah selalu ingat Allah swt... Dengan mengingat Allah swt dan beristighfar hati menjadi tenang dan dalam chat pun kita tidak asal-asal. Dan dengan istighfar hati terhindar dari keburukan dan pikiran juga... Dengan banyak istighfar dan mengingat Allah swt kita akan selalu merasa Allah swt selalu mengawasi kita...
2⃣ Hani
Tanya ya bund..
Obat penyakit hati:
1. Tauhid yg bagus.
Bagaimana membaguskan tauhid kita dalam kehidupan sehari2? Cukupkah dengan sholat, dzikir dan puasa misalnya?
🔰 jawab
Tawakkal kita hendaknya hanya kepada Allah, kesabaran kita hendaknya dibangun di atas ketaatan kepada Allah. Rasa syukur kita hendaknya hanya diserahkan kepada Allah. Demikian juga, dengan segala macam tuntutan dan konsekuensinya, baik yang bersifat dalam hati semata. Misalnya saja rasa cinta prioritasnya hanya kepada Allah, rasa takut hendaknya hanya satu-satunya kepada Allah. Demikian juga dengan ibadah-ibadah Qalbiah, ibadah-ibadah yang dilakukan di dalam hati ataupun ibadah-ibadah lahiriah.
Shalat, puasa, do’a, bacaan Qur’an kita dan segala aktivitas kehidupan hendaknya semata-mata hanya diserahkan kepada Allah. Sebagai wujud dan konsekuensi dari kita sebagai seorang muslim yang telah mengikrarkan kalimat syahadat. Di dalam Al-Qur’an Allah berfirman,
قُلۡ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحۡيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ (١٦٢) لَا شَرِيكَ لَهُ ۥۖ وَبِذَٲلِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا۟ أَوَّلُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ (١٦٣)
“Katakanlah: “Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al-An’am: 162-163).
saudara-saudara sekalian yang dimuliakan Allah subhanahu wata’ala,
Alangkah baiknya jika setiap dari kita, selalu bermuhasabah dan mengevaluasi seberapa banyak dan seberapa jauh, dari segala konsekuensi kalimat Lailahaillallah yang telah kita ucapkan itu. Yang telah kita aplikasikan dalam kehidupan ini, jika saja ia adalah orang-orang yang beriman dan beruntung maka Allah pasti akan memberikannya hidayah untuk menjalankan konsekuensi kalimat tersebut. Namun yang belum merasakan seperti itu, marilah memperbanyak taubat, kembali kepada Allah, pasti Allah menerima taubatnya dan diberi petunjuk dalam kehidupannya. Melalui sisa-sisa kehidupannya sehingga menjadi seorang muslim yang baik.
saudara-saudara yang sama berbahagia,
Rasulullah shallahu’alaihi wasallam menganjurkan kepada kita untuk memperbanyak bershalawat kepada beliau. Begitupun Allah azza wajalla wa’ala memerintahkan,
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰٓٮِٕڪَتَهُ ۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّۚ يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا (٥٦)
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56).
Khusus di hari Jum’at Rasulullah menganjurkan kita untuk memperbanyak shalawat untuk beliau,
“Sesungguhnya hari paling utama adalah Jum’at, perbanyaklah shalawat atasku pada hari itu, karena shalawatmu pasti disampaikan padaku.” (HR. Abu Daud)
3⃣Harni
Izin bertanya ustadzah.
Bagaimana caranya menghilangkan rasa benci yg sudah terlanjur dihati. Sudah berusaha tetapi tetap saja masih membenci. Syukron
🔰 jawab
Memang wajar untuk membenci mereka yang pernah menyakiti hati kita. Namun, memaafkan mereka adalah pilihan yang selalu kita punya. Lebih lagi, kita juga tak bisa selalu menghindari mereka yang pernah menyakiti hati kita.
Hidup pun tak seharusnya habis hanya untuk memikirkan mereka yang membuat hidup kita susah. Jika kamu masih butuh diyakinkan, berikut adalah enam alasan mengapa kamu harus mulai berhenti membenci orang lain dari sekarang.
1. Hidup sendiri sudah melelahkan, jadi jangan buang energimu dengan membenci orang
Sadar atau tidak, membenci seseorang itu membutuhkan energi yang sama dengan mencintai. Untuk terus memikirkan orang yang kita benci tersebut hampir tiap waktu, dibutuhkan komitmen yang tak sedikit. Untuk berdoa agar Tuhan menimpakan sesuatu yang buruk padanya, dibutuhkan semangat negatif yang menyala-nyala. Setiap kali kamu bertemu dengannya, kamu perlu menahan diri untuk tidak uring-uringan atau menyumpah-nyumpah. Wajar jika membenci seseorang membuat kita merasa lelah.
Kalau kamu membenci teman sekelasmu, tentu kamu tak mau kan dikelas hanya sibuk mencela dan menggerutu tentang orang tersebut sampai kamu lupa memperhatikan dosen? Masih banyak hal penting yang perlu diselesaikan dibandingkan kamu menghabiskan energimu buat memikirkan hal yang tidak menguntungkan bagimu.
Hidup itu kadang sudah cukup melelahkan tanpa membenci orang. Apalagi jika kamu jalani dengan membenci.
2. Hidup ini singkat. Sekali memejamkan mata, bertambahlah umur kita. Pantaskah menghabiskannya untuk membenci orang lain?
Seberapa banyak waktu yang kamu gunakan untuk membicarakan orang yang kamu benci pada orang orang yang ada didekatmu? Menceritakan betapa jahatnya dia dan perlakuannya yang tidak menyenangkan hati. Setiap kali kamu dan teman temanmu makan bersama, kamu akan sering menceritakan tentang betapa menyebalkan saat kamu harus berpapasan dengan orang yang kamu benci.
Seringkali kebencian itu juga mengisi sela-sela lamunanmu. Terkadang kita sampai lupa untuk memperhatikan orang orang yang kita cintai karena terlalu sering menggerutu tentang orang yang kita benci. Perhatianmu juga akan terserap untuk mencari alasan bahwa dia memang pantas untuk dibenci. Tak jarang kamu mungkin juga sibuk stalking dia dan berharap dia terkena sial. Padahal, hidup itu terlalu singkat untuk membalas kebaikan orang-orang yang mencintai kita. Kenapa kita harus menghabiskan waktu untuk membenci orang lain?
3. Dunia yang luas bisa menjadi sempit, karena kamu ingin menghindari orang yang kamu benci
kehilangan kebebasan
Kehilangan kebebasan
Secara gak sadar, ketika kita membenci seseorang kita akan lebih memilih menghindarinya. Alasannya? Kita akan merasa tidak nyaman ketika dia ada di dekat kita. Ruang gerakmu pun menjadi terbatas karena ulahmu sendiri. Yang rugi di akhirnya? Kamu sendiri.
Misalnya, kamu jadi merasa enggan untuk gabung dengan tim diskusi di kampus hanya karena orang yang kamu benci bergabung di tim yang sama. Kamu menjadi tidak leluasa lagi, dan bisa bisa kamu kehilangan kesempatan untuk berkembang.
4. Membenci itu membuat dirimu mudah murung.
batu yang seharusnya ada di sungai
Batu yang seharusnya ada di sungai, bukan dihatimu
Membenci seseorang sama seperti memikul sebongkah batu kali di dalam hati. Kebayang ‘kan? Berat dan bikin sesak. Rasa benci yang kamu pupuk, lama-lama bisa mendominasi hatimu. Kamu menjadi lebih mudah marah, lebih sensitif, dan tak jarang tanpa sadar kamu lebih suka menilai negatif orang lain. Ketika kamu melihat dia nongol di timeline medsos kamu jadi sebel, berpapasan dengannya di kantin kamu jadi manyun.
Kamu gak mau kan kalau wajah menawanmu menjadi pudar hanya karena keseringan marah dan murung? Memang selayaknya, batu kebencian yang tak bermanfaat itu kamu letakkan di kali. Jangan di hatimu, nanti bikin penuh. Isilah hatimu dengan hal-hal yang positif saja.
5. Hidup ini tentang mengembangkan sebanyak mungkin hubungan, bukan berfokus pada satu-dua orang
Ketenangan hidup
ketenangan hidup
Setelah sekian lama menjalin persahabatan, ternyata baru-baru ini sahabatmu dan pacarmu kepergok jalan bareng. Tanpa kamu ketahui ternyata mereka sudah menjalin hubungan sejak lama. Ibaratnya kamu ditusuk dari belakang. Akhirnya kamu memutuskan untuk meninggalkan pacarmu dan sahabatmu. Sakit hati, benci, marah, dendam, sesal, semua campur aduk jadi satu. Memang menyakitkan.
Secara gak sadar, kamu juga kehilangan kesempatan untuk hidup damai. Kamu terus saja dibayang-bayangi kebencian itu. Lambat laun sesekali kamu merasakan trauma untuk menjalin hubungan, baik pacaran ataupun sahabat “kental”. Kamu takut kejadian masa lalu terulang lagi.
Padahal, siapa tahu ini adalah cara Tuhan untuk menyeleksi orang-orang yang baik untuk menemani di hidupmu. Percayalah, Tuhan pasti menyiapkan pengganti yang lebih baik. Kebahagiaanmu harus kamu bangun lagi, karena hidup adalah soal menjalani sebanyak mungkin hubungan — bukan hanya soal satu atau dua orang.
6. Masih banyak fase hidup di depan yang harus kamu lalui
Jalan hidup masih panjang
Jalan hidup masih panjang
Fase dalam hidup bukan hanya terdiri dari periode dimana kamu dan dia terlibat dalam hal yang kurang menyenangkan. Masih banyak fase yang harus kamu lalui di depanmu. Memaafkan adalah salah satu cara melepaskan diri dari fase yang kurang menyenangkan, karena jalan yang harus kamu lalui di depan masih panjang.
Setidaknya kalau kita bisa memaafkan, kenapa kita harus tetap membenci? Kalau kita bisa mentoleransi kesalahan orang lain, kenapa kita harus mendendam? Cobalah melupakan rasa sakitmu dengan menyibukkan diri pada hal-hal positif, dan berkumpul dengan orang yang yang mencintai kita. Kamu tidak perlu menghabiskan banyak tenaga untuk mengurusi orang yang menyakitimu
4⃣ Reni
Assalamualaikum ustadzah
Saya mau bertanya ketika dirudung masalah sll berharap ke Allah dan istigfar terus namun hati msi saja tidak tenang selanjutnya itu gmn kah apa ada yg salah atau harus ada yg di benahin? Trimksih atas jawabnya
🔰 Jawab
Wa'alaikumsalam
Kadang ketika dirudung masalah baru kita sadar dengan banyak istighfar tapi dalam kesehariannya kita tidak pernah beristighfar dan bermunajat kepada Allah, sehingga ketika kita dirudung masalah kita merasa dengan istighfar hati kita tetap tidak tenang. Mungkin mba bisa lakukan dengan benar-benar istighfar, Tilawah qur'an dan di 2/3 malam bermunajat kepada Allah dengan qiyamual lail.insya Allah hati dan pikiran kita tenang karena semua permasalahan kita kembalikan kepada pemberi ujian....
•┈┈┈◎❅❀❦🌹❦❀❅◎┈┈┈•
🌹 *Clossing Statement*
Kedudukan hati dalam kehidupan manusia. Dia adalah panglima atas sistem gerak perilaku manusia. Jika dia bagus, putih, bersih, maka bagus pula perilaku manusianya. Tapi jika hatiitu kotor, penuh noda, berpenyakit, maka rusaklah perilaku manusia.
Oleh karena itu, perhatian Islam terhadap hati sangat luar biasa. Sementara kaum muslimin banyak melupakannya. Mereka begitu perhatian dengan kesehatan raga (fisik), setumpuk program direncanakan: olah raga rutin, makan dan minum yang sehat dan seimbang, tidur yang cukup, tidak mengkonsumsi yang merusak kesehatan, dan sebagainya. Tapi, saat yang besamaan, mereka melupakan kesehatan hatinya, begitu bakhil dan lalai atas perawatan kesehatan hati.
Maka, kita lihat betapa banyak manusia yang kekar, nampak sehat dan bugar, tapi hatinya rapuh; mudah mengeluh, mudah marah, iri dan dengki menjadi kebiasaan, riya dalam amal, sombong dalam langkah, dan sebagainya. Semua ini terjadi karena tidak seimbang dalam menjaga keduanya.
*Allah Ta’ala Melihat Gerak Hati*
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada penampilan kalian dan harta kalian, tetapi Dia melihat pada hati dan perbuatan kalian.” (HR. Muslim 4/1987, dari Abu Hurairah)
🌹
〰〰〰〰〰〰🦋
🎤 : Sholcan *Ghadis*
✍🏼 : Sholcan *Arni*
🌸🌹
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
WAG :
1. Telaga Surga 1&2
2. Telaga Surga Junior
FB : Telaga Surga
IG : Telaga_Surga
Youtube : Telaga Surga
https://www.youtube.com/channel/UCNtL_tIUaF10G8OTR67jlHA
Blog : http://telagasurga17.blogspot.co.id/
*Silahkan reshare tanpa mengubah dan menghilangkan sumbernya.*
〰〰〰〰〰〰〰🦋
Komentar
Posting Komentar