Ingin Kuraih Surga Bersama Kalian

✍๐Ÿผ *NOTULENSI KAJIAN ONLINE*๐Ÿ“ฟ
*GROUP TELAGA SURGA*

๐Ÿ—“ : Kamis, 17 Oktober 2018
⏰ : 19.30 wib sd selesai

๐Ÿ“š *"Ingin Kuraih Surga Bersama Kalian"*
 ๐Ÿง•๐Ÿป *Ustadzah Halimah*


•┈┈┈◎❅❀❦๐ŸŒน❦❀❅◎┈┈┈•

: ุจِุณْู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู€ู€ู€ู€ู€ู…ِ


Barakallah wa alhamdulillah... Semoga semua sahabat telaga surga senantiasa selalu dalam lindungan Allah swt, senantiasa selalu di berikan kesehatan, kebahagiaan, keberkahan dan inayah... ๐Ÿ’๐Ÿ’–

Kajian kita malam ini adalah tentang

*Ingin Ku Raih Surga Bersama Kalian*

Dalam kehidupan ini kita pasti butuh teman, sahabatkan... Agar hidup ini lebih mudah kita lalui...
Kenapa?
Karena ada yang akan mengingatkan dan menasehati kita jika kita salah melangkah.

Bagaimana jika kita di dunia ini hidup hanya sendiri?
Pasti tidak enak... Kenapa??
Karena tidak akan ada yang mengingatkan dan menasehati diri kita jika salah dalam bertindak, berbuat dan berkata...

Karena kita hidup di dunia butuh teman dalam berbagi baik senang maupun susah...

Adakah yang lebih senang hidup menyendiri??? ☝☝

Di antara nikmat Allah pada hamba-hambaNya adalah nikmat sahabat dan teman setia yang selalu mengajak pada kebaikan, bisa berbagi beban dan kegembiraan, juga peduli dengan fluktuasi keimanan sahabatnya. Bahkan Umar bin Khattab menilai sahabat yang baik adalah nikmat terbesar setelah nikmat Islam:

ู…ุง ุฃุนุทูŠ ุนุจุฏٌ ุจุนุฏ ุงู„ุฅุณู„ุงู… ุฎูŠุฑุงً ู…ู† ุฃุฎٍ ุตุงู„ุญ

“Tidaklah seorang hamba di beri karunia yang lebih baik setelah nikmat Islam melebihi saudara yang sholih”.

sesungguhnya merekalah yang punya peran besar mewarnai kehidupan kita dengan warna yang baik atau sebaliknya. Interaksi dengan mereka baik interaksi yang bersifat fisik , terlebih interaksi fikroh dan pemikiran sangat berperan menentukan arah hidup kita. Maka tak heran jika Rasulullah memberi taujih agar kita cermat dan selektif dalam memilih kawan karib, sebagaimana sabda beliau:

ุงู„ุฑَّุฌُู„ُ ุนَู„َู‰ ุฏِูŠู†ِ ุฎَู„ِูŠู„ِู‡ِ ูَู„ْูŠَู†ْุธُุฑْ ุฃَุญَุฏُูƒُู…ْ ู…َู†ْ ูŠُุฎَุงู„ِู„ُ

“Seseorang berada dalam pengaruh agama sahabatnya, maka kendaknya setiap kalian mengamati siapa yang menjadi kawan karibnya”. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

Rasulullah SAW dan para sahabat adalah potret terindah pertemanan yang pernah ada di bumi ini. Mereka adalah saudara yang lahir dari rahim iman, lewat tangan Rasulullah, sebagai orang tua, guru, dan sahabat sejati. Mereka tumbuh dalam rengkuhan tarbiyah, dalam suasana ukhuwah yang kadang sulit untuk di mengerti; bagaimana bisa sekelompok orang saling mencintai demikian rupa.

Apalagi saat permulaan hijrah, di antara strategi Rasulullah mempercepat terbentuknya masyarakat muslim yang kokoh adalah mempersaudarakan kaum muhajirin dan Anshor. Agar dua komunitas besar yang sebelumnya tidak saling mengenal tersebut cepat melebur menjadi satu jasad yang kuat dan kokoh. Sebagaimana sebelumnya Rasulullah juga pernah mempersaudarakan antar kaum muhajirin agar mereka tidak merasa terasing.

Mereka dikumpulkan, seperti penuturan sahabat Anas bin Malik, dan dipasang-pasangkan. Yang kaya dan kuat disandingkan dengan yang miskin dan lemah. Mereka dipersaudarakan, yang saat itu berjumlah sekitar sembilan puluh orang. Tugasnya saling mencintai, menolong, saling menjaga, saling berbagi, bahkan mereka sempat saling mewarisi sebagaimana layaknya saudara kandung:

Artinya: “Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu bapak dan karib kerabat, Kami jadikan pewaris-pewarisnya, dan (jika ada) orang-orang yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka, Maka berilah kepada mereka bahagiannya. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu”. (An-Nisa’: 33).

Hingga kemudian setelah kaum muslimin kondisinya membaik dan bangunan masyarakatnya solud, atas hikmah Allah, ketentuan tersebut dihapuskan dengan firman Allah Ta’ala:

Artinya: “Dan orang-orang yang mempunyai hubungan Kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat di dalam kitab Allah”. (Al- Anfal: 75).

Begitulah, kisah persaudaraan karena iman ini abadi dalam hadis-hadis yang suci, bahkan Al-Qur’an turut membenarkannya.

Dan persaudaraan ini melahirkan kisah yang abadi dalam lembar sejarah, tentang cinta, pengorbanan dan saling mendahulukan, sekaligus keuletan dalam menjaga harga diri dan muruah dari menunggu bantuan dan meminta pertolongan. Ada sahabat Anshor yang memohon agar saudaranya dari kaum muhajirin mau menerima lahan perkebunan bahkan menawarkan salah satu dari istrinya. Di sisi lain kita menjumpai kaum muhajirin yang bersikeras tak mau menerima pemberian cuma-cuma.

Rasulullah berkata:
 “Tidaklah sempurna iman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai kebaikan untuk saudaranya sebagaiman ia mencintai untuk dirinya sendiri”. (Bukhari Muslim)

Beliau juga memotivasi dengan janji balasan bagi yang berjuang merealisasikan taujih beliau dalam menjalin persahabatan dan saling mencintai dalam bingkai ukhuwah, di antaranya adalah mendapat cinta Allah:

“Cintaku pasti kuberikan untuk orang-orang yang saling mencintai karenaku”. (Mustadrok ala Shohihain lil Hakim, 6/153).

Rasulullah SAW menjanjikan jika seseorang mengunjungi sahabatnya, maka balasannya adalah limpahan rahmat Allah Ta’ala:

ู…َู†ْ ุฒَุงุฑَ ุฃَุฎَุงู‡ُ ุงู„ْู…ُุคْู…ِู† ุฎَุงุถَ ูِูŠ ุงู„ุฑَّุญْู…َุฉ ุญَุชَّู‰ ูŠَุฑْุฌِุน

“Barangsiapa mengunjungi saudaranya yang mukmin, maka dia berada dalam naungan rahmat hingga ia kembali”. (HR. Thabarani).

Maka muncullah jenis pertemanan yang langka, unik, serta menakjubkan, saling mengunjungi, menasehati, dan memberi. Persahabatan yang tetap utuh meski berbagai goncangan dan fitnah, serta langgeng hingga setelah kematian mereka, karena persahabatan mereka akan berlanjut di surga.

Apakah dijaman sekarang kita bisa merasakan seperti apa yang Rasulullah rasakan ketika berteman sampai berlanjut ke surga?? ๐Ÿค” ๐Ÿค”

Insyaa allah ada...
Dimana?
Di taklim atau holaqoh-holaqoh...
Kenapa?

Karena disana kita akan merasakan persaudaraan yang sejati tanpa melihat harta, pangkat maupun kecantikkan

dan semangat belajar mutarabbi maupun murabbi bermula pada suasana yang kurang kondusif, kaku dan tidak mendukung pembelajaran. Nah, agar dakwah bisa berjalan dengan baik, perlu perubahan yang revolusioner dalam membangun dakwah seindah surga.

Ehmm, emang pernah ngerasain surga?

dakwatuna.com

Ketika Halaqah Menjadi Surga Dunia
Juli Trisna Aisyah Sinaga dalam rubrik Essay Pada 02/08/12 | 12:30

Ilustrasi (inet)
dakwatuna.com – Pernahkah jenuh dan bete saat berkumpul? Sering ngantuk dalam halaqah atau merasa tidak bersemangat dari awal sampai akhir pertemuan? Merasa nervous dan takut yang teramat sangat, sampai-sampai jantung mau copot saat setoran hafalan? Pernahkah berpikir untuk gak datang halaqah karena belum mengerjakan tugas yang telah diberikan? Merasa gak enjoy dan gelisah saat murabbi memberikan materi? Atau merasa nggak fokus, gerah, capek, bosan dan maunya minggat aja deh?? Yah, itulah beragam perasaan sering terlontar dari beberapa teman.

Woke, sebelumnya kita pelajari dulu tipe suasana yang biasa dijumpai dalam suasana pembelajaran:

Suasana kuburan. Suasana kaku, sunyi dan sepi. Ibaratkan bila ada seekor nyamuk yang terbang, maka dengungnya akan terdengar sangat nyaring sakingkan sunyinya. Hehe…Pada suasana ini kurang ada keceriaan dan komunikasi yang harmonis. Hal ini bisa terjadi karena berbagai kesenjangan yang ada baik psikologis, sosial maupun ekonomi.
Suasana pengadilan. Dengan ini saya nyatakan bahwa saudara Fulan bersalah tok…tok…tok (suara ketukan palu). Wowww, suasana menyeramkan dan menegangkan di mana mutarabbi yang hadir seolah-olah tersangka yang melakukan tindakan kriminal. Mereka datang hanya untuk diadili sehingga kurang berani dan terbuka dalam menyampaikan pertanyaan apalagi gagasan.
Suasana perang. Dor…dor…dor…Suasana apabila pembina hanya menempatkan mutarabbi sebagai orang yang disuruh-suruh semata. Pokoknya gak ada kompromi dehhh!
Suasana ketoprak dan lawak. Waduuuhh, proses belajar bukannya untuk meningkatkan pemahaman dan membina ruhani, tetapi hanya untuk humor dan sekadar hiburan.
Suasana loyo dan nglokro. Uaahh, di suasana ini pembina dan mutarabbi sama-sama lelah. Energi yang digunakan pun adalah energi sisa yang juga dikeluarkan secara terpaksa. Biasanya diisi dengan curhat dan menumpahkan problem semata.
Suasana persahabatan. Nah, ini nih yang keren. Suasana yang didesain agar proses belajar bisa menyenangkan. Di dalamnya ada komunikasi timbal balik yang efektif antara pembina dan mutarabbi. Semuanya menjadi problem solver atas masalah yang sedang dihadapi.
Kurangnya gairah dan semangat belajar mutarabbi maupun murabbi bermula pada suasana yang kurang kondusif, kaku dan tidak mendukung pembelajaran. Nah, agar dakwah bisa berjalan dengan baik, perlu perubahan yang revolusioner dalam membangun dakwah seindah surga.

Ehmm, emang pernah ngerasain surga?

“Sesungguhnya di dunia ini ada taman-taman surga, barang siapa yang tidak dapat memasukinya di dunia ini dia tidak akan dapat memasuki surga di akhirat nanti” (Ibnu Taimiyah).

Tipologi hati manusia tidak suka pada sikap ekstrem, saklek dan berlebihan, baik terlalu keras maupun terlampau lemah. Yusuf al-Qaradhawi berkata bahwa Islam adalah agama istimewa dengan kecenderungan kemanusiaan yang jelas, tetapi tetap orisinil dalam aqidah, syariat, maupun orientasinya. Islam adalah agama manusia (Karakteristik Islam, 1995: 59).

Halaqah pun perlu kehangatan untuk mencairkan suasana yang terlampau tegang dan menggarami hidup agar tidak hambar.

Mengapa suasana merupakan hal yang penting?

1. Suasana interaksi yang hangat, akrab dan saling terbuka di antara sesama mutarabbi dan murabbi akan memungkinkan berlangsungnya pembelajaran yang efektif dan partisipatif. Gali inspirasi dengan pertanyaan segar seperti gaya Nabi, “Siapakah yang ingin menjadi pendampingku di surga?”
2. Suasana segar akan menjalin persahabatan dan persaudaraan yang erat walaupun memiliki latar belakang yang berlainan. Berikut cara cerdas Nabi dalam memotivasi, “Aku di surga seperti dua jari ini… bagi yang memuliakan anak yatim.”
3. Halaqah yang full semangat akan membantu mutarabbi untuk membuka diri, saling memahami, menggali potensi dan berani dalam mengemukakan gagasan. Berikut cara Nabi untuk memacu sahabat dalam mengemukakan gagasan. “Siapakah yang disebut orang yang bangkrut itu?”, tanya Nabi.
4. Mengkondisikan mutarabbi untuk selalu semangat, senang, tanpa rasa bete untuk mengikuti pelajaran. Momen ini adalah momen yang paling pas untuk berkomunikasi lebih intens dengan mutarabbi sehingga dapat meminimalisasi hambatan yang muncul.
5. Mengembangkan minat karena pada seyogianya minat akan berkembang pada suasana yang hangat dan penuh semangat, meskipun tantangan juga diperlukan untuk memberanikan mutarabbi “Unjuk Gigi” Hihi…Clingg!

Pesan Nabi kepada Ibnu Abbas, “Sesungguhnya engkau seorang anak pembelajar…”

Taman surga akan menumbuhkan potensi dan menggugah motivasi bila akhlak mulia menjadi brand image yang menyatu dengan kepribadian, seperti cara Nabi menginspirasi Amru bin Ash dan Zaid bin Tsabit. Ia menjadi “magnet” bagi orang-orang sekelilingnya untuk bergerak dalam kebaikan sehingga Abu Hurairah pun rela membawakan terompah Nabi demi meraih keberkahan. Majelis ini pula yang menggerakkan ruhiyah seorang sahabat untuk memilih menjadi teman dekat Nabi di surga saat dia diminta Nabi untuk meminta apa saja. Majelis ini pula yang menggerakkan Adi bin Hatim segera berislam setelah menyaksikan kepedulian Nabi dalam melayani curhatan seorang nenek yang tua renta.

Tidaklah sebuah kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah, yang dibacakan di dalamnya kitab-kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi malaikat serta Allah menyebut-nyebut mereka kepada makhluk di sisi-Nya. Dan siapa yang lambat amalnya, hal itu tidak akan dipercepat oleh nasabnya” (HR. Muslim)

, kita semua bisa membuat surga ini di dunia loh! Lalu, gimana caranya??

dakwatuna.com

Ketika Halaqah Menjadi Surga Dunia
Juli Trisna Aisyah Sinaga dalam rubrik Essay Pada 02/08/12 | 12:30

Ilustrasi (inet)
dakwatuna.com – Pernahkah jenuh dan bete saat berkumpul? Sering ngantuk dalam halaqah atau merasa tidak bersemangat dari awal sampai akhir pertemuan? Merasa nervous dan takut yang teramat sangat, sampai-sampai jantung mau copot saat setoran hafalan? Pernahkah berpikir untuk gak datang halaqah karena belum mengerjakan tugas yang telah diberikan? Merasa gak enjoy dan gelisah saat murabbi memberikan materi? Atau merasa nggak fokus, gerah, capek, bosan dan maunya minggat aja deh?? Yah, itulah beragam perasaan sering terlontar dari beberapa teman.

Woke, sebelumnya kita pelajari dulu tipe suasana yang biasa dijumpai dalam suasana pembelajaran:

Suasana kuburan. Suasana kaku, sunyi dan sepi. Ibaratkan bila ada seekor nyamuk yang terbang, maka dengungnya akan terdengar sangat nyaring sakingkan sunyinya. Hehe…Pada suasana ini kurang ada keceriaan dan komunikasi yang harmonis. Hal ini bisa terjadi karena berbagai kesenjangan yang ada baik psikologis, sosial maupun ekonomi.
Suasana pengadilan. Dengan ini saya nyatakan bahwa saudara Fulan bersalah tok…tok…tok (suara ketukan palu). Wowww, suasana menyeramkan dan menegangkan di mana mutarabbi yang hadir seolah-olah tersangka yang melakukan tindakan kriminal. Mereka datang hanya untuk diadili sehingga kurang berani dan terbuka dalam menyampaikan pertanyaan apalagi gagasan.
Suasana perang. Dor…dor…dor…Suasana apabila pembina hanya menempatkan mutarabbi sebagai orang yang disuruh-suruh semata. Pokoknya gak ada kompromi dehhh!
Suasana ketoprak dan lawak. Waduuuhh, proses belajar bukannya untuk meningkatkan pemahaman dan membina ruhani, tetapi hanya untuk humor dan sekadar hiburan.
Suasana loyo dan nglokro. Uaahh, di suasana ini pembina dan mutarabbi sama-sama lelah. Energi yang digunakan pun adalah energi sisa yang juga dikeluarkan secara terpaksa. Biasanya diisi dengan curhat dan menumpahkan problem semata.
Suasana persahabatan. Nah, ini nih yang keren. Suasana yang didesain agar proses belajar bisa menyenangkan. Di dalamnya ada komunikasi timbal balik yang efektif antara pembina dan mutarabbi. Semuanya menjadi problem solver atas masalah yang sedang dihadapi.
Kurangnya gairah dan semangat belajar mutarabbi maupun murabbi bermula pada suasana yang kurang kondusif, kaku dan tidak mendukung pembelajaran. Nah, agar dakwah bisa berjalan dengan baik, perlu perubahan yang revolusioner dalam membangun dakwah seindah surga.

Ehmm, emang pernah ngerasain surga?

“Sesungguhnya di dunia ini ada taman-taman surga, barang siapa yang tidak dapat memasukinya di dunia ini dia tidak akan dapat memasuki surga di akhirat nanti” (Ibnu Taimiyah).

Tipologi hati manusia tidak suka pada sikap ekstrem, saklek dan berlebihan, baik terlalu keras maupun terlampau lemah. Yusuf al-Qaradhawi berkata bahwa Islam adalah agama istimewa dengan kecenderungan kemanusiaan yang jelas, tetapi tetap orisinil dalam aqidah, syariat, maupun orientasinya. Islam adalah agama manusia (Karakteristik Islam, 1995: 59).

Halaqah pun perlu kehangatan untuk mencairkan suasana yang terlampau tegang dan menggarami hidup agar tidak hambar. Taburkan garam tanpa melebihi dosis yang telah ditetapkan. Terlalu sedikit tak berasa, kebanyakan pun bikin muntah…Wuihhh

Mengapa suasana merupakan hal yang penting?

Suasana interaksi yang hangat, akrab dan saling terbuka di antara sesama mutarabbi dan murabbi akan memungkinkan berlangsungnya pembelajaran yang efektif dan partisipatif. Gali inspirasi dengan pertanyaan segar seperti gaya Nabi, “Siapakah yang ingin menjadi pendampingku di surga?”
Suasana segar akan menjalin persahabatan dan persaudaraan yang erat walaupun memiliki latar belakang yang berlainan. Berikut cara cerdas Nabi dalam memotivasi, “Aku di surga seperti dua jari ini… bagi yang memuliakan anak yatim.”
Halaqah yang full semangat akan membantu mutarabbi untuk membuka diri, saling memahami, menggali potensi dan berani dalam mengemukakan gagasan. Berikut cara Nabi untuk memacu sahabat dalam mengemukakan gagasan. “Siapakah yang disebut orang yang bangkrut itu?”, tanya Nabi.
Mengkondisikan mutarabbi untuk selalu semangat, senang, tanpa rasa bete untuk mengikuti pelajaran. Momen ini adalah momen yang paling pas untuk berkomunikasi lebih intens dengan mutarabbi sehingga dapat meminimalisasi hambatan yang muncul.
Mengembangkan minat karena pada seyogianya minat akan berkembang pada suasana yang hangat dan penuh semangat, meskipun tantangan juga diperlukan untuk memberanikan mutarabbi “Unjuk Gigi” Hihi…Clingg!
Pesan Nabi kepada Ibnu Abbas, “Sesungguhnya engkau seorang anak pembelajar…”

Taman surga akan menumbuhkan potensi dan menggugah motivasi bila akhlak mulia menjadi brand image yang menyatu dengan kepribadian, seperti cara Nabi menginspirasi Amru bin Ash dan Zaid bin Tsabit. Ia menjadi “magnet” bagi orang-orang sekelilingnya untuk bergerak dalam kebaikan sehingga Abu Hurairah pun rela membawakan terompah Nabi demi meraih keberkahan. Majelis ini pula yang menggerakkan ruhiyah seorang sahabat untuk memilih menjadi teman dekat Nabi di surga saat dia diminta Nabi untuk meminta apa saja. Majelis ini pula yang menggerakkan Adi bin Hatim segera berislam setelah menyaksikan kepedulian Nabi dalam melayani curhatan seorang nenek yang tua renta.

“Tidaklah sebuah kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah, yang dibacakan di dalamnya kitab-kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi malaikat serta Allah menyebut-nyebut mereka kepada makhluk di sisi-Nya. Dan siapa yang lambat amalnya, hal itu tidak akan dipercepat oleh nasabnya” (HR. Muslim)

So, kita semua bisa membuat surga ini di dunia loh! Lalu, gimana caranya??

1. Tunaikan 5 S: Senyum, sapa, salam, santun, setia. “Wahai manusia sebarkan salam, berilah santunan makan orang yang membutuhkan, silaturahimlah, dan dirikanlah shalat di waktu malam pada saat orang tertidur, niscaya engkau akan masuk surga penuh sejahtera” (HR. Tirmidzi)

2. Jadilah problem solver. Halaqah adalah majelis solusi atas masalah mutarabbi. Yakinlah siapa yang membantu seorang muslim untuk menyelesaikan kesulitannya, maka Allah pun memudahkannya dari kesulitan di hari yang paling sulit.

4. Inspiratif. Jadikan majelis untuk menginspirasi kebaikan bagi sesama. Jabat erat, kuatkan ukhuwah, dan berbagi serta bersinergi dalam memikul beban dakwah.

Sayyidina Ali berpesan, “Wahai anakku, carilah teman sebelum melakukan perjalanan, cari tetangga sebelum membangun rumah.”

Begitulah majelis halaqah terasa manis ibaratkan taman surga yang dapat menyenangkan hati bagi orang yang berkecimpung di dalamnya. Suasananya membuat rindu dan selalu ingin bertemu, menginspirasi, dan saling melindungi antar sesama.Tidak hanya surga di dunia tapi juga ingin meraih surga Allah swt bersama-sama...

Demikianlah materi kajian kita malam ini... Semoga kita semua bisa merasakan surga dunia bersama dan juga meraih surga Allah swt bersama juga...

•┈┈┈◎❅❀❦๐ŸŒน❦❀❅◎┈┈┈•

๐ŸŒน *Tanya Jawab :*

1⃣
Assalamualaikum ustadzah
Eka mau tanya,
Kalo kita nyaman dengan teman kita karena berjuang hijrah nya bareng tapi karena suatu kondisi yang mengharuskan kita terpisah jarak bagaimana kita tetap bisa menjalin hubungan persahabatan karena Allah? Dengan segala kondisi jarak dan kesibukan masing-masing ?

๐ŸŽค Jawaban :
Wa'alaikumsalam...
Jarak dan kondisi tidak menghalangi kita untuk terus menjalin persaudaraan... Apa lagi dengan jaman yang sudah modern ada sarana yang memudahkan kita tetap terus menjalin persaudaraan hanya dengan Hp bisa melalui massenger, wa, FB dan lainnya tanpa harus bertemu secara langsung... Jadi kita gak boleh sedih dan kusar untuk itu semua, ya mba...

2⃣
Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh..
Ijin bertanya ustadzah..
Era dari G217.

Saya ikut taklim/liqo cuma sebulan sekali,  karna di daerah saya bnyak taklim yg masih ada perjanji(apa yah namanya)  , yg sholawatan tpi pake nada nyanyi dangdut dsb.
Saya hanya ikut satu liqo yg tidak seperti itu.  Klo di lingkungan liqo,  semua anggota dgn seksama mendengarkan kajian dgn seksama,  serius.
Tpi diluar liqo mereka masih suka seperti karaoke, dll yg menurut saya bnyak modhoratnya..
Gmna yah caranya menasehati yg baik,  biar mreka tidak tersinghung,  dan mnyadari bhwa yg seperti itu tidak baik.. ๐Ÿ™๐Ÿป๐Ÿ™๐Ÿป

๐ŸŽค Jawaban :
Dalam Liqo memang tidak semua yang hadir langsung Allah berikan hidayah dan kemudahan dalam berinteraksi dengan liqoan... Butuh proses dan tahapan agar semua yang ada di liqo baik dalam segi Akhlak, aqidah dan ibadah... Tinggal bagaimana pribadi orang tersebut ketika mencerna dari liqo tersebut. Apa lagi klau liqonya sebulan sekali untuk menuju manusia yang pribadi islam perlu proses, ya mba... Tinggal kita bisa memberikan nasehat mungkin dengan becanda atau guyon agar yang dinasehati tidak baperan...

3⃣
TS3
๐Ÿ™‹Tetin
izin bertanya:

Bagaimana cara menghadapi teman yang perfeksionis? Terkesan senang membanggakan org lain yg aktivis, sdg bagi mereka yg non aktivis seakan dia pandang sebelah mata?

๐ŸŽค Jawaban :
Karakter orang beda-beda, ya mba... Ada orang yang menganggap semua teman aktivitasnya baik dan ada teman yang hanya memilih-milih terhadap teman aktivitasnya. Dan kadang memandang sebelah mata... Kita tinggal mengingatkan dan menasehati saja agar tidak memandang sebelah mata teman-teman yang kurang beraktifitas tapi kita harus memberi semangat pada mereka agar mau produktif dan aktif dalam dakwah ini... Kemampuan orang juga beda-beda...

4. Adakah tips untuk menjaga persahabatan yang seperti ini ustadzah? Yang bahkan kita gak pernah tau bisa bertemu lagi atau tidak di dunia ini

๐ŸŽค Jawaban :
Tipsnya
1. Katakan bahwa Anda mencintai saudara Anda

ุนَู†ِ ุงู„ู†َّุจِูŠِّ ุตَู„َู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َู…َ ู‚َุงู„َ: ุฅِِุฐَุง ุฃَุญَุจَّ ุงู„ุฑَّุฌُู„ُ ุฃَุฎَุงู‡ُ ูَู„ْูŠُุฎْุจِุฑْู‡ُ ุฃََู†َّู‡ُ ูŠُุญِุจُّู‡ُ

Rasulullah saw. bersabda, “Apabila seseorang mencintai saudaranya, hendaklah dia mengatakan cinta kepadanya.” (Abu Dawud dan Tirmidzi, hadits shahih)

ุนَู†ْ ุงَู†َุณٍ: ุงَู†َّ ุฑَุฌُู„ุงً ูƒَุงู†َ ุนِู†ْุฏَ ุงู„ู†َّุจِูŠِّ ุตَู„َู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َู…َ ูَู…َุฑَّ ุฑَุฌُู„ٌ ูَู‚َุงู„َ: ูŠَุง ุฑَุณُูˆْู„ُ ุงู„ู„ู‡ِ ุงِู†ّูŠ ู„ุฃุญِุจُّ ู‡َุฐَุง ูَู‚َุงู„َ ู„َู‡ُ ุงู„ู†َّุจِูŠُّ ุตَู„َู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َู…َ ุฃَุนْู„َู…ْุชَู‡ُ؟ ู‚َุงู„َ: ู„ุง، ู‚َุงู„َ ุตَู„َู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َู…َ: ุฃุนْู„ِู…ْู‡ُ ูَู„َุญِู‚َู‡ُ ูَู‚َุงู„َ: ุฅِู†ِّูŠ ุฃُุญِุจُّูƒَ ูِู‰ ุงู„ู„ู‡ِ ูَู‚َุงู„َ: ุฃَุญَุจَّูƒَ ุงู„َّุฐِูŠ ุฃَุญْุจَุจْุชَู†ِู‰ ู„َู‡ُ

Anas r.a. mengatakan bahwa seseorang berada di sisi Rasulullah saw., lalu salah seorang sahabat melewatinya. Orang yang berada di sisi Rasulullah tersebut mengatakan, “Aku mencintai dia, ya Rasulullah.” Lalu Nabi bersabda, “Apakah kamu sudah memberitahukan dia?” Orang itu menjawab, “Belum.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Beritahukan kepadanya.” Lalu orang tersebut memberitahukannya dan berkata, “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.” Kemudian orang yang dicintai itu menjawab, “Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya.” (Abu Dawud, dengan sanad shahih)

Jadi, jangan tunda lagi. Katakan cinta kepada orang yang Anda cintai.

2. Minta didoakan dari jauh saat berpisah

ุนَู†ْ ุนُู…َุฑَุจْู†ِ ุงู„ْุฎَุทَุงุจِ ู‚َุงู„َ: ุงِุณْุชَุฃْุฐِู†ْุชُ ุงู„ู†َّุจِูŠَّ ุตَู„َู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َู…َ ูِู‰ ุงู„ْุนُู…ْุฑَุฉِ ูَุฃَุฐِู†َ ู„ِูŠ ูَู‚َุงู„َ: ู„ุงَ ุชَู†ْุณَู†َุง ูŠَุง ุงُุฎَูŠَّ ู…ِู†ْ ุฏُุนَุงุฆِูƒَ ูَู‚َุงู„َ: ูƒَู„ِู…َุฉً ู…َุง ูŠَุณُุฑُّู†ِู‰ ุฃَู†َّ ู„ِู‰ ุจِِู‡َุง ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง، ูˆَูِู‰ ุฑِูˆَุงูŠَุฉٍ ู‚َุงู„َ: ุฃَุดْุฑِูƒْู†َุง ูŠَุง ุฃُุฌَูŠَّ ูِู‰ ุฏُุนَุงุฆِูƒَ

Umaู‚ bin Khaththab berkata, “Aku minta izin kepada Nabi Muhammad saw. untuk melaksanakan umrah, lalu Rasulullah saw. mengizinkanku.” Beliau bersabda, “Jangan lupakan kami, wahai saudaraku, dalam doamu.” Kemudian ia mengatakan satu kalimat yang menggembirakanku bahwa aku mempunyai keberuntungan dengan kalimat itu di dunia. Dalam satu riwayat, beliau bersabda, “Sertakan kami dalam diamu, wahai saudaraku.” (Abu Dawud dan Tirmidzi, hadits hasan shahih)

ู‚َุงู„َ ุฑَุณُูˆْู„ُ ุงู„ู„ู‡ِ ุตَู„َู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َู…َ: ู…َุง ู…ِู†ْ ู…ُุณْู„ِู…ٍ ูŠَุฏْุนُูˆْ ู„ِุฃَุฎِูŠْู‡ِ ุจِุธَู‡ْุฑِ ุงู„ْุบَูŠْุจِ ุฅِู„ุงَّ ู‚َุงู„َ ุงู„ْู…َู„َูƒُ : ูˆَู„َูƒَ ุจِู…ِุซْู„ٍ

Rasulullah saw. bersabda, “Tidak seorang hamba mukmin yang berdoa untuk saudaranya dari kejauhan malainkan malaikat berkata, ‘Dan bagimu seperti itu’.” (Muslim)

3. Bila berjumpa, tunjukkan wajah gembira dan senyuman

ู‚َุงู„َ ุฑَุณُูˆْู„ُ ุงู„ู„ู‡ِ ุตَู„َู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َู…َ: ู„ุงَ ุชَุญْู‚ِุฑَู†َّ ู…ِู†َ ุงู„ْู…َุนْุฑُูِ ุดَูŠْุฆุงً ูˆَู„َูˆْ ุฃَู†ْ ุชَู„ْู‚َู‰ ุฃَุฎَุงูƒَ ุจِูˆَุฌْู‡ٍ ุทَู„ِูŠْู‚ٍ

Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kamu meremehkan kebaikan apapun, walaupun sekadar bertemu saudaramu dengan wajah ceria.” (Muslim)
4. Sering-seringlah berkomunikasi

Nabi Muhammad saw. bersabda, “Allah swt. berfirman, ‘Pasti akan mendapat cinta-Ku orang-orang yang mencintai karena Aku, keduanya saling berkunjung karena Aku, dan saling memberli karena Aku’.” (Imam Malik dalam Al-Muwaththa’)

5. Ucapkan selamat saat saudara Anda mendapat kesuksesan

ุนَู†ْ ุงَู†َุณٍ ุจู† ู…ุงู„ูƒ ู‚َุงู„َ ุฑَุณُูˆْู„ُ ุงู„ู„ู‡ِ ุตَู„َู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َู…َ: ู…َู†ْ ู„َู‚ِูŠَ ุฃَุฌَุงู‡ُ ุจِู…َุง ูŠُุญِุจُّ ู„ِูŠَุณُุฑَّู‡ُ ุฐَุงู„ِูƒَ ุณَุฑَّุฉُ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَุฒَّ ูˆَุฌَู„َّ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…َุฉِ

Anas bin Malik berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa bertemu saudaranya dengan membawa sesuatu yang dapat menggembirakannya, pasti Allah akan menggembirakannya pada hari kiamat.” (Thabrani dalam Mu’jam Shagir)

Jadilah Anda orang yang paling pertama mengucapkan selamat kala saudara Anda menikah, mendapat anak, menempati rumah baru, pergi haji, naik jabatan, dan lain-lain.

6. Berilah hadiah terutama di waktu-waktu istimewa

ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ุจِุงู„ْู‡َุฏَุงูŠَุง ูَุฅِู†َّู‡َุง ุชُูˆْุฑِุซُ ุงู„ْู…َูˆَุฏَّุฉَ ูˆَุชُุฐْู‡ِุจُ ุงู„ุถَّุบَุงุฆِู†َ

Hadits marfu’ dari Anas bahwa, “Hendaklah kamu saling memberi hadiah, karena hadiah itu dapat mewariskan rasa cinta dan menghilangkan kekotoran hati.” (Thabrani)

ุนَู†ْ ุนَุงุฆِุดَุฉَ: ุชَู‡َุงุฏَูˆْุง ุชَุญَุงุจُّูˆْุง

Thabrani juga meriwayatkan hadits marfu’ dari Aisyah r.a. bahwa, “Biasakanlah kamu saling memberi hadiah, niscaya kamu akan saling mencintai.”

7. Berilah perhatian dan bantu keperluan Saudara Anda

ู‚َุงู„َ ุฑَุณُูˆْู„ُ ุงู„ู„ู‡ِ ุตَู„َู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َู…َ: ู…َู†ْ ู†َูَّุณَ ุนَู†ْ ู…ُุคْู…ِู†ٍ ูƒُุฑْุจَุฉً ู…ِู†ْ ูƒُุฑَุจِ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ู†َูَّุณَ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู†ْู‡ُ ูƒُุฑْุจَุฉً ู…ِู†ْ ูƒُุฑَุจِ ูŠَูˆْู…ِ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…َุฉِ، ูˆَู…َู†ْ ูŠَุณَّุฑَ ุนَู„َู‰ ู…ُุนْุณِุฑٍ ูŠَุณَّุฑَ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูِู‰ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ูˆَุงู„ุขุฎِุฑَุฉِ، ูˆَู…َู†ْ ุณَุชَุฑَ ู…ُุณْู„ِู…ًุง ุณَุชَุฑَู‡ُ ุงู„ู„ู‡ُ ูِู‰ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ูˆَุงู„ุขุฎِุฑَุฉِ، ูˆَุงู„ู„ู‡ُ ูِู‰ ุนَูˆْู†ِ ุงู„ْุนَุจْุฏِ ู…َุงุฏَุงู…َ ุงู„ْุนَุจْุฏُ ูِู‰ ุนَูˆْู†ِ ุงَุฎِูŠْู‡ِ.

Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang melepaskan kesusahan seorang mukmin di dunia niscaya Allah akan melepaskan kesusahannya di akhirat. Siapa yang memudahkan orang yang kesusahan, niscaya Allah akan memudahkan (urusannya) di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya jika hamba tersebut menolong saudaranya.” (Muslim)

Karena itu, jadikan diri Anda orang yang paling dahulu membantu kala saudara Anda membutuhkan.

Karena itulah jika kita hadir di liqo hadirkan juga hati kita agar bisa menyatu dengan hati yang lain sehingga terbentuk suatu ukhuwah Islamiyah yang hatinya Allah swt ikat karena mencari Ridho Allah swt.

•┈┈┈◎❅❀❦๐ŸŒน❦❀❅◎┈┈┈•

๐ŸŒน *Clossing statement :*

Kita sebagai seorang muslimah harus bisa mencari dan menyeleksi teman agar kita bisa merasakan surganya dunia dan juga surga Allah swt di akhirat.

Akhirul kalam wabillahi taufiq walhidayah

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh

•┈┈┈◎❅❀❦๐ŸŒน❦❀❅◎┈┈┈•

๐ŸŽค : Sholcan *Gadis*
✍๐Ÿผ : Sholcan *Arni*
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
WAG :
1. Telaga Surga 1,2&3
2. Telaga Surga Junior
FB : Telaga Surga
IG : Telaga_Surga
Youtube : Telaga Surga
https://www.youtube.com/channel/UCNtL_tIUaF10G8OTR67jlHA
Blog : http://telagasurga17.blogspot.co.id/

*Silahkan reshare tanpa mengubah dan menghilangkan sumbernya.*
〰〰〰〰〰〰〰๐Ÿฆ‹

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Thibbun Nabawi

8 Ciri-Ciri Ayah Yang Hebat

Qowiyul Azam