Berbisnis Ala Rasulullah

πŸ“Ώ NOTULEN KAJIAN ONLINE TELAGA SURGA

πŸ—“ Sabtu, 27 Februari 2018
⏰ 19.30 wib
πŸ“š BERBISNIS ALA RASULULLAH
πŸ‘³πŸ»‍♀ Ust. Muhammad Rozi


πŸ’• Materi πŸ’•

Apakah Saya sudah Berbisnis Sebagaimana Cara Nabi?

Mengapa saya justru membuat judul dengan pertanyaan di atas? Ini sama sekali karena saya belum meyakini sepenuhnya bahwa apa yang saya praktekkan selama ini sudah sesuai dengan cara berbisnis Rasulullah. Yang saya lakukan hanya berusaha menjalankan ajaran akhlak Islam bagaimana bermu’amalah, yang…… itupun terbatas dari apa yang saya pahami.

Lalu bagaimana saya menjalankan bisnis saya, dalam hal ini berdagang tempe? Begini ringkasnya..
Yang jelas, saya menempatkan bisnis tempe saya sebagai sesuatu yang saya dapat menikmatinya, itu yang pertama.  Sekadar melihat perubahan fisik pada kedelai dari yang semula kemudian tumbuh hifa saja itu sudah sangat membahagiakan. Apalagi hifa itu menyebar secara merata di seluruh permukaan kedelai sehingga berubah menjadi tempe. Nikmat apalagi yang hendak engkau dustakan?

Kedua, membahagiakan pelanggan. Keberadaan tempe sebagai kebutuhan pokok teman-teman Indonesia di luar negeri, merupakan peluang bisnis yang menjanjikan. Dengan menyediakan tempe segar atau fresh, yang ketika diterima oleh pelanggan dalam keadaan hangat, ini sudah memberikan kebahagiaan tersendiri pada pembeli. Apalagi, selama ini tempe yang paling mudah dibeli di toko China hampir selalu dalam keadaan beku (frozen). Bayangkan saja, begitu tempe di-defroz, tekstur dan rasanya sudah berubah. Oleh karenanya, begitu pelanggan sekali ketemu tempe saya, biasanya mereka tak mau pindah ke lain hati… eh toko… 😊 Maka nikmat apalagi yang hendak engkau dustakan?

Ketiga, dalam berdagang, saya selalu berusaha memudahkan dan menyenangkan pelanggan. Harga, misalnya, meskipun mungkin mahal kalau dikurs-kan ke rupiah, tapi sangat wajar. Yang penting penjualnya tidak melas karena terlalu mepet untungnya, dan pembeli pun tidak melas karena kemahalan. Kalau ada cacat, sedikit saja, karena berbagai faktor, saya kurangi harganya. Begitu saja pelanggan sudah sangat senang. Di kala lain, saya kerap bagi-bagi bonus buat pelanggan. Bagi saya, yang penting ada kegiatan produksi. Maka nikmat apalagi yang hendak engkau dustakan.

Sekadar cerita, dulu awal-awal, saya pernah berjualan tahu. Setelah saya hitung-hitung, kalau saya patok harga dengang keuntungan yang wajar buat saya, kok kasihan pembelinya. Tapi kalau saya kasih harga yang lebih rendah, itu berarti saya menzhalimi diri sendiri. Maka saya putuskan tidak berjualan tahu, dan saya sarankan kepada pelanggan untuk membeli di toko China yang harganya jauuuuh lebih murah. Maklum produksi mereka sangat masiv, jadi biaya produksi masih tercover meski harganya murah. Untuk olahan rumah, pilihan bisnis tahu tidak cocok.

Nah, selanjutnya mari kita diskusi terkait dengan akhlak dalam bisnis Rasulullah. Atau tanya-tanya seputar bisnis tempe saya juga boleh..

πŸ’• Tanya Jawab πŸ’•

1. Assalamualaikum, IndahπŸ™‹‍♀
Indah belum punya bisnis,akan tetapi mau mencoba berbisnis busana, yg ingin indah tanyakan,sesuai syariat  berapa persenkah keuntungan yg boleh indah ambil dari menjual busana tersebut?

*Jawab:*

1. tergantung produknya. busana misalnya, ini busana dibuat sendiri ataukah ambil dari tempat lain. kalau ambil dr tempat lain, kita menjualkan di toko kita, kita bisa mengambil keuntungan sesuai dengan yang kita inginkan asal wajar, misalnya. berapa persen? tidak ada ketentuan qat'i. kalau dibuat sendiri, mungkin kita punya effort lebih terkait desain, artistic dll, di sini kita tidak hanya menghargai barang baku menjadi barang jadi, tapi juga nilai effort kita sebagai desainernya juga perlu dihargai.

2. merekrut marketer lainnya boleh, asal diartikan bukan multilevel marketing lho ya.. merekrut diartikan sbg menambah karyawan atau menambah teman untuk memasarkan barang sah-sah saja. namun kalau sifatnya multilevel, baru tidak boleh.

MLM itu riba. di sana ada kezaliman. lihat saja yang terjadi pada level paling bawah, paling gampang. selain itu, niat jual belinya sendiri sudah bukan syar'i. transaksi jual beli dikaburkan oleh niat mencari downline. sehingga harga barangnya juga kerap tidak masuk akal.

2. πŸ™‹πŸ»
Berapa % laba yg bisa kita ambil ustadzh,yg dibolehkan

*Jawab:*

Rasulullah dalam megnambil laba itu sewajarnya dan jangan terlalu banyak. berapa persen, itu bisa tergantung produknya.

3. Ustadz ....
Klo misalnya sistem dropship gmn ??
Dropship adalah sistem berjualan di mana Anda tidak perlu memiliki produk untuk dipasarkan. Anda hanya cukup untuk melakukan transfer pesanan lengkap dengan rincian pengiriman ke supplier, dan selanjutnya supplier akan mengirimkan produk langsung kepada customer Anda.

*Selebihnya seperti itu ustadz* intinya kita gak pegang itu barang

*Jawab:*

kalau ini, namanya panjenengan menjadi agen atau "toko". artinya, bisnisnya adalah jasa. insya Allah tidak ada isu dengan pelanggaran syariah.

4. πŸ™‹
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh .
Pak ustad dalam berbisnis (kebetulansayabisnisonline) bagaimana cara mengendalikan sikap para pelanggan yang terkadang meminta harga setengah dari harga yang kita tawarkan ?

*Jawab:*

dijelaskan saja, seperti Rasulullah, berapa biaya kita keluarkan, dan berapa keuntungan kita ambil, dan katakan dengan tegas nan lembut: "kalau saya memberi harga itu (harga setengah), itu sama dengan saya menzhalimi diri saya sendiri."

5. Arita
Tanya
Bagaimana caranya menghadapi harga pasaran.
Dimana ketika pesaing bertambah. masing2 berlomba2 menurunkan harga. barang yg sma,  kualitas yg sama.
apakah kita harus bertahan di harga kita. atau ikut turun harga. atau malah ganti jualan yg lainnya saja.

*Jawab:*

di kasus ini, saya memberi kelebihan service. dulu ada kawan yang jualan tempe. harganya menurut saya kemahalan, dan rasanya agak pahit,  dan buat tempenya tidak jelas waktunya. saya memberi harga yang wajar dan bertahan sampai sekarang, tapi saya buat di waktu yang jelas dan ada delivery. dan Alhamdulillah saya termasuk orang yang tidak terlalu khawatir dengan pesaing. karena saya yakin, Allah yang memberi rezeki masing-masing setiap orang. yang terpenting saya berbuat maksimal atas bisnis saya, terserah Allah mau ngasih berapa pembeli ke saya. cuma kadang-kadang saya kalau produksi melebihi dari pesanan, saya terus menengok ke atas: Ya Allah... saya sudah buat segini lho... masak sih gak ada yang beli..." Alhamdulillah akhirnya yang terjadi terbeli juga... memang siapa yang menggerakkan hati dan pikiran orang terus mereka kepikir untuk beli. bahkan saya kerap menawarkan workshop (pelatihan) membuat tempe buat kawan2 yang ada di LN. tujuannya: biar mereka bisa buat sendiri (alternative kalau merasa kemahalan, dan utk penghematan), juga mereka bisa menakar sendiri bagaimana pekerjaan membuat tempe, ringat beratnya, dr situ mereka baru bisa menghargai, seberapa mahal tempe yang saya jual. dan Alhamdulillah ada kawan dari kota lain yang setelah mengikuti workshop, sekarang bisa jualan di kota tempat tinggalnya. bahkan kami selalu kontak2an untuk diskusi tentang pengembangan bisnis ini, berbagi ilmu. Juga berbagi peluang:)

6. Ustadz dalam berdagang bisa dikatakan riba bagaimana ustadz?
Saya pernah dengar jika kita mengambil untung besar itu termasuk riba. Benarkah begitu ustadz?

*Jawab:*

betul sekali. ketika harganya sudah di luar kewajaran itu bisa disebut riba. riba itu artinya, sesuatu yang kita dapatkan dengan cara yang zalim.

Lalu bagaimana dengan jual beli saham?
Saat ini marak perdagangan saham ustadz

*Jawab:*

pertanyaan gampangnya gini, saham itu produk atau bukan? pruduk barang bukan, produk jasa juga bukan. kalaupun bisa diperjualbelikan ini sangat beresiko (resiko tinggi), sehingga menjadi perdebatan syariahnya. awalnya saham, kemudian menjadi indeks (haram), dan kemudian lumpuhlah ekonomi amerika tahun 2008.
sy dulu hamper terjebak di system riba ini... maklum mahasiswa kelaparan, cari-cari buat pengganjal perut... Alhamdulillah diselamatkan. mending jualan buku atau tempe. hehehe..

πŸ’• Closing Statement πŸ’•

Sesungguhnya sumber segala kerusakan yang ada di muka bumi adalah ketamakan. Manusia selalu cenderung tamak, bahkan dosa pertama Nabi Adam 'alaihissalam adalah karena ketamakan, meskipun diampuni. Maka kalau manusia mengambil yang sewajarnya (dan tidak banyak) saja buat dirinya, itu sudah cukup dan menyelamatkan.  Dirinya sendiri, keluarga dan sekitarnya, bahkan seluruh umat manusia.

〰〰〰〰〰〰πŸ¦‹
🎀 : Sholcan *Arita*
✍🏼 : Sholcan *Asri*

🌹

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
WAG : Telaga Surga
FB : Telaga Surga
IG : Telaga_Surga
Youtube : Telaga Surga
Blog : http://telagasurga17.blogspot.co.id/
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
πŸ’žπŸ’ž

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Thibbun Nabawi

8 Ciri-Ciri Ayah Yang Hebat

Qowiyul Azam