Sudahkah Kita Berkorban Untuk Allah




✍🏼 *NOTULENSI KAJIAN ONLINE*πŸ“Ώ
*GROUP TELAGA SURGA*

πŸ—“ : Ahad, 18 November 2018
⏰ : 19.30 wib sd selesai

πŸ“š *"Sudahkah Kita Berkorban Untuk Allah ?"*
 πŸ§•πŸ» *Ustadzah Rochma Yulika*

•┈┈┈◎❅❀❦🌹❦❀❅◎┈┈┈•

: Ψ¨ِΨ³ْΩ€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω…ِ Ψ§Ω„Ω„Ω‡ِ Ψ§Ω„Ψ±َّΨ­ْΩ…َΩ†ِ Ψ§Ω„Ψ±َّΨ­ِيْΩ€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω…ِ


*Sudahkah Kita Berkorban Untuk Allah?*
Oleh: @rochma_yulika

Nasihat Indah Bagi Pejuang Dakwah

Dr Abdullah Azzam berkata:
"Sesungguhnya yang dikehendaki  oleh Islam adalah sebagian besar waktumu, hampir seluruh hartamu, dan segarnya masa mudamu. Islam menghendaki dirimu, seluruhnya. Islam menghendaki saat kamu bertenaga, bukan saat loyo. Islam menghendaki masa mudamu, masa kuatmu, dan masa perkasamu, bukan masa rentamu. Islam menghendaki semua yang terbaik, termulia dan teragung darimu."

Dan Kita berjuang...
Dengan sisa tenaga
Dengan sisa waktu yang dipunya
Dengan sisa uang belanja
Dan terlalu banyak alasan lantaran keengganan mengampu amanah dengan sepenuhnya

Masih ngarep Surga?
Surga itu didapat denga. kepayahan
Surga diraih dengan kesulitan
Dan Surga akan jadi tempat tinggal kita kala ada perjuangan dan pengorbanan.

*_"Jangan biarkan nafsumu mengalahkan nuranimu hingga akgirnya jalan menuju neraka nampak lebih lapang dari jalan menuju surga."_*
(Rochma yulika)

Episode kehidupan tak selalu sama, butuh kekuatan jiwa kala menjalaninya. Kadang keterbatasan melanda, meski semangat senantiasa ada. Semua butuh azzam atau tekad membara untuk mengusung dien yang mulia.

Terlintas perjuangan para suhada di kaki bukit Uhud, yang tak kenal rasa takut meski maut taruhannya. Bahkan kenangan atas kisah yang menggelorakan semangat, Anas Bin Nadr yang menerjang ke kancah perjuangan kala melihat pasukan muslim terdesak.

Dia berteriak memanggil sahabatnya. "Yaa Sa'ad,  Aku mencium bau Surga dibawah kaki Uhud."
Begitu lantang dan gagah berani, tak gentar meski ajal sudah menanti lantaran keyakinannya akan perjumpaan dengan Illahi Robbi.

Tahukah kalian seperti apa luka yang dirasakan oleh Anas bin Nadr?

Hanya karena Allah dirinya rela berkorban walau ada sekitar 70 tombak menancap di tubuhnya.

Dan semangat menjemput surga masih menyala.

Perang Uhud pun usai, pasukan muslim banyak yang kocar-kacir. Mereka pun kembali pulang.  Namun tak berselang lama, Rasulullah menyeru untuk berjihad dalam peristiwa Hamra'ul Assad.  Sebuah peristiwa untuk menentukan siapa yang menjadi pemenang perang Uhud.

Dalam peperangan Uhud ada sosok muslimah tangguh. Dia bernama Nusibah Ummu Umarah.

Kala menjadi tameng Rasulullah ada 20 tebasan pedang menggores tubuhnya. Namun dia tetap tegar. Seolah bahagia kala menjaga Rasulullah mampu menghilangkan rasa sakit. Dia bangga menjadi tameng Rasulullah.

Hingga akhirnya Nusaibah syahid dan awan nampak berarak kala itu. Rasulullah berkata, bahwa ruh Nusaibah dijemput oleh ribuan malaikat.

Jiwa
Raga
Harta

semua dipersembahkan untuk Allah. Mereka layak mendapat Surga.

Apa yang sudah kita persembahkan untuk Allah?
Apa yang sudah kita korbankan untuk menegakkan panji Allah?

Waktu kita?
Mari kita hitung seberapa kita disibukkan urusan pribadi?
Seberapa sulit kita memberikan waktu terbaik untuk Allah dan dakwah
Allah yg kita tuju dan jalan menuju Nya hanya dengan dakwah karena itulah yg dicontohkan oleh Rasulullah.

*_"Ini jalan hidupku.. disini.. dijalan ini.. jalan para nabi.. jalan para penegak panji ILAHI.. dan jalan ini yang aku pilih hingga mati."_*
(Rochma Yulika)

Jika bukan karena dakwah ini, mungkin diri ini adalah seorang hamba yang mudah berputus asa dan mudah berkeluh kesah. Berbagai ujian hadir dalam langkah-langkah perjalanan hidup ini. Ketika tak kuasa untuk bertahan di jalan ini, tiba-tiba ingatan akan kisah para shahabat Rasul di medan dakwah yang tidak sekedar keletihan, bahkan mereka harus kesakitan sampai harus mati bersimbah darah pun justru menjadi pilihan.

Kehidupan di dunia sangat sebentar jika dibanding dengan kehidupan akhirat yang tiada batas. Banyak ulama yang menggambarkan kehidupan di dunia dengan mencelupkan jari telunjuk kita ke dalam air laut dan air yang menempel pada jari kita itulah usia kehidupan kita di dunia. Dan air yang tersisa di lautan yang luas adalah ibarat kehidupan akhirat yang tanpa batas.

Lantas bekal apa yang akan kita bawa? Hanya amal yang kita lakukan yang mampu menolong kita untuk melintasi shirathal mustaqim. Dan dakwah adalah amalan yang terbaik karena di dalamnya terdapat amal jariyah yang senantiasa mengalir sampai dunia ini tutup usia. Dengan dakwah hidup kian berkah.  Waktu kita hanya sedikit, bila demikian masih berapa lagi waktu kita tersisa agar kita mendapatkan cinta-Nya, hidup bersama-Nya? Berharap rahmat Allah selalu tercurah agar hidup berjumpa jalan yang mudah.

Hakekat iman tidak akan terbukti kesempurnaannya dalam hati seseorang sampai ia menghadapi benturan. Karena di sinilah seseorang melakukan mujahadah sebagaimana seseorang melakukan bersungguh-sungguh kepadanya untuk menghalanginya dari keimanan."

Jika bukan Karena Allah
oleh: @rochma_yulika

Jika bukan karena Allah....
Langkah ini akan melemah.
Tegar ini akan memudar.
Teguh ini tak lagi meneguh.
Semangat ini akan berkarat.

Jika bukan karena Allah....
Jiwa mudah merapuh.
Diri enggan bersimpuh.
Lisan mudah berkeluh.
Dan wajah tak lagi teduh.

Jika bukan karena Allah....
Kita tak mengerti makna pengorbanan.
Kita tak pahami arti sebuah perjuangan.
Kita tak mengetahui arti kepahlawanan.

Jika bukan karena Allah...
Tangan tak mudah menengadah.
Diri enggan beribadah.
Dan hidup semakin susah.

Wahai jiwa-jiwa perindu surga.
Segeralah menyambut seruan Nya.
Tinggalkan tipu dunia yang melena.
Tetapkan hati untuk mau menghamba.
Agar diri menjadi pribadi taqwa.

Ibnul Jauzi menasihati: "Barangsiapa yang tidak kerasan bersama Allah di tengah-tengah manusia dan betah dengan-Nya ketika sendirian dan sepi, maka ia seorang jujur yang lemah.

Barangsiapa yang betah dengan-Nya di tengah-tengah manusia namun tidak kerasan saat sendirian, maka dia sakit.

Barangsiapa yang tidak merasa betah dengan Allah disaat banyak orang dan di kala sendirian, berarti ia adalah bangkai yang harus disingkirkan.

Dan, barangsiapa yang betah dan tenteram bersama Allah dikala sendirian dan ditengah-tengah orang banyak, maka dia adalah seorang jujur yang kuat dalam setiap keadaan."

Menjadikan diri untuk pantang menyerah.
Lantaran surga terlampau indah.
Semoga waktu yang terlewati senantiasa berkah.
Agar diri menjadi pribadi yang amanah.

*_"Pejuang dakwah pemilik jiwa-jiwa yang senantiasa terisi ruh Rabbani. Langkahnya tak bisa berhenti, gegap gempita mengusung amanah ILAHI. Baginya, surga Allah telah menanti."_*
(Rochma Yulika)

Beginilah pejuang sejati yang langkahnya senantiasa menuju Ilahi.

•┈┈┈◎❅❀❦🌹❦❀❅◎┈┈┈•

🌹 *Tanya Jawab :*

1⃣Assalamualaikum ustadzh. Nm dina, mau brtny, bgmn crnny agr dri ini bs lillahi ta'ala.. Krn dri in mrs lbih ngepntingin ursan dunia dbanding akhrtny... Trimksih...

🎀Jawaban ;
berproses
ktk urusan dunia diniatkan lillah semua akan bermuara kepada Allah

2⃣Assalamu'alaikum wr.wb.
Ustadzah namaku lala, izin bertanya ustadzah.
Bagaimana caranya agar iman kita tidak turun? Krn iman kita terkadang naik turun hingga terkadang lalai. Bagaimana cara kita utk tetap istiqomah ketika iman sedang naik? Bagaimana cara agar hati & pikiran tetap ingat dan terus teguh bahwa dunia hanya sementara & akhirat tempat kembali yg abadi? Terutama utk saya yg msh jaaauuhhh dr kata sholihah krn msh baru hijrah. Di lingkungan yg tdk sama sekali ada yg berhijab syar'i. Saya merasa sendiri & terasa berat sekali ketika iman sedang turun.

🎀 Jawaban :
Waalaikumussalam...
kodrat iman yazid wa yanqus

bertambah krn taat berkurang lantaran maksiat

maka dktlah bersama org beriman
setidaknya mjd pengingat dr amal kt
apalagi jk ikut kajian rutin di offline ada mutabaah itu jd washilah mjg amal kt

dan trs sadari kt pertanda turun nampak. bergegaslah mencari penguat baik dr org sekitar atau al quran yg ditadaburi atau nasiht ulama.
ingatlah bahwa kematian kapan saja menjemput.

3). Saya Eriska πŸ™‹πŸ»‍♀
Sejauh mana tugas ibu rumah tangga bisa sebanding dg jihad di masa milenial ini

🎀Jawab :
*Menshalihkan Generasi*
Oleh: @rochma_yulika

Kisah inspiratif ini kami dapatkan ketika berada di tanah haram.  Bagaimana para ibu di tanah haram mendidik anak untuk dekat dengan Allah dan mengaitkan hati mereka dengan masjid. Bukan hal yang mudah tentunya. Terkadang kita harus berkorban waktu dan tenaga juga kekuatan tekad dalam mendidik generasi.

Suatu malam ketika jelang isya di Masjidil haram. Kami agak tergesa menuju masjid. Karena menyadari sudah terlambat dan tentunya sudah penuh. Dan sesampainya di dekat area Masjidil Haram kami dapati tempat sudah penuh dan tersisa untuk satu orang makmum saja. Di dekat tempat kosong itu nampak seorang ibu dengan dua anak laki-lakinya yang masih kecil.

Melihat kami kebingungan mencari tempat beliau mempersilakan kami berdua untuk memposisikan diri dimana beliau tadi berdiri. Dan beliau mundur selangkah.

Tak sempat berpikir apa pun ketika mendapat tempat untuk shalat. Takbir berkumandang menanda shalat dimulai. Tetiba saja terlintas tanda tanya, ibu kedua anak di samping kami mengapa justru mundur dan tidak mendapat tempat.

Pertanyaan itu sempat mengusik kekhusyu’an shalat Isya kami. Tanya itu pun terjawab ketika kami ruku’ melihat beliau sedang duduk di belakang kedua putranya yang masih kecil. Dari apa yang terlihat bisa disimpukan bahwa seorang ibu tadi sedang udzur (tidak sholat). Dan akhirnya tidak ada lagi pertanyaan yang mengganggu kekhusyu’an shalat kami.

Ketika shalat berlangsung justru ada hal lain yang membuat terkesima. Kedua anak yang berada di sebelah kami, kira-kira masih usia sekitar 5 dan 4 tahun dengan benar bisa mengikuti bacaan imam yang cukup panjang. Tak selayaknya anak-anak usia dini di negeri kita. Mereka ikut tertib dalam sholat. Tak ada hal yang dilanggar dari rukun sholat. Tidak banyak gerakan selayak ya anak-anak kita yang masih belajar untuk sholat.

Tersentak hati ini melihat pemandangan yang menakjubkan. Terlebih ketika kutahu ibunya sedang udzur dan tidak sholat. Keberadaan beliau di Masjidil haram mengantarkan anak-anaknya untuk dekat dengan masjid. 

Masya Allah ....
Sebegitu luar biasanya perjuangan seorang ibu dalam mendidik putranya. Hingga rela mengantar ke masjid meskipun dirinya tidak sedang sholat. Lantas kita bagaimana?

Kita ketika tidak ada udzur syar' i saja kadang enggan menuju masjid dan berpikir bahwa perempuan tidak wajib ke masjid. Untuk mendidik anak lelaki mencintai masjid seorang ibu menyerahkan kepada ayahnya. Apalagi ketika kita udzur sangat tidak mungkin untuk ke masjid. Istighfar.

Hikmah besar yang nampak di depan mata seperti apa para umahat mendidik putra-putri mereka agar memiliki aqidah yang lurus, ibadah yang benar dan akhlak yang mulia. Sungguh, Ibrah yang tak terlupa. Masih sangat jauh kita dibanding mereka. Perlu banyak belajar memperbaiki diri dan senantiasa memiliki tekad dalam mendidik generasi di akhir zaman yang penuh dengan fitnah dan godaan.

Semoga masih ada kesempatan untuk menjadikan anak-anak kita generasi yang memiliki kekuatan aqidah serta keimanan yang menghunjam di dalam dada. Semoga anak-anak kita menjadi Ahlul quran, pengusung dakwah yang istiqamah dan menjadi pemburu syahadah lantaran memiliki jiwa mujahadah.
Aamiin ya mujibassilin

#beinspiringummahat
#menshalihkangenerasi
🌹

Menata Hati Mendidik Generasi Mujahid
Oleh: Rochma Yulika

Tak mudah memang ketika harus mendidik buah hati kita. Tak selayaknya membuat adonan kue yang bila sesuai takarannya maka akan pas citra rasa dan aromanya.
Tapi kita sangatlah paham, mendidik anak itu bukan matematis belaka. Bisa jadi kita sudah perhitungkan yang akan terjadi sebagai reaksi dari yang terjadi ternyata bisa berbeda sama sekali.

Fenomena anak zaman now seharusnya diimbangi dengan pola didik zaman now pula. Bila kita mati gaya maka anak-anak merasa tak nyaman dengan kita. Maka perlu sekali kita belajar dan terus mengkaji banyak ilmu tentang pendidikan anak ini. Bahkan butih banyak persiapan kala mendidik putra putri kita agar menjadi generasi mulia.

Ada beberapa persiapan yang kita lakukan.
1. Persiapan maknawiyah
Keadaan maknawiyah orang tua punya pengaruh secara langsung mau pun tidak. Meskipun hal ini tidak secara mutlak berpengaruh, minimal ikhtiar kita berupa usaha taqarub ilallah dan senantiasa merebut perhatian Allah.

Kedekatan kita kepada Allah diharapkan mewujud pada penjagaan Allah terhadap anak-anak kita. Banyak amaliyah yang bisa kita lakukan setiap hari yakni mengoptimalkan ibadah wajib dan nafilah setiap harinya.

2. Persiapan fikriyah
Sebagai orang tua juga harus belajar dan menambah ilmu. Mendidik anak di akhir zaman butuh strategi yang tepat. Banyak kajian atau buku parenting yang bisa kita jadikan sarana belajar.

3. Persiapan jasadiyah
Kekuatan dan kesehatan fisik harus dijaga dengan terus memerbaiki kualitas hidup dengan menjaga pola hidup sehat. Bukan saja menjadi sehat tetapi dengan badan sehat kita bisa mendampingi buah hati kita kala belajar dan menumbuh dewasa.

Tak terbayang bila tubuh kita ringkih dan sakit-sakitan, untuk melakulan pekerjaan pribadi saja sulit apalagi ketika harus mendampingi buah hati kita lebih intensif supaya mereka menjadi generasi terbaik di mata manusia dan mulia di hadapan Sang Pencipta

4. Persiapan maliyah
Materi juga menjadi penopang. Bukan menjadi utama namun untuk mendapat pendidikan yang baik butuh biaya yang cukup. Menyekolahkan anak tak hanya menjadikan anak pandai secara akademik namun membentuk pribadi islami juga menjadi tujuan. Lantaran kita pahami semua bahwa hidup itu tak hanya di dunia namun kehidupan sejati yakni di alam baka.

Sementara ini pendidikan agamis yang bagus bisa didapatkan di sekolah-sekolah terbaik, lingkungan yang baik. Walaupun tak harus mahal pasti lah ada biaya yang dikeluarkan oleh orang tua. Maka menjadi kewajiban bagi kita para orang tua untuk memenuhi kebutuhan anak-anak kita.

Berharap generasi di belakang kita menjadi generasi yang kuat. Allah pun mengenaskan dalam kalam Nya. Artinya:“Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya, yang dalam keadaan lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar”. (an-Nisa’: 9)

Empat hal diatas sebagai pondasi kita sebagai orang tua kala ingin melahirkan sosok mujahid yang meneruskan estafet perjuangan.

Berbagi pengalaman tentang pendidikan anak. Sebagai manusia tak ada yang penuh kesempurnaan dalam mendidik putra-putrinya. Setiap teori tidak selalu  bisa diterapkan pada setiap anak.

Mempunyai anak yang memiliki semangat juang selayaknya sosok mujahid/ah sudah terlintas ada benak diri ini sebelum anak terlahir ke dunia. Bahkan sebelum menikah jiwa pejuang sudah berusaha saya tanamkan dalam diri ini. Hingga akhirnya menikah dan punya anak tak memupus semangat untuk terus berjuang.

Ketika hamil dari bulan awal hingga akhir aktivitas dakwah terus saya emban.  Beratnya hamil kala itu juga tak menyurutkan semangat karena yang saya tahu keadaan ketika hamil akan punya pengaruh kepada janin. Begitulah kami memulakan cita kami memiliki generasi mujahid.

Dari bayi kami membiasakan untuk mengajak menjalani panggilan dakwah. Diajak senang bertilawah dsb. Prinsipnya bahwa anak dikenalkan lingkungan yang baik dan harapan terus dilantunkan agar melangit hingga harapan menjadi generasi mujahid terwujud.

ketika meremaja kami juga melawati hal yang pada umumnya terjadi ada anak. Kami tidak menjadi orang tua yang serta merta menyalahkan dari masa yang dilewati anak seusia tersebut. Sembari terus berusaha menanamkan hal baik dan memberi contoh.

Biasanya kita berharap anak bisa melakukan apa saja dengan perintah. Mustahil itu terjadi. Kami mengajari dengan keteladanan. Bahkan ketika antar pasangan terlontar sedikit keluhan atas aral yang ada di jalan dakwah bergantin kami memotivasi. Dalam menjalankan amanah sedari pagi mengajar hinga sore lanjut mengisi dan masih banyak kiprah yang dilakukan tanpa kita sadari hal itu diamati olej anak-anak kita. Dan ternyata hal ini menginspirasi. Sakit tidaklah menjeda langkah kami di jalan dakwah. semangat yang tiada menyurut itulah keteladanan yang akan ditiru anak-anak kita. Doa pun tiada putus untuk anak-anak agar menjadi sosok mujhid di kelak kemudian hari.

Bahkan mencarikan6 kelompok kajian sejak SD terus kami upayakan. Bahkan ketika sudah menjalani kajian rutinnya sebagai orang tua memantau progres ananda. Sampai akhirnya dalam usia muda dia sudah bisa menjadi murrabiyah bagi adik-adik di smp.

Ada yang mungkin tidak biasa dilakukan oleh orang tua. Suatu ketika anak kami yang pertama ada penugasan membaca buku yang tidak semua orang mau membaca lantaran berat isinya. Buku itu berjudul Majmuaturrasail atau artinya rislah pergerakan. Mendapat tugas membaca 1 bab saja sebenarnya berat bagi anak usia 15 lebih hampir 16 tahun. Dia menceritakan hal itu dan memulai membaca. Namun wajar anak seusianya diminta membaca kalimat yang cukup berat akan mengeluh. Lantas apa saya mendiamkan dan membiarkan dia berjuang untuk mengerti isi bacaan tersebut?. Tidak!

Pada akhirnya kami sepakat bahwa setiap pagi pukul 05.30-06.00 ummi akn membacakan dan mengulas sampai mengerti. Dan itu pun dengan sabar kami lakukan. Mereka pun secara nyata kesungguhan kami sebagai orang tua yang ingin menjadikan mereka ahluddakwah.

Waktu terus berjalan hingga ada tanggung jawab yang dibebankan di pundak anak kami. selain amanah organisasi juga amanah jamaah.

Suatu ketika dia mendapat tugas lagi membaca risalah jihad. Dia mendapat tugas membaca buku risalah jihad. Dengan suka cita kami mendampingi membacakan dan berdiskusi. Sampai bertemu tentang hadits jihad. Tetiba saya berhenti sejenak lantas berkata,"Ya Allah ijinkan aku berjihad di Palestina sekali pun Engkau berkehendak Syahid atasku itulah harapanku." Berkata seperti itu sembari memandangi wajah anak pertama kami dan membaca isi hati dari ekspresi wajahnya. Tak dinyana dia pun berkata yang sama bahwa ingin juga berjihad. Nyes, hati ini merasakan kesejukan yang tiada tara dan tak sadar ada air di sudut mata yang coba saya sembunyikan.

Ada percakapan saat anak pertama kami menginjak bangku SMA. Sore itu dia akan hadir liqo. Karena belum bisa naik motor kami suport terus dengan mengantar kemana saja ketika ada agenda dakwah. Di tengah perjalanan dia Menceritakan keadaan teman-temannya ketika harus datang dalam sebuah pertemuan. "Ummi, Aku sering datang lebih awal dari teman-teman. Janjian kita jam 16.00 tapi teman-teman datang lewat dari jam itu, kadang terlambat 15 sampai 20 menit." ujarnya. Spontan kujawab pernyataanya. "Kak, ketika kita hadir dalam urusan dakwah tak lain adalah urusan kita dengan Allah bukan dengan murabiyyah atau temn lainnya. Dan ketika kamu hadir di tempat itu tak lain kamu sedang menepati janjimu dengan Allah." Semangat seperti itu terus kami dengungkan hingga masuk ke alam pikiran mereka.

Masya Allah, semoga Allah memudahkan. Tiada karunia besar selain anak-anak yang shalih dan berjiwa pejuang. Maka hanya kepada Allah kita bersandar segala urusan. Semoga anak keturunan kita tergolong manusia pilihan dan menjadi bagian penegak kejayaan.

•┈┈┈◎❅❀❦🌹❦❀❅◎┈┈┈•

🎀 : Sholcan *Nidar*
✍🏼 : Sholcan *Arni*
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
WAG :
1. Telaga Surga 1,2&3
2. Telaga Surga Junior
FB : Telaga Surga
IG : Telaga_Surga
Youtube : Telaga Surga
https://www.youtube.com/channel/UCNtL_tIUaF10G8OTR67jlHA
Blog : http://telagasurga17.blogspot.co.id/

*Silahkan reshare tanpa mengubah dan menghilangkan sumbernya.*
〰〰〰〰〰〰〰πŸ¦‹

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Thibbun Nabawi

8 Ciri-Ciri Ayah Yang Hebat

Qowiyul Azam