Cinta Bersyariat Bukan Karena Berapa Karat
✍πΌ *NOTULENSI KAJIAN ONLINE*πΏ
*GROUP TELAGA SURGA*
π : Rabu, 10 Mei 2017
⏰ : 19.30 wib sd selesai
π€ : Sholcan Lina
✍πΌ : Sholcan Lola
π *Materi :* π
*CINTA BERSYARIAT BUKAN HANYA KARENA BERAPA KARAT*
Oleh : Bunda Rochma Yulika
Menempuhi perjalanan kehidupan dari lahir lantas tumbuh meremaja hingga mendewasa menyampaikan pada saat yang tepat untuk menikah. Jangan salah memulai langkah karena langkah pertama menjadi penentu langkah berikutnya. Banyak bijak bestari yang mengatakan sampainya pada langkah seribu dimulai dari langkah yang pertama.
Sejenak kita renungkah kisah dahsyat ini. Adakah kita mengenal sosok Abdullah Ibnu Mubarak? Banyak sekali karya dahsyat yang bisa kita ambil pelajarannya serta kebermanfaatan ilmunya. Di balik kehebatan ibnu Mubarak perlu kita telusuri siapa sejatinya orang tua yang telah melahirkan dan mendidiknya.
Terkisah seorang pemuda bernama Mubarak yang bekerja sebagai penjaga kebun. Suatu hari tuannya datang ke kebun. “Mubarak, petikkan aku anggur yang manis,” perintah tuannya. Mubarak pergi sebentar lalu kembali membawa anggur dan menyerahkannya kepada tuannya.
“Mubarak, anggur ini masam rasanya, tolong carikan yang manis!” kata tuannya setelah memakan anggur itu. Mubarak segera pergi, tak lama kemudian ia kembali dengan anggur lain. Anggur itu dimakan oleh tuannya. “Bagaimana kamu ini, aku suruh petik anggur yang manis, tapi lagi-lagi kamu memberiku anggur yang kematangan sehingga masam juga, padahal kamu telah dua tahun tinggal di kebun ini,” tegur tuannya dengan perasaan kesal. “Tuanku, aku tidak bisa membedakan anggur yang manis dengan yang masam, karena tugasku hanyalah menjaga kebun. Sejak tinggal di sini aku belum pernah merasakan sebutir anggur pun, bagaimana mungkin aku dapat membedakan yang manis dari yang masam?” jawabnya.
Tuannya tertegun mendengar jawaban Mubarak. Ia seakan-akan memikirkan sesuatu. Betapa keshalihan pemuda itu membuatnya jengah. Rasa simpati hadir di hatinya. Waktu berjalan keakraban antara Sang majikan dan Mubarak semakin terjalin. Mereka kadang berdiskusi sembari bersendau gurau diantara keduanya. Hingga pada sebuah masa yang mana Sang majikan hendak menikahkan putrinya lantaran banyak saudagar kaya yang akan mempersunting sang putri tersebut.
Kebingungan melanda Sang majikan. Dalam kebingungannya kembali mengajak Mubarak untuk mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi.
Bertanyalah Sang majikan kepada Mubarak siapa lelaki yang pantas untuk menjadi suami anaknya. Mubarak lantas menjawab penuh bijak,"Wahai Tuan, jika kita memilih karena parasnya kita tak lebih dari orang Nasrani, jika kita memilih karena kekayaannya itu tak lebih dari orang-orang Yahudi, jika kita memilih karena keturunannya sama halnya kita meniru orang Qurays, dan jika Tuan ingin meneladani apa yang Rasulullah lakukan maka pilihlah karena agamanya. Demikian pernyataan Mubarak yang membuat Sang majikan termangu-mangu.
Kemudian pulanglah ke rumah menemui istrinya dan mengungkapkan keinginannya menjodohkan putrinya dengan Mubarak seorang budak berkulit hitam. Awalnya istrinya terkejut dan rasanya tak mungkin akan menikahkan putrinya dengan budak hitam. Akhirnya mereka bersepakat dengan menanyakan dulu kepada putrinya.
“Coba saja sampaikan maksudku ini kepadanya, aku lihat budak itu sangat wara’ dan takut kepada Allah.”
Kemudian sang istri pergi menemui anak gadisnya, “Ayahmu akan menikahkanmu dengan seorang budak bernama Mubarak. Aku datang untuk meminta persetujuanmu.” “Ibu, jika kalian berdua telah setuju, aku pun setuju. Siapakah yang mampu memperhatikanku lebih tulus daripada kedua orang tuaku? Lalu mengapa aku harus tidak setuju?”
Sang ayah yang kaya raya itu kemudian menikahkan anak gadisnya dengan Mubarak. Dari pernikahan ini, lahirlah Abdullah bin Mubarak. Abdullah bin Al Mubarak, seorang tabi’in yang sangat terkenal dengan sifat kedermawanannya. Meskipun beliau termasuk orang yang cukup mampu, namum beliau sangat mengerti bagaimana cara mempergunakan hartanya di jalan yang diridhai oleh-Nya.
Begitu indah menikah berlandaskan syariat bukan hanya memenuhi keinginan syahwat. Betapa indah menikah berpedoman syariat bukan karena jumlah karat yang akan diterima. Dunia ini sangat fana bercitalah untuk kehidupan mulia di surga. Sebuah kehidupan yang tak lagi terbatasi oleh larangan-larangan dan tentunya sebuah kehidupan yang diliputi kebahagiaan.
Maka sudah saatnya kita mengubah cara berpikir kita tentang siapa jodoh yang akan menjadi pasangan kita. Bila agama sudah dijadikan alat ukur maka semua7 akan mengikuti sama halnya bila kita hanya mengejar sisi dunia akhirat bisa terlewat namun bila ditujukan atas dasar keakhiratan maka dunia pun akan didapatkan. Insya Allah.
Dan apakah kita sudah lebih mulia dari kisah di atas?
Atau kita merasa lebih berparas rupawan sehingga masih banyak perhitungan? Atau merasa jauh lebih berilmu dibanding para pendahulu itu? Atau lebih shalih dan taat dibanding mereka yang istiqamah dalam menjalankan syariat?
Kita itu gak ada apa2 nya
Kalo sampe menolak lantaran ukuran dunia
Perlu banyak istighfar
Masih jauh jarak ilmu dengan mereka. Masih jauh jarak amal apalagi jarak keshalihan dalam menjalankan apa yang telah ditetapkan. Kita ini masih banyak kekurangan. Janganlah mencintai sesuatu yang sempurna namun dengan mencintai akan kita hadirkan kesempurnaan. Bukan kita menikah sekedar mencari kebahagiaan namun kita menikah bercita untuk saling membahagiakan. Dan semuanya akan terwujud bila syariat dijadikan pedoman yang utama
Menikah merupakan dambaan setiap insan manusia. Menikah juga tak hanya sarana menyalurkan cinta dan nafsu belaka tanpa menuai pahala dari Allah Ta’ala. Menjadi keluarga yang bahagia, penuh dengan rasa cinta dalam rumah tangga merupakan impian dan idaman. Sungguh indah bersanding dengan seorang yang didambakan. Maka tak heran jika ada yang memasang berlembar-lembar kriteria diajukan demi mendapatkan pasangan yang diimpikan.
Tuh menulis proposal sampe macam skripsi aja
Mematok seabrek kriteria bukanlah hal yang salah, karena setiap orang mengidamkan pasangan terbaik sebagai pasangan hidupnya demi kebahagiaan rumah tangga kelak. Namun, ingatlah bahwa kriteria-kriteria itu *bukanlah harga mutlak*. Karena tidak ada manusia yang sempurna di dunia. Layaknya matahari dan bulan, mereka sama-sama memiliki fungsi sendiri-sendiri. Bulan datang ketika malam tiba memberikan penerangan dalam kegelapan malam. Pun dengan matahari yang datang memberikan cahaya terbaiknya untuk menghangatkan bumi pertiwi.
Alangkah lebih baiknya ketika kita tidak terlalu neko-neko dalam menentukan kriteria calon pasangan kita. “Ketika kamu ingin mendapatkan yang shalih, maka shalihahkan dulu dirimu.”, begitu juga sebaliknya. Agar kita senantiasa sadar atas segala kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki. Tidak hanya menuntut namun berusahalah menjadi penurut bagi suami kita kelak.
Semoga Allah Ta’ala mempermudah langkah kita untuk menuju ke jenjang pernikahan, mempertemukan kepada seseorang yang diidam-idamkan. Allahu a’lam
Sesi tanya jawab
1⃣ Anisa
Anisa tanya..
Bagaimana cara menjelaskan ke orangtua bahwa saya ingin jodoh yg baik agamanya Bun? Soalnya saya sering dengar ibu saya bilang jangan pilih pilih malah nggak kepilih ntar. Kan jadinya sedih + was" juga. Padahal saya nggak mau pacaran & mau jodoh yg baik agamanya..
Jawaban
Pilih agananya
Ntar umi yg carikan
Ok beres
Dekati ibu
Ajak kadang pngajian atau ikutkan grup kajian wa.
Doakan
Bs lwt ayah klo lbh dkt
2⃣ asih
Ijin bertanya bunda
Salahkah bila menolak lanjut taaruf dg seseorang karena blm jelas n belum tau agama org tsb spt apa, dan juga masih merokokππ
Jawaban
Jk syarat agama itu utama boleh jk meragukan shalihah
3⃣ Arni
Ummi.. sdkit gambaran kenyataan singelillah khususnya wilayah sayaπ
Di daerah sy jk melamar gadis mesti dengn uang panaik (uang belanja) yg mesti ditanggung pihak ikhwan.
Tdk jarang gagal manten krn ketdk cocokn uang panaik☺
Juga,, tdk jarang aki2 dpt sepenten krn mampu uang panaik☺
Kadang si anak berbenturan dng ortu krn adat.
Krn Susahnya memberi pengertian ttg nikah yg syar'i.
Dilema wat singelillah..
Mohon nasehatnya umm..πΉπΉ
Jawaban
Cintailah pasangan dengan sepenuh hati
Walau kadang ada ujian melanda diri
Ada tangan yang senantiasa memegangi
Ada sosok yang selalu mendampingi
Ada sentuhan lembut yang bisa mendamaikan hati
Cintailah pasangan didasari oleh syariat
Bukan cinta dengan ukuran jumlah karat
Karena cinta yang demikian akan menjadikan kita pribadi yang selamat.
#cintabersyariatbukancintayangberkarat
4⃣rini
Ijin bertanya..
Saya punya temen, dia nikah dengan beda negara..
Kenal suaminya lewat dumay, n akhirnya nikah..
Nikah dia sendiri yg datang ke negara suami tanpa saksi tanpa teman dengan alasan sdh tidak ada wali pdhl klo di cari" masih ada walinya..
Tapi dia bersikeras pergi sendiri..
Dia punya pendapat bahwa nikahnya dia di sebut nikah mutawakil.
Dia nikah di negeri sana, tanpa wali dan hanya di saksikan oleh amil, pengacara n keluarga pihak laki" tentunya..
Itu hukumnya gimana ya??
Jawaban
Nikah dalam.agama islam itu ada tata aturan g bs gt
Ada mempelai
Ada wali
Ada ijab qabul
Lah klo syarat diabaikan kumaha eta
Taruhlah wudlu tuh
Cm.kumur aja sah kagak nih.
〰〰〰〰〰〰➰
FB : Telaga Surga
IG : Telaga_Surga
Blog : http://telagasurga17.blogspot.co.id/
ππ
*GROUP TELAGA SURGA*
π : Rabu, 10 Mei 2017
⏰ : 19.30 wib sd selesai
π€ : Sholcan Lina
✍πΌ : Sholcan Lola
π *Materi :* π
*CINTA BERSYARIAT BUKAN HANYA KARENA BERAPA KARAT*
Oleh : Bunda Rochma Yulika
Menempuhi perjalanan kehidupan dari lahir lantas tumbuh meremaja hingga mendewasa menyampaikan pada saat yang tepat untuk menikah. Jangan salah memulai langkah karena langkah pertama menjadi penentu langkah berikutnya. Banyak bijak bestari yang mengatakan sampainya pada langkah seribu dimulai dari langkah yang pertama.
Sejenak kita renungkah kisah dahsyat ini. Adakah kita mengenal sosok Abdullah Ibnu Mubarak? Banyak sekali karya dahsyat yang bisa kita ambil pelajarannya serta kebermanfaatan ilmunya. Di balik kehebatan ibnu Mubarak perlu kita telusuri siapa sejatinya orang tua yang telah melahirkan dan mendidiknya.
Terkisah seorang pemuda bernama Mubarak yang bekerja sebagai penjaga kebun. Suatu hari tuannya datang ke kebun. “Mubarak, petikkan aku anggur yang manis,” perintah tuannya. Mubarak pergi sebentar lalu kembali membawa anggur dan menyerahkannya kepada tuannya.
“Mubarak, anggur ini masam rasanya, tolong carikan yang manis!” kata tuannya setelah memakan anggur itu. Mubarak segera pergi, tak lama kemudian ia kembali dengan anggur lain. Anggur itu dimakan oleh tuannya. “Bagaimana kamu ini, aku suruh petik anggur yang manis, tapi lagi-lagi kamu memberiku anggur yang kematangan sehingga masam juga, padahal kamu telah dua tahun tinggal di kebun ini,” tegur tuannya dengan perasaan kesal. “Tuanku, aku tidak bisa membedakan anggur yang manis dengan yang masam, karena tugasku hanyalah menjaga kebun. Sejak tinggal di sini aku belum pernah merasakan sebutir anggur pun, bagaimana mungkin aku dapat membedakan yang manis dari yang masam?” jawabnya.
Tuannya tertegun mendengar jawaban Mubarak. Ia seakan-akan memikirkan sesuatu. Betapa keshalihan pemuda itu membuatnya jengah. Rasa simpati hadir di hatinya. Waktu berjalan keakraban antara Sang majikan dan Mubarak semakin terjalin. Mereka kadang berdiskusi sembari bersendau gurau diantara keduanya. Hingga pada sebuah masa yang mana Sang majikan hendak menikahkan putrinya lantaran banyak saudagar kaya yang akan mempersunting sang putri tersebut.
Kebingungan melanda Sang majikan. Dalam kebingungannya kembali mengajak Mubarak untuk mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi.
Bertanyalah Sang majikan kepada Mubarak siapa lelaki yang pantas untuk menjadi suami anaknya. Mubarak lantas menjawab penuh bijak,"Wahai Tuan, jika kita memilih karena parasnya kita tak lebih dari orang Nasrani, jika kita memilih karena kekayaannya itu tak lebih dari orang-orang Yahudi, jika kita memilih karena keturunannya sama halnya kita meniru orang Qurays, dan jika Tuan ingin meneladani apa yang Rasulullah lakukan maka pilihlah karena agamanya. Demikian pernyataan Mubarak yang membuat Sang majikan termangu-mangu.
Kemudian pulanglah ke rumah menemui istrinya dan mengungkapkan keinginannya menjodohkan putrinya dengan Mubarak seorang budak berkulit hitam. Awalnya istrinya terkejut dan rasanya tak mungkin akan menikahkan putrinya dengan budak hitam. Akhirnya mereka bersepakat dengan menanyakan dulu kepada putrinya.
“Coba saja sampaikan maksudku ini kepadanya, aku lihat budak itu sangat wara’ dan takut kepada Allah.”
Kemudian sang istri pergi menemui anak gadisnya, “Ayahmu akan menikahkanmu dengan seorang budak bernama Mubarak. Aku datang untuk meminta persetujuanmu.” “Ibu, jika kalian berdua telah setuju, aku pun setuju. Siapakah yang mampu memperhatikanku lebih tulus daripada kedua orang tuaku? Lalu mengapa aku harus tidak setuju?”
Sang ayah yang kaya raya itu kemudian menikahkan anak gadisnya dengan Mubarak. Dari pernikahan ini, lahirlah Abdullah bin Mubarak. Abdullah bin Al Mubarak, seorang tabi’in yang sangat terkenal dengan sifat kedermawanannya. Meskipun beliau termasuk orang yang cukup mampu, namum beliau sangat mengerti bagaimana cara mempergunakan hartanya di jalan yang diridhai oleh-Nya.
Begitu indah menikah berlandaskan syariat bukan hanya memenuhi keinginan syahwat. Betapa indah menikah berpedoman syariat bukan karena jumlah karat yang akan diterima. Dunia ini sangat fana bercitalah untuk kehidupan mulia di surga. Sebuah kehidupan yang tak lagi terbatasi oleh larangan-larangan dan tentunya sebuah kehidupan yang diliputi kebahagiaan.
Maka sudah saatnya kita mengubah cara berpikir kita tentang siapa jodoh yang akan menjadi pasangan kita. Bila agama sudah dijadikan alat ukur maka semua7 akan mengikuti sama halnya bila kita hanya mengejar sisi dunia akhirat bisa terlewat namun bila ditujukan atas dasar keakhiratan maka dunia pun akan didapatkan. Insya Allah.
Dan apakah kita sudah lebih mulia dari kisah di atas?
Atau kita merasa lebih berparas rupawan sehingga masih banyak perhitungan? Atau merasa jauh lebih berilmu dibanding para pendahulu itu? Atau lebih shalih dan taat dibanding mereka yang istiqamah dalam menjalankan syariat?
Kita itu gak ada apa2 nya
Kalo sampe menolak lantaran ukuran dunia
Perlu banyak istighfar
Masih jauh jarak ilmu dengan mereka. Masih jauh jarak amal apalagi jarak keshalihan dalam menjalankan apa yang telah ditetapkan. Kita ini masih banyak kekurangan. Janganlah mencintai sesuatu yang sempurna namun dengan mencintai akan kita hadirkan kesempurnaan. Bukan kita menikah sekedar mencari kebahagiaan namun kita menikah bercita untuk saling membahagiakan. Dan semuanya akan terwujud bila syariat dijadikan pedoman yang utama
Menikah merupakan dambaan setiap insan manusia. Menikah juga tak hanya sarana menyalurkan cinta dan nafsu belaka tanpa menuai pahala dari Allah Ta’ala. Menjadi keluarga yang bahagia, penuh dengan rasa cinta dalam rumah tangga merupakan impian dan idaman. Sungguh indah bersanding dengan seorang yang didambakan. Maka tak heran jika ada yang memasang berlembar-lembar kriteria diajukan demi mendapatkan pasangan yang diimpikan.
Tuh menulis proposal sampe macam skripsi aja
Mematok seabrek kriteria bukanlah hal yang salah, karena setiap orang mengidamkan pasangan terbaik sebagai pasangan hidupnya demi kebahagiaan rumah tangga kelak. Namun, ingatlah bahwa kriteria-kriteria itu *bukanlah harga mutlak*. Karena tidak ada manusia yang sempurna di dunia. Layaknya matahari dan bulan, mereka sama-sama memiliki fungsi sendiri-sendiri. Bulan datang ketika malam tiba memberikan penerangan dalam kegelapan malam. Pun dengan matahari yang datang memberikan cahaya terbaiknya untuk menghangatkan bumi pertiwi.
Alangkah lebih baiknya ketika kita tidak terlalu neko-neko dalam menentukan kriteria calon pasangan kita. “Ketika kamu ingin mendapatkan yang shalih, maka shalihahkan dulu dirimu.”, begitu juga sebaliknya. Agar kita senantiasa sadar atas segala kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki. Tidak hanya menuntut namun berusahalah menjadi penurut bagi suami kita kelak.
Semoga Allah Ta’ala mempermudah langkah kita untuk menuju ke jenjang pernikahan, mempertemukan kepada seseorang yang diidam-idamkan. Allahu a’lam
Sesi tanya jawab
1⃣ Anisa
Anisa tanya..
Bagaimana cara menjelaskan ke orangtua bahwa saya ingin jodoh yg baik agamanya Bun? Soalnya saya sering dengar ibu saya bilang jangan pilih pilih malah nggak kepilih ntar. Kan jadinya sedih + was" juga. Padahal saya nggak mau pacaran & mau jodoh yg baik agamanya..
Jawaban
Pilih agananya
Ntar umi yg carikan
Ok beres
Dekati ibu
Ajak kadang pngajian atau ikutkan grup kajian wa.
Doakan
Bs lwt ayah klo lbh dkt
2⃣ asih
Ijin bertanya bunda
Salahkah bila menolak lanjut taaruf dg seseorang karena blm jelas n belum tau agama org tsb spt apa, dan juga masih merokokππ
Jawaban
Jk syarat agama itu utama boleh jk meragukan shalihah
3⃣ Arni
Ummi.. sdkit gambaran kenyataan singelillah khususnya wilayah sayaπ
Di daerah sy jk melamar gadis mesti dengn uang panaik (uang belanja) yg mesti ditanggung pihak ikhwan.
Tdk jarang gagal manten krn ketdk cocokn uang panaik☺
Juga,, tdk jarang aki2 dpt sepenten krn mampu uang panaik☺
Kadang si anak berbenturan dng ortu krn adat.
Krn Susahnya memberi pengertian ttg nikah yg syar'i.
Dilema wat singelillah..
Mohon nasehatnya umm..πΉπΉ
Jawaban
Cintailah pasangan dengan sepenuh hati
Walau kadang ada ujian melanda diri
Ada tangan yang senantiasa memegangi
Ada sosok yang selalu mendampingi
Ada sentuhan lembut yang bisa mendamaikan hati
Cintailah pasangan didasari oleh syariat
Bukan cinta dengan ukuran jumlah karat
Karena cinta yang demikian akan menjadikan kita pribadi yang selamat.
#cintabersyariatbukancintayangberkarat
4⃣rini
Ijin bertanya..
Saya punya temen, dia nikah dengan beda negara..
Kenal suaminya lewat dumay, n akhirnya nikah..
Nikah dia sendiri yg datang ke negara suami tanpa saksi tanpa teman dengan alasan sdh tidak ada wali pdhl klo di cari" masih ada walinya..
Tapi dia bersikeras pergi sendiri..
Dia punya pendapat bahwa nikahnya dia di sebut nikah mutawakil.
Dia nikah di negeri sana, tanpa wali dan hanya di saksikan oleh amil, pengacara n keluarga pihak laki" tentunya..
Itu hukumnya gimana ya??
Jawaban
Nikah dalam.agama islam itu ada tata aturan g bs gt
Ada mempelai
Ada wali
Ada ijab qabul
Lah klo syarat diabaikan kumaha eta
Taruhlah wudlu tuh
Cm.kumur aja sah kagak nih.
〰〰〰〰〰〰➰
FB : Telaga Surga
IG : Telaga_Surga
Blog : http://telagasurga17.blogspot.co.id/
ππ
Komentar
Posting Komentar