Dengan Mengingat Kematian Menambah Keimanan Kita

📿 NOTULEN KAJIAN TELAGA SURGA
📆 : 16 Desember 2017
⏰ : 19.30 s.d selesai

📑 : *DENGAN MENGINGAT KEMATIAN, MENAMBAH KEIMANAN KITA*
🧕🏻 : *Ustdzah Halimah*

💞  *Materi* 💞

Kematian...🤔🤔 sepertinya momok yang mengerikan bagi kita semua...

Adakah yang sudah siap akan kematian?

Ternyata kita memang belum begitu ikhlas akan kematian...
seakan kita ingin hidup lebih lama lagi didunia ini bahkan mungkin abadi di dunia.tapi kuasa Allah swt lain lagi terhadap kita...
siap tidak siap kita harus ikhlas akan kematian...

Allah swt berfirman :
وتزودوا فان خير الزاد التقوى (البقرة: 197).
 (Persiapkanlah bekalmu, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah ketakwaan.
   Al-Baqarah: 197).

Senantiasalah perhatikan persiapan dan bekal kita menuju alam yang abadi, akhirat, yaitu ketaqwaan kita kepada Allah.

Apabila kita renungkan putaran waktu yang telah kita lalui dari hari ke hari, bulan ke bulan, akhirnya genap satu tahun, banyak peristiwa dan persoalan yang kita alami. Tidak jarang di antara problema kehidupan yang kita hadapi itu ada yang menantang keyakinan dan keimanan kita, apakah hal itu di tempat kerja atau di pasar, atau di tempat lainnya, yang membuat kita harus memilih antara yang hak dan yang batil. Di sinilah kesadaran yang disinari iman akan menuntun kita ke jalan yang lurus.
Dan itulah yang diamanahkan dalam firman Allah swt yang sering kita baca:

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.

Bila demikian halnya penting dan strategisnya keimanan menjadi basis dan modal hidup seorang muslim, sebetulnya kalau begitu, apakah yang paling kita takutkan hilang dan sirna dalam hidup ini? Hal ini dalam kaitan dengan kepastian bahwa kita akan mati. Tentu beragam jawaban yang mungkin diberikan, sesuai dengan persepsi masing-masing dalam memandang hidup ini. Tapi di atas semua jawaban tersebut, sebenarnya sebagai seorang mukmin, hal yang paling kita khawatirkan adalah, apabila kita mati dalam keadaan tidak beriman. Kenapa? Karena kalau kita mati dalam keadaan tidak beriman, sudah pasti kita akan kekal di dalam neraka selama-lamanya. Na’uzubillah.

Ada 3 (tiga) macam perbuatan yang menimbulkan dosa bila dilakukan seseorang, yang dikhawatirkan dapat menyebabkan ia mati dalam keadaan imannya dicabut dari dadanya.

Pertama, orang yang tidak menyukuri nikmat iman yang ada.
Kedua, orang yang memang dia sendiri tidak takut mati, tidak membawa iman. Tentang ini terkadang kita tidak sadar dalam keseharian kita, karena godaan syetan kita begitu berani bertindak, yang efeknya bisa mencelakakan dan membinasakan orang lain. Padahal jelas aturannya, kalau seorang yang melakukan pembunuhan dengan sengaja, maka balasannya adalah neraka Jahannam. Dalam al-Qur’an surat al-Nisa: 93 Allah berfirman:
وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا (النساء: 93)

Artinya:  Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu'min dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya.
Dari ayat di atas sangat jelas di terangkan mengenai ancaman dan hukuman bagi orang yang sengaja ingin bunuh membunuh antar sesama saudara seimannya, yaitu akan dimasukkan kedalam neraka Jahannam. Hal ini diperkuat oleh sebuah hadits Rasulullah SAW, sebagaimana beliau bersabda:
القاتل والمقتول فى النار.
Artinya: “ Pembunuh dan yang dibunuh akan dimasukkan dineraka.”

Ketiga, orang yang terlalu banyak berbuat zalim (aniaya) kepada sesamanya.
ان الشرك لظلم عظيم.

Dengan ketiga kerangka itu, kita selalu mengadakan evaluasi dan koreksi terhadap diri masing-masing, sudah seberapa jauh dan seberapa sungguh kita dalam berbakti kepada Allah, sebagai realisasi dari pengakuan kita beriman kepada-Nya. Kita mesti khawatir, jangan-jangan kita hanya mengaku-ngaku saja beriman, tetapi dalam pengabdian kepada Allah, kita masih berada pada posisi milih-milih yang kita senangi saja, belum pilihan didasarkan kepada apa dan mana yang disenangi Allah dan Rasul-Nya.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, coba kita amati perilaku keberagamaan kita, apakah kita beribadah baru sebatas kemauan kita saja, atau lebih tegasnya kita beramal yang kita mau dan suka saja? Atau sudah mulai ke tahap semampu kita. Sebab sikap dan perilaku seseorang yang didasari atas  semau kita dan semampu kita itu berbeda perwujudannya. letaknya masalah dan problem kita yang terbesar. Jadi kalau kita mengatakan doa-doa kita tidak dikabulkan Tuhan, boleh jadi kita sendiri tidak mau meraih dan mencapai yang kita doakan itu. Misalnya kita berdoa sapu jagad, "Mohon bahagia di dunia dan di akhirat" tetapi kita sendiri ibarat Kereta Api tidak mengikuti relnya agar bisa selamat dunia akhirat itu.

Cobalah sering-sering merenung mengenai kesiapan diri masing-masing dalam menghadapi satu kepastian nanti di akhirat, yang mana hal itu merupakan satu dari enam rukun iman kita. Apakah diri kita ini sudah memiliki bekal yang cukup menghadap Zat yang paling mengasihi kita, yakni Allah SWT?, Ini sesuatu yang ditangisi oleh Sayidina Ali. Sebagaimana dalam salah satu ungkapannya dia berkata:
آااه ه ه .... من قــــــــلة الزاد  وبعد الطريق....
"Alangkah sedikitnya bekal, alangkah panjangnya perjalanan yang harus dilalui.".

Orang sekaliber sayidina Ali menangis menyesali masih kurangnya bekal, padahal siapa Ali itu bila dibandingkan dengan diri-diri kita jamaah sekalian?? Ali itu yang pertama masuk Islam dari kalangan anak-anak, menantu Rasulullah, babul 'ilmi, pejuang gagah berani. Lalu bagaimana dengan diri kita  yang tidak sebanding dengan syaidina Ali?

Apakah sudah cukup bekal kita?
Semoga kita tidak menjadi orang yang sombong dan takabur akan amalan yang telah kita lakukan ...
lalu bagaimana dengan maksiat yang tanpa sengaja kita lakukan?
Apakah bekal kita ke sana akan berkurang?

mari kita renungkan sahabat akan bekal kita agar kita semakin bertambah keimanan dan ketaqwaan kita.

karena urusan mati itu tidak gampang ,perlu perjuangan dan bekal agar kita mati dalam keadaan husnul khotimah...

Wahai diri ini yang lalai akan kematian, ingatlah faedah mengingat kematian …
[1] Mengingat kematian adalah termasuk ibadah tersendiri, dengan mengingatnya saja seseorang telah mendapatkan ganjaran karena inilah yang diperintahkan oleh suri tauladan kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[2] Mengingat kematian membantu kita dalam khusyu’ dalam shalat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اذكرِ الموتَ فى صلاتِك فإنَّ الرجلَ إذا ذكر الموتَ فى صلاتِهِ فَحَرِىٌّ أن يحسنَ صلاتَه وصلِّ صلاةَ رجلٍ لا يظن أنه يصلى صلاةً غيرَها وإياك وكلَّ أمرٍ يعتذرُ منه
“Ingatlah kematian dalam shalatmu karena jika seseorang mengingat mati dalam shalatnya, maka ia akan memperbagus shalatnya. Shalatlah seperti shalat orang yang tidak menyangka bahwa ia masih punya kesempatan melakukan shalat yang lainnya. Hati-hatilah dengan perkara yang kelak malah engkau meminta udzur (meralatnya) (karena tidak bisa memenuhinya).” (HR. Ad Dailami dalam musnad Al Firdaus. Hadits ini hasan sebagaimana kata Syaikh Al Albani)
[3] Mengingat kematian menjadikan seseorang semakin mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Allah. Karena barangsiapa mengetahui bahwa ia akan menjadi mayit kelak, ia pasti akan berjumpa dengan Allah. Jika tahu bahwa ia akan berjumpa Allah kelak padahal ia akan ditanya tentang amalnya didunia, maka ia pasti akan mempersiapkan jawaban.
[4] Mengingat kematian akan membuat seseorang memperbaiki hidupnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أكثروا ذكر هَاذِمِ اللَّذَّاتِ فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إلا وسعه عليه ولا فى سعة إلا ضيقه عليه
“Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehiupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al Albani).
[5] Mengingat kematian membuat kita tidak berlaku zholim. Allah Ta’ala berfirman,
أَلَا يَظُنُّ أُولَئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ
“Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan.” (QS. Al Muthoffifin: 4). Ayat ini dimaksudkan untuk orang-orang yang berlaku zholim dengan berbuat curang ketika menakar. Seandainya mereka tahu bahwa besok ada hari berbangkit dan akan dihisab satu per satu, tentu mereka tidak akan berbuat zholim seperti itu.

Nasehat ulama ….
Abu Darda’ berkata, “Jika mengingat mati, maka anggaplah dirimu akan seperti orang-orang yang telah meninggalkanmu.”
Yang menakjubkan pula dari Ar Robi’ bin Khutsaim …
Ia pernah menggali kubur di rumahnya. Jika dirinya dalam kotor (penuh dosa), ia bergegas memasuki lubang tersebut, berbaring dan berdiam di sana. Lalu ia membaca firman Allah Ta’ala,
رَبِّ ارْجِعُونِ  لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ
“(Ketika datang kematian pada seseorang, lalu ia berkata): Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” (QS. Al Mu’minuun: 99-100). Ia pun terus mengulanginya dan ia berkata pada dirinya, “Wahai Robi’, mungkinkah engkau kembali (jika telah mati)! Beramallah …”

Semoga keadaan mati kita adalah mati yang husnul khotimah

Marilah kita mengingatkan kematian ini agar kita bertambah keimanan kita dan ketaqwaan kita bukan menjadikan kita langsung lemas,malas dan tidak semangat.

💞 *Tanya jawab :* 💞

Bagaimana membangun ketaqwaan itu dgn kokoh ust?

*jawab:*

alah 20 cara agar manusia dapat meningkatkan iman dan taqwanya dalam kehidupan.

Memperbaiki Shalat

Untuk bisa meningkatkan iman dan taqwa salah satu caranya adalah dengan memperbaiki shalat. Shalat saja tidak cukup, melainkan membutuhkan shalat khusuk dan berkualitas. Itulah shalat yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan.

Hal mengenai shalat juga disampaikan dalam ayat sebagai berikut, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”  (QS Al Ankabut : 45)

Selain shalat wajib juga bisa melaksanakan shalat sunnnah seperti : Shalat Taubat , Shalat Lailatul Qadar, Shalat Malam Sebelum Tidur , dsb.

Mentadaburi Al-Quran

Darimana kita bisa meyakini dan memiliki ketaqwaan kepada Allah? Tentu saja sumbernya adalah Al-Quran yang memberikan kita petunjuk. Untuk itu dalam meningkat iman dan taqwa membaca sumbernya adalah jalan yang tepat. Dengan membaca Al-Quran bukan berarti membaca teksnya, melainkan mentadaburi isinya, dan menjadikannya Fungsi Al-Quran dalam Kehidupan Sehari-hari serta Fungsi Al-quran Bagi Umat Manusia.

Hal ini sebagaimana Allah sampaikan dalam Surat Yunus ayat 37, “Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.”.

Untuk itu, tadabur Al-Quran adalah sesuatu yang wajib dilakukan dan ketika sudah mempelajarinya maka akan muncul keyakinan dan tidak ada keraguan sedikitpun.

Berkumpul dengan Orang Shaleh

Salah satu Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa yaitu bercengkrama dengan orang saleh. Orang shaleh memupuk iman, sedangkan bersamanya maka kita akan termotivasi dan semangat menjalankan segala perintah-perintah Allah. Manusia makhluk sosial, membutuhkan teman dan pendampingan agar hidupnya berwarna dan terdapat dorongan yang berasal dari luar.

Carilah orang-orang yang shaleh. Bentuklah interaksi bersamanya dan biarkan kita bersosialisasi dan saling mengingatkan kebaikan dengan mereka untuk membantu kita tetap dalam keimanan kepada Allah SWT.

Membaca Buku-Buku Islam

Salah satu sumber keimanan adalah ilmu yang kita miliki. Adanya kebermanfaatan ilmu membuat iman dan taqwa kita semakin bertambah. Salah satunya dengan membaca buku-buku islam yang diwariskan ulama atau orang berilmu secara benar lainnya. Ilmu Tasawuf Modern, Ilmu Tauhid Islam, dan Ilmu Kalam dalam Islam  bisa juga dipelajari karena sebagai bagian dari ilmu yang membentuk pondasi keimanan.

Sponsors Link


Mempelajari Ilmu Pengetahuan

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya” (QS Al Hajj : 8)

Ilmu di dunia ini segalanya milik Allah. Yang benar adalah milik Allah, hanya manusia saja kadang tidak menangkapnya secara seksama dalam kehidupan sehari-hari. Membaca ilmu pengetahuan dan mempelajarinya akan membuat kita semakin tunduk dan takjub, karena ilmu manusia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan yang Allah miliki.

Ilmu manusia hanya setetes dari luasnya samudera. Hal ini karena Islam dan Ilmu Pengetahuan tentu saling mendukung bukan bersebrangan.

Mentadaburi Alam Semesta

Alam semesta jagad raya ini adalah milik Allah SWT. Untuk itu, mentadaburi alam semesta juga salah satu Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa. Aktivitas ini membuat kita semakin yakin dan takjub akan segala ciptaan Allah SWT. Dengan mempelajari kebesaran Allah dan segala isinya, maka keyakinan dan ketaqwaan kita kepada Allah juga akan semakin meningkat.

Hal ini juga disampaikan Allah dalam QS Fushilat ayat 37, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.”

Membandingkannya dengan Kepercayaan Lain

Salah satu metode yang bisa digunakan untuk menambah keimanan dan ketaqwaan kita adalah dengan cara membandingkan ajaran islam dengan ajaran lain tentu dengan metode dan ilmu yang benar. Dengan begitu kita akan mendapatkan bahwa islam yang Allah turunkan adalah bentuk yang paling baik dan sempurna dibandingkan dengan ajaran lainnya. Dengan perbandingan maka akan terlihat yang unggul, maka kita akan bisa menmabah keyakinan kita dan kebanggan kita dalam berislam.

Menjalankan Perintah Allah Secara Konsisten

Menjalankan perintah Allah tentu akan memiliki dampak. Untuk itu, merasakan manfaat dan kebermaknaan dari perintah Allah hanya akan didapatkan ketika kita benar-benar menjalankannya. Misalnya saja, ibadah puasa sebagai bentuk pelatihan diri. Kita tidak akan bisa merasakan manfaat puasa terhadap kesehatan jika tidak melaksanakan amalan ibadah puasa itu sendiri.

Semakin tinggi dan sering kita melaksanakan perintah Allah maka akan semakin tinggi pula kita merasakan kebermaknaan akan nilai-nilai islam dan kebermanfaatannya bagi diri kita.

Mencari Informasi Manfaat atau Dampak dari Perintah Allah

Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa juga dapat di dapat saat kita mau mencari informasi. Semakin kita mengetahui apa manfaat atau dampak yang bisa kita ambil dari sebuah perintah, maka kita akan semakin bersyukur dan merasakan bahagia karena apa yang diperintahkann untuk dijalankan oleh Allah SWT adalah sesuatu yang menyelematkan dan membahagiakan. Untuk itu, kita harus dapat mencari dan menggali informasi mengenai sebuah perintah agar keimanan dan ketaqwaan semakin bertambah.

Melakukan Evaluasi Diri

Sebelum melakukan peningkatan biasanya maka diperlukan evaluasi terlebih dahulu. Untuk bisa terus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan tentu manusia juga harus melaksanakan evaluasi diri. Evaluasi ini adalah untuk mengukur sejauh apa kita telah beriman dan melaksanakan perintah Allah. Evaluasi harus dijalankan oleh diri sendiri bukan oleh orang lain. Untuk itu, yang mengukurnya adalah diri kita sendiri, karena diri lah yang lebih tau bagaimana keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Menjauhi Lingkungan yang Buruk

Jika kita merasa belum bisa untuk beradabtasi dan menghindari segala kemaksiatan, maka pilihan kita bisa menjauhi lingkungan tersebut sampai kekuatan iman dan taqwa kita meningkat. Menjaga diri lebih baik ketimbang harus tetap berada dalam lingkungan yang membuat diri kita semakin memburuk.

Akan tetapi, menjauhi lingkungan yang buruk bukan berarti kita harus bersikap eksklusif sehingga tidak ada interaksi sosial dengan manusia lainnya. Allah sendiri menyuruh kita untuk bersosialisasi dan bersyiar agar tercitrakan islam yang baik di masyarakat.

Tidak Terlena dengan Kehidupan Dunia

Dunia bisa menawarkan kebahagiaan ataupun kesedihan walaupun semuanya hanya sementara. Untuk itu, menjaga dan meningkat keimanan dan ketaqwaan dapat kita lakukan dengan cara menjaga diri agar tidak terlena dengan kehidupan dunia. Biasanya dengan terlena kehidupan dunia, kita juga lupa dengan Allah dan perintahnya. Untuk itu, berhati-hati baik dalam kondisi apapun agar tidak terjebak pada urusan duniawi semata.

Untuk itu bisa juga kita mempelajari bagaimana cara sukses di Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam agar tidak salah menempatkan dunia dalam hidup.

Mengikuti Majelis Ilmu

Menghadiri majelis ilmu adalah cara juga agar keimanan dan ketaqwaan kita bisa meningkat. Majelis ilmu tentu akan memberikan kita banyak hikmah dan juga pencerahan. Bagaimanapun, ilmu selalu kita butuhkan dan membuat diri kita semakin baik setiap saat. Hadirilah majelis ilmu, yang membahas ilmu islam, ilmu pengetahuan yang bermanfaat, agar kebesaran Allah semakin hadir dalam diri kita.

Hal ini juga disampaikan dalam Al-Quran , “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujadilah : 11)

Sponsors Link


Menjauhi Stimulus Kemaksiatan

Menjaga keimanan tentu sama dengan menjaga diri dari perbuatan maksiat. Jauhi kemaksiatan dan jadikan diri ini kuat terhadap stimulusnya. Jika tidak ingin dihampiri oleh kemaksiatan maka stimulusnya pun dari awal sudah harus kita hindari.

Mengasah Akal dan Menjauhi Hawa Nafsu

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.” (QS Ar-Rum : 24)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa keimanan dan rasa takut kepada Allah hanya akan muncul jika kita menggunakan akal dengan benar. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita bukan hanya persoalan spiritual tapi membutuhkan daya pikir dan nalar yang baik. Untuk itu, dalam meningaktkan keimanan maka dibutuhkan terus menerus mengasah akal agar akal kita tunduk kepada yang benar bukan kepada hawa nafsu semata.

Memperbanyak Syukur, Menjauhi Mengeluh

Memperbanyak syukur dan menjauhi mengeluh bisa juga meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita. Syukur berarti kita selalu mencari nikmat dan rezeki Allah di setiap saat dalam kondisi apapun. Dengan begitu kita bisa tetap yakin bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita dan senantiasa membantu kita untuk mendapatkan nikmat dan rezeki yang banyak.

Memperbanyak Dzikir

Dengan berdzikir artinya kita sedang mengingat Allah. Dzikir tidak selalu dalam bentuk bacaan yang panjang atau dalam berbagai hitungan. Berdzikir mengingat Allah bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Mengingat segala hukum Allah, hukum pengetahuan yang ada di alam ciptaan Allah ataupun adzab atau hukuman Allah. Untuk itu, orang yang berdzikir akan mendekati kepada Allah dan semakin cinta akan syariat Allah.

Melakukan Hiburan yang Bermanfaat

Setiap manusia tentu saja membutuhkan hiburan. Hiburan tentu tidak ada salahnya selagi hiburan tersebut bermanfaat. Untuk itu, meningkatkan keimanan bisa dengan kita melakukan hiburan yang bermanfaat dan menjalankan hiburan tanpa harus meninggalkan perintah Allah SWT.

Mengikuti Sunnah Rasul

“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS Al Baqarah : 285)

Dalam ayat diatas, menunjukkan bahwa mengikuti sunnah Rasul adalah cara yang bisa juga dilakukan untuk meningkatkan iman dan taqwa. Sunnah rasul atau apa yang Rasulullah lakukan sejatinya adalah jalan-jalan yang diarahkan menuju Ridho Allah SWT. Untuk itu, muslim yang mengikuti sunnah rasul tentu akan mendapatkan juga jalan dan arah yang sama sebagaimana Rasulullah.

Menikmati Hidup yang Allah Berikan

Iman dan taqwa yang kuat serta senantiasa meningkat hanya akan didapatkan oleh orang-orang yang menikmati hidup dari Allah SWT. Mereka akan mendapatkan keimanan dan ketaqwaan karena merasakan hidup yang penuh syukur, nikmat, pertolongan Allah, dan rezeki. Mereka yang merasakan ini tentu akan mendapatkan kenikmatan hidup dunia dan akhirat.

Hal ini juga disampaikan dalam ayat berikut,“Dan Kami telah memberikan kepada mereka di antara tanda-tanda kekuasaan (Kami) sesuatu yang di dalamnya terdapat nikmat yang nyata”(QS Adh Dhukan : 33)

Kunci Meningkatkan Iman dan Taqwa

Kunci dari semua jalan meningkatkan iman dan taqwa adalah menjalankan semuanya secara bertahap, konsisten, sungguh-sungguh, niat yang lurus dan selalu berusaha untuk mencari lingkungan atau proses kondisi diri yang baik. Bagaimanapun juga manusia memiliki kelemahan dan semua itu harus dicoba dengan pengondisian eksternal.

Tanpa konsisten yang tinggi tentu saja iman dan taqwa tidak akan meningkat, justru malah stagnan atau bahkan melemah. Maka itu iman dan taqwa jika ingin meningkat ia harus dipupuk terus menerus, dipelihara dan jangan sampai terperosok jurang kesesatan yang lebih dalam.

Untuk itu, umat islam harus senantiasa mengingat bahwa sekali terpuruk maka syetan akan selalu menggoda untuk jatuh lebih dalam. Sebelum terpuruk, maka jangan sampai kita mendekati atau menyentuh lingkaran yang dibuat oleh setan untuk menjebak manusia. Hal ini sebagiamana juga disampaikan dalam ayat,

“Sesungguhnya orang-orang yang menukar iman dengan kekafiran, sekali-kali mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun; dan bagi mereka azab yang pedih.” (QS Ali Imran : 177)

Semoga umat islam selalu dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT sehingga bisa selamat dalam menjalankan hidup di dunia dan akhirat.


Bagaimana caranya agar tidak terlalu takut menghadapi kematian?

*jawab:*
. Mengingat Kematian



Image via wajibshare.com

Apakah setiap saat kita senantiasa mengingat akan kematian? Semua yang bernyawa pasti akan mati dan kehidupan terus berjalan, secara sadar atau tidak kematian akan semakin dekat menghampiri. Harus kita sadari bahwa sebenarnya hari-hari yang kita lewati semakin mendekatkan kita kepada kematian.

Dalam surah Al Ankabut Allah Subhaanahu wata’ala berfirman, yang artinya;

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS. Al ‘Ankabut : 57)

Rasa takut akan datangnya kematian adalah pertanda bahwa kita juga takut kepada Allah Subhaanahu wata’ala, namun yang menjadi pertanyaan sudahkan siap bekal dunia atau pertanggung jawaban atas semua amal dunia kita?

Rasa takut akan kematian sejatinya adalah sebagai pengingat atas ketaqwaan kita, setiap manusia memang memiliki tingkatan yang berbeda. Tentunya seorang hamba Allah yang didekatkan kepada-Nya dan dicintai-Nya, ia akan merasa tenang dan siap untuk mati kapanpun menjemputnya.

Seorang yang sudah begitu dekat dengan Allah pasti memiliki kedamaian di hatinya, rindu akan berjumpa dengan kekasih hati yang hakiki, yaitu Allah Subhaanahu wata’ala.

Namun berbeda jika seorang hamba yang masih merasa belum maksimal dalam beribadah, masih sering melakukan kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan dosa lainnya. Untuk itu, teringat akan mati sejatinya harus kita syukuri, dan semaksimal mungkin kita mendekatkan diri kepada Allah agar lebih dicintai-Nya.

Mencari ketenangan hidup di dunia dan keselamatan akhirat yaitu dengan bertaqwa kepada Allah Subhaanahu wata’ala, menjalankan semua perintah-Nya dan menjahui apa yang menjadi larangan-Nya.

Di dalam syariat telah di ajarkan tuntunan hidup yang hakiki yaitu Al-Quran dan Sunah. Al Quran adalah pedoman jalan yang lurus untuk manusia, agar manusia selalu mengingat Tuhannya. Salah satu penenang jiwa adalah mempelajari Al-Quran dan mengamalkannya di dalam kehidupan.

Menjalankan kewajiban serta semua perintah-perintah Allah dan mengikuti ajaran Rasulullah adalah wujud dari kepatuhan kita untuk selalu mendekatkan diri kepada AllahSubhaanahu wata’ala, itulah manifestasi dari iman. Hakikinya, yang paling utama dari iman adalah dari hati yang sebenar-benarnya.

2. Menyikapi Kematian dalam Syariat



gushaironfadli.tumblr.com

Bersyukurlah jika kita masih teringat akan kematian, karena kematian itu adalah pasti. Jangan menjadikan rasa takutmu menjadi berlebih dan menjadikanmu putus asa. Menyikapi kematian adalah dengan semakin mendekatkan diri kepada Allah Subhaanahu wata’ala, takutlah mati dan jadikan tenang.

Seorang hamba Allah harus selalu mengingat bahwa ia sedang membawa dirinya bersama kematian, ia sedang berjalan menuju kematian, bahwa ia sedang menunggu kematian itu entah datang pagi atau petang. Sungguh indah ungkapan Ali bin Abi Thalib,

”Sesungguhnya kematian terus mendekati kita dan dunia terus meninggalkan kita. Maka jadilah kalian anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak-anak dunia. Sesungguhnya hari ini adalah beramal dan tidak ada hisab, dan esok adalah hisab dan tidak ada lagi beramal.”

Sesungguhnya, nikmat yang paling nikmat adalah menyukuri nikmat sekecil apapun nikmat yang kita rasakan. Nikmat sehat, nikmat waktu luang dan yang paling utama adalah nikmat Iman. agar hati menjadi lebih tenang, banyaklah berdoa dan memohon ampun kepada Allah Subhaanahu wata’ala.

Berdoa untuk keselamatan duniamu dan akhiratmu, ada amalan yang memang khusus kita niatkan untuk akhirat dan juga ada untuk dunia.

Istiqomah Menjaga Amal Sholeh



Image via faisalchoir.blogspot.co.id

Sebab yang menjadikan seseorang selalu dihantui akan rasa takut akan kematian berlebih yang bisa menjadikan seseorang terpuruk karena jauhnya hati dari sang penerang hati, Allah Subhaanahu wata’ala. Agar rasa takut akan kematian itu bisa menghilang dan berubah menjadi rasa takut yang nikmat dan menjadikan jiwa tenang adalah taqwa.

Sebab seorang hamba dicintai Allah Subhaanahu wata’ala adalah karena katqwaan seorang hamba, ketaqwaan itu dapat dilakukan dengan menjaga amalan-amalan sholehyang bisa mendekatkan hati, nurani dan seluruh jiwa raga dekat dengan Allah Subhaanahu wata’ala.

Firman Allah Subhaanahu wata’ala, yang artinya;

“Dan itulah surga yang dikaruniakan untuk kalian, karena perbuatan (amal sholeh) yang kalian dulu pernah kerjakan” (QS. Az-Zukhruf : 72).

Agar kita memperoleh rahmat dan cinta kasih Allah Subhaanahu wata’ala, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa. Ingatlah, tujuan yang utama bukanlah amal yang sebanyak-banyaknya, tapi adalah amalan yang sebenar-benarnya.

Amalan yang sedikit dan benar karena Allah Ta’ala akan lebih bisa mendekatkan seorang hamba kepada Allah daripada amalan yang banyak dilakukan tetapi belum benar. Jika kita merasa amalan kita belum benar, yang paling terpenting bukan beramal sebanyak-banyaknya tetapi memperbaiki amalnya, yaitu hanya untuk Allah saja.

Seperti hadits nabi Muhammad Sallallahu `alaihi wa sallam,  dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhu disebutkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,

“Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelematkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah” (HR. Muslim no. 2817).

Dengan beramalah sholeh dengan benar, insya Allah seorang hamba akan mencapai taqwa yang benar yang mendapatkan rahmat dari Allah Subhaanahu wata’ala, jadi beramal sholeh dengan niat yang benar itu sangat penting.

Amalan terbaik yang bisa dilakukan adalah menjaga sholat fardhu (5 waktu) dan menambahkan amalan-amalan sunah yang bisa kita jadikan amalan utama untuk kita amalkan.

Menjaga Sholat Fardhu (5 Waktu)



Image via rtpabuyahamka.blogspot.co.id

Sholat 5 waktu adalah amalan wajib yang tidak boleh ditinggalkan, sholat tidak boleh kita niatkan hanya sebatas penggugur kewajiban. Sebaiknya niatkan sholat sebagai bentuk rasa syukur kita sebagai seorang hamba kepada Allah Subhaanahu wata’ala, agar senantiasa kita bersemangat dalam melaksanankan sholat.

Sholat fardhu bisa mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar, sepert firman Allah Subhaanahu wata’ala, yang artinya;

Bacalah Al-Kitab (al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakan shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Ankabut : 45)

Dengan melaksanakan sholat secara benar dan hak, maka sesungguhnya hati kita akan senantisa takut untuk melakukan kemaksiatan dan kemungkaran, karena setiap saat kita selalu mengat Allah.

Jika ada seseorang yang sholatnya rajin, tapi dia masih sering menyakiti orang lain, masih suka berbuat maksiat. Berarti ada yang keliru dengan sholatnya, sholat yang seseorang lakukan itu bukan untuk Allah Subhaanahu wata’ala.

Sholat adalah amalan utama, dan amalan pertama yang akan di hizab di hari kiamat nanti, dan sholat adalah penentu dari semua amal perbuatan hidup didunia.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya yang pertama kali di hisab dari amal seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik maka ia telah berbahagia dan sukses, tetapi apabila shalatnya jelek maka ia telah celaka dan merugi. Dan apabila ia kurang dalam melakukan shalat wajib maka Allah akan berkata, ‘Lihatlah apakah hamba-hamba-Ku memiliki shalat sunnah?’ Lantas disempurnakanlah dengannya yang kurang dari shalat wajib itu. Kemudian yang demikian itu berlaku pula bagi seluruh amalnya.” [HR. At-Tirmidzi, No. 413]

Amalan Istimewa yang Menjadikan Allah Bangga

Amalan istimewa yang saya maksud adalah amalan yang bisa kita lakukan secara terus menerus hingga mati. Amalan yang meringankan adalah amalan yang dikerjakan sedikit dan tidak memberatkan, amalan yang sedikit tersebut jika dikerjakan secara istiqomah akan mengungguli amalan yang dikerjakan dalam jumlah banyak namun hanya sesekali.

Seperti contohnya membaca Al-Quran, dalam sekali waktu membaca Al-Quran bisa menyelesaikan 1 juz, namun hanya seminggu sekali misalnya. Masih lebih baik membaca 1 lembar ataupun 1 ayat namun dilakukan secara istiqomah hingga akhir hayat.

Meskipun begitu, bukan berarti kita selamnya mengamalkan amal kebaikan dengan porsi yang sedikit secara terus menerus. Kita tetap dianjurkan beramal secara istiqomah dan juga memperbanyaknya ketika sudah istiqomah, agar semakin mendekatkan kita kepada Allah SWT.

Amal sholeh yang insya Allah lebih tidak memberatkan untuk diamalkan misalnya, berbakti kepada ibu dan ayah, menyantuni anak yatim, meringankan beban fakir miskin, istiqomah membaca al-quran, menjaga sholat dhuha, dan masih banyak amalan-amalan lain yang banyak memiliki keutamaan. Sebaik-baiknya amal adalah amal yang dikerjakan secara istiqomah.

Sebagai renungan kita semua, selalu saja ada syaiton yang selalu menggaggu dan membisikan kita supaya meninggalkan amalan-amalan kebaikan. Sayiton pulalah yang menjadikan semua kebaikan itu menjadi terasa berat, untuk itu jangan pernah lelah untuk selalu memohon ampun dan perlindungan kepada Allah dari gangguan syaiton.

Berdoa, agar selalu bisa istiqomah dan berdoa agar amal-amal kebaikan itu bisa menjadi bagian hidup, menjadi suatu kebutuhan yang bila mana ditinggalkan hidup terasa tidak lengkap. Sungguh indahnya jika suatu amal kebaikan menyatu dalam jiwa.

3. Hikmah Selalu Mengingat Kematian



Image via pixabay.com

Dengan mengingat mati seseorang akan menjadi mukmin yang cerdas berakal. Hadist Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam yang diriwayatkan Ibnu Majah dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Ibnu Majah seperti berikut;

”Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma bercerita: “Aku pernah bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu datang seorang lelaki dari kaum Anshar mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bertanya,

“Wahai Rasulullah, orang beriman manakah yang paling terbaik?”, beliau menjawab: “Yang paling baik akhlaknya”, orang ini bertanya lagi; “Lalu orang beriman manakah yang paling berakal (cerdas)?”, beliau menjawab; “Yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya setelah kematian, merekalah yang berakal”.

Seorang hamba harus selalu ingat bahwa dia sedang membawa dirinya bersama kematian, bahwa dia sedang berjalan menuju kematian, dan bahwa dia sedang menantikan kematian yang bisa menjemoutnya setiap saat, setiap waktu entah datang pagi ataupun petang. Sungguh indah ungkapan Ali bin Abi Thalib,

‘Sesungguhnya kematian terus mendekati kita, dan dunia terus meninggalkan kita. Maka jadilah kalian anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak-anak dunia. Sesungguhnya hari ini adalah beramal dan tidak ada hisab, dan esok adalah hisab dan tidak ada lagi beramal.’

Ungkapan Ali ini mengingatkan kita bahwa manusia kita sebagai manusia harus selalu siap siaga, selalu berintropeksi diri, memperbaharui taubat, dan harus mengetahui bahwa manusia sedang berhubungan dengan Allah Subhaanahu wata’ala.

Dalam surah Al Munafiqun Allah Subhaanahu wata’ala berfirman, yang artinya;

”Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.” [QS. Al Munafiqun : 11]

Coba kita renungkan bahwa banyak kita temui bayi yang baru saja dilahirkan didunia sudah di panggil Allah, paginya sehat sorenya sudah dipanggil Allah, dan ada juga  seseorang yang mempunyai sakit keras namun masih diberi kehidupan oleh Allah Ta ‘ala, Hanya Allah yang memiliki kuasa untuk memberikan nafas bagi kehidupan serta untuk mengambilnya.

Semua makhluk yang bernyawa akan hidup sampai batas waktu yang telah ditentukan, Allah menjelaskan di dalam Al-Quran sebagai petunjuk untuk manusia terhadap kematian dalam ayat berikut ini:

Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al Jumu’ah : 8)

Di antara hikmah dari mengingat-ingat kematian adalah:

Mendorong diri untuk selalu bersiap menghadapi kematian sebelum tiba waktunyaTidak menjadi manusia yang cinta dunia, terlalu cinta dunia adalah sebab utama kegelisahan manusiaMenjauhkan diri dari angan-angan dunia yang berlebihanSelalu beramal untuk akhirat dengan terus berusaha menjadi manusia yang baik dan taqwaMeringankan seorang hamba dalam menghadapi ujian duniaMencegah ketamakan terhadap nikmat duniawiMendorong untuk bertaubat dan muhasabah dari kesalahan di masa laluMemberi semangat untuk mendalami agama dan lebih terjaga dari hawa nafsuMelembutkan hati, mempunyai sikap rendah hati (tawadhu’), tidak sombong, dan berlaku zalimMenumbuhkan rasa toleransi, mudah memaafkan kesalahan dan kelemahan orang lain

Setelah seorang manusia meninggal terputuslah semua amal-amalnya di dunia, kecuali 3 perkara. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu); sedekah jariyah, ilmu yang di manfaatkan, atau doa anak yang shaleh” (HR. Muslim no. 1631)

Sedekah jariyah untuk kepentingan umat misalnya membangun masjid, membangun pesantren, ilmu yang digunakan untuk mengajarkan kebaikan yang secara turun temurun dilakukan, serta doa yang sennatiasa di panjatkan dari anak-anak yang sholeh untuk kedua orang tua yang sudah meninggal. Allah Maha Mulia atas segala sesuatu.

Tiada bekal yang akan kita bawa untuk menemani kematian kita, kecuali amalan-amalan kita semasa di dunia (entah itu bernilai dosa maupun pahala). Hanyalah amal yang menemani untuk dipertanggung jawabkan. Kematian akan begitu indah bagi seorang hamba yang dicintai Allah SWT.


💞 *Closing statement :*  💞
Mengingat kematian adalah termasuk ibadah tersendiri, dengan mengingatnya saja seseorang telah mendapatkan ganjaran karena inilah yang diperintahkan oleh suri tauladan kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[2] Mengingat kematian membantu kita dalam khusyu’ dalam shalat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اذكرِ الموتَ فى صلاتِك فإنَّ الرجلَ إذا ذكر الموتَ فى صلاتِهِ فَحَرِىٌّ أن يحسنَ صلاتَه وصلِّ صلاةَ رجلٍ لا يظن أنه يصلى صلاةً غيرَها وإياك وكلَّ أمرٍ يعتذرُ منه
“Ingatlah kematian dalam shalatmu karena jika seseorang mengingat mati dalam shalatnya, maka ia akan memperbagus shalatnya. Shalatlah seperti shalat orang yang tidak menyangka bahwa ia masih punya kesempatan melakukan shalat yang lainnya. Hati-hatilah dengan perkara yang kelak malah engkau meminta udzur (meralatnya) (karena tidak bisa memenuhinya).” (HR. Ad Dailami dalam musnad Al Firdaus. Hadits ini hasan sebagaimana kata Syaikh Al Albani)
[3] Mengingat kematian menjadikan seseorang semakin mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Allah. Karena barangsiapa mengetahui bahwa ia akan menjadi mayit kelak, ia pasti akan berjumpa dengan Allah. Jika tahu bahwa ia akan berjumpa Allah kelak padahal ia akan ditanya tentang amalnya didunia, maka ia pasti akan mempersiapkan jawaban.
[4] Mengingat kematian akan membuat seseorang memperbaiki hidupnya.


〰〰〰〰〰〰🦋
🎤 : Sholcan
✍🏼 : Sholcan

🌹🐝
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
WAG :
1. Telaga Surga 1 & 2
2. Telaga Surga Junior
FB : Telaga Surga
IG : Telaga_Surga
Youtube : Telaga Surga
Blog : http://telagasurga17.blogspot.co.id/
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Thibbun Nabawi

8 Ciri-Ciri Ayah Yang Hebat

Qowiyul Azam