Adab Pergaulan Remaja

✍🏼 NOTULENSI KAREEMA
πŸ“† : Sabtu, 03 September 2017
⏰ :  18.30 s.d 20.30

πŸ“‘ : *ADAB PERGAULAN REMAJA*
πŸ‘° : *Bunda Rochma Yulika*

πŸ’ž *Materi :* πŸ’ž
“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)

Menjadi wanita muslimah yang beriman kepada Allah tentu tidak mudah,karena banyak sekali godaan-godan dalam mencapainya. Dikarenakan  balasan yang Allah janjikan pun tidak terbandingkan dan semua wanita pun menginginkanny.

Salah satu godaan yang amat besar pada usia remaja adalah “rasa ketertarikan terhadap lawan jenis”. Memang, rasa tertarik terhadap lawan jenis adalah fitrah manusia, baik wanita atau lelaki. Namun kalau kita tidak bisa memenej perasaan tersebut,maka akan menjadi mala petaka yang amat besar,baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang yang kita sukai.
Godaan-godaan untuk menjadi wanita shalihah sering kali datang dan menggebu-gebu saat kita menginjak usia remaja,di mana masa puberitas seorang wanita ada di masa ini. Bukan hal yang mudah pula bagi remaja muslim dalam melewati masa ini, namun sungguh sangat indah bagi para remaja yang bisa dikatakan lulus dalam melewati masa pubertas yang penuh godaan ini.
sebenarnya pergaulan ini menjadi fitrah pada manusia sejak jaman dulu kala.

Kita liat kisah dalam Al Quran ya shalihah
Al Qur’an ,maupun As Sunnah mencatat peristiwa adanya interaksi antara laki-laki dan perempuan sejak zaman-zaman terdahulu. Hal ini menjadi bukti sejarah bahwa interaksi antara laki-laki dan perempuan bukanlah hal baru di zaman yang sudah banyak kerusakan saat ini. Akan tetapi di zaman Nabi-nabi terdahulku, sampai zaman Nabi terakhir Muhammad saw, dijumpai adanya inteeraksi kedua jenis makhluk Allah tersebut yang menandakan kebolehannya.
Masyarakat sejak zaman dahulu terdiri dari dua bagian, laki-laki dan perempuan. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya untuk menunaikan kegiatan kehidupan keseharian, baik yang menyangkut ladang-ladang ibadah khusus ataupun dalam kegiatan kemasyarakatan pada umumnya. Mereka bukanlah dua bagian yang saling asing dan saling terpisah, akan tetapi saling memerlukan satu dengan yang lainnya.

_Interaksi Laki-laki dan Perempuan dalam Al Qur’an_
Dalam Al Qur’an kita mendapatkan kisah Musa di waktu muda berdialog dengan dua akhwat, yaitu dua putri seorang bapak tua, Nabi Syu'aib. Musa bertanya kepada keduanya, dan mereka pun menjawab secara wajar. Musa bahkan akhirnya membantu mereka dengan sopan.  Kisah ini  dapat kita baca dalam Al Qur’an :
Yuk kita amati kisah Nabi Musa
"Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang perempuan  yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata, "Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu) ?”
Kedua perempuan  itu menjawab, "Kami tidak dapat meminumkan (ternaknya), sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut usianya. Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) mereka, kemudian dia kembali ke tempat teduh lalu berdo'a, "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku”.
baca seksama kisah ini
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua perempuan itu berjalan dengan rasa malu, ia berkata, "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi alasan terhadap (kebaikan)-mu memberi minum (ternak) kami". Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya).”
Syu'aib berkata, "Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zhalim itu. Salah seorang dari kedua perempuan itu berkata, "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya ia orang yang paling baik yang bisa kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ia juga orang yang kuat lagi dapat dipercaya" (Al Qashash: 23-26).
Nah ...kisah lain ada sebagai pembanding
Mengapa dishare dr Al Quran? krn pergaulan apalagi lawan jenis sdh fitrah dr jaman ke jaman
Al Qur’an juga menceritakan kisah tentang Ratu Saba', bahwa dia berusaha mengumpulkan rakyatnya untuk dimintai pendapat mengenai Sulaiman:
"Berkata dia (Balqis), "Hai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini). Karena aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis (ku)". Mereka menjawab, "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang tinggi (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu, maka pertimbangkanlah apa yang kamu perintahkan".
Dia berkata, "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka mimbanasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina dina, dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat" (An Naml: 32-34).
Ratu Balqis  berbincang-bincang dengan nabi Sulaiman -alaihissalam- dan nabi Sulaiman pun berdialog dengannya:
“Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya, "Serupa inikah singgasanamu ? Dia menjawab, "Seakan-akan singgasana ini singgasanamu, kami telah diberi pengetahuan sebelum dan kami adalah orang-orang  yang berserah diri, Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulu termasuk orang-orang yang kafir.”
 Dikatakannya kepadanya, "Masuklah ke dalam istana. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkaplah kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman, "Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca. Berkatalah Balqis, "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah berbuat zhalim terhadap diriku dan aku berserah diri kepada Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam" (An Naml: 42-44).
Terbuka betisnya
Itu aurat bukan???
Nah dr peristiwa itu ada kalimat aku mendzalimi diriku dst
nah.... pertanda
Seperti pernyataan Yusuf Qardhawi
Dr Yusuf Al Qardhawi mengomentari kisah-kisah dalam Al Qur’an yang menggambarkan adanya interaksi antara laki-laki dan perempuan sebagai berikut, “Tidak bisa dikatakan, bahwa ini merupakan syari'at untuk umat sebelum kita, sehingga ia tidak mengikat kita. Sebab Al Qur’an tidak mengemukakan kisah itu kepada kita, melainkan di dalamnya mengandung petunjuk, peringatan dan pelajaran bagi orang-orang yang berakal. Karena itu, pendapat yang benar, ialah bahwa syari'at orang sebelum kita selama belum dihapus oleh syari'at kita juga berlaku bagi kita”.
Bahwa syariat itu ada dlm Al Quran berlaku sepanjang masa
maka....................
Ada beberapa adab yang seharusnya ada pada kita.
 Di antara etika yang ditetapkan syariat dalam kaitan dengan interaksi antara laki-laki dan perempuan adalah sebagai berikut:
1. Menutup Aurat
eh bentar dr kisah Nabi Musa akhirnya menikah dg putri syuaib
Kaum laki-laki dan wanita beriman hendaknya senantiasa menutup aurat mereka tatkala melakukan isnteraksi. Islam tidak menghalangi adanya interaksi antara laki-laki dan wanita selama ada kepentingan dan kepatutan yang tidak bertentangan dengan syariat, akan tetapi menuntunkan kepada mereka agar ,enjaga diri daqri fitnah dengan menutup aurat mereka masing-masing.
 Allah Ta’ala telah berfirman:
“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa tampak padanya dan hendaklah mereka menutupkan kain jilbabnya ke dadanya” (An Nur: 31).
Aurat perempuan adalah seluruh bagian tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan, sebagian ualama memasukkan pula tumit dalam pengecualian ini.. Hal ini telah dengan gamblang diuraikan pada bagian Pakaian Wnita Muslimah dan Perhiasan Islami.

2. Menjaga Pandangan
“Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka” (An Nur: 31).
jaman sekerang udah langka yang beginian
begitu cairnya pergaulan dg lawan jenis
izzah iffah kurang terjaga
“Menahan pandangan wajib hukumnya dalam semua kondisi yang menyangkut aurat dan yang semisalnya. Tetapi kadang-kadang wajib untuk suatu kondisi dan tidak pada kondisi yang lain kalau tidak menyangkut aurat”.
 yang sewajarnya dan proporsional

3. Tidak Mendayu-dayukan Suara
kmrn sy tekaget2... sebelum ngisi acara di gor uny gantian dg tim film alif lam mim. disitu banyak ikhwan akhwat ya dr sisi penampilan bs disebut demikian. namun.... candanya dahsyat.. sy mikir mengapa adab islami begitu saja luntur smntr yg dibahas dakwah mll media. bahkan suara yang keras pun terdengar diantara keriuhan
Teramat banyak hal yang menarik dari para wanita bagi laki-laki, di antaranya adalah suara wanita. Al Qur’an maupun Sunnah Nabi tidak pernah melarang wanita berbicara, termasuk kepada kaum laki-laki, akan tetapi memberikan batasan agar berbicara dengan suara apa adanya, tidak dibuat-buat menjadi merdu atau sayu dan mesra, sehingga menimbulkan penyakit di hati orang-orang yang tidak kiat imannya.
“Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik” (Al Ahzab: 32).
Yang dimaksud dengan “janganlah kamu tunduk dalam berbicara” adalah sikap membuat-buat suara menjadi tidak seperti biasanya, atau mendayu-dayukan suara, yang akan menimbulkan persepsi atau khayalan bagi pendengarnya. Wanita yang sengaja mendayu-dayukan suaranya ketika berbicara dengan laki-laki akan bisa menimbulkan semacam “harapan” kepada laki-laki tersebut, sehingga laki-laki bisa bertambah berani dan agresif terhadap wanita tersebut.
ini yg jd masalah
Akan tetapi apabila suara wanita tersebut dasarnya memang lembut dan merdu, maka juga tidak perlu dibuat-buat dengan dikasarkan atau dikeraskan supaya laki-laki menjadi takut. Yang dikehendaki hanyalah sikap yang wajar dalam berbicara, tidak menyengaja menimbulkan gangguan atau fitnah kepada lawan jenisnya dengan suara.

4. Keseriusan Agenda Interaksi
Islam tidak menghendaki adanya interaksi yang hanya sekedar iseng atau berada dalam kesia-siaan, tanpa kejelasan agenda. Hendaknya ada suatu agenda yang serius sehingga kaum laki-laki berinteraksi dan berbincang dengan kaum perempuan. Jika tidak ada suatu agenda yang berarti, dikhawatirkan interaksi akan menjadi sebuah pointu munculnya fitnah lawan jenis. Firman Allah Ta’ala:
“Dan ucapkanlah olehmu perkataan yang baik” (Al Ahzab: 32).
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa topik pembicaraan dalam interaksi antara laki-laki dan perempuan haruslah dalam batas-batas kebaikan dan tidak mengandung kemungkaran. Jika pembicaraan sudah menyangkut hal-phal yang mungkar, maka interaksi harus dihentikan dan dihindari.
kisah di bawah ini menyesakkan😌
Khuwait bin Zubair berkata, “Kami singgah bersama Rasulullah saw di Marrazh Zhahran. Ketika keluar dari tenda aku melihat kaum perempuan sedang berbincang-bincang. Aku tertarik kepada mereka lalu aku kembali lagi ke tenda. Sampai dalam tenda aku membuka peti pakaian dan aku keluarkan pakaian dan perhiasan yang bagus-bagus. Kemudian aku pergi kembali untuk ikut duduk dan ngobrol bersama kaum perempuan tersebut”.
Rasulullah saw datang dan berkata kepadaku, “Hai Abu Abdullah!” Ketika melihat Rasulullah saw aku terperanjat dan tidak tahu apa yang harus aku katakan. Akhirnya aku berkata, “Wahai Rasulullah, untaku liar dan melawan. Karena itu aku ingin mencari pengikatnya”.
Kemudian Rasulullah saw berjalan, dan aku mengikutinya. Lalu Rasulullah saw melemparkan selendangnya padaku dan masuk ke sela-sela pohon arak. Seolah-olah aku dapat melihat putih punggung Rasul dari balik kehijauan pohon arak tersebut. Beliau buang hajat, berwudhu, lalu kembali lagi. Kulihat air mengalir dari jenggot ke dada beliau. Kemudian beliau berkata kepadaku, “Hai Abu Abdullah,  apa kabar untamu yang liar itu?”
benar2 disindir oleh Rsulullah
Kemudian kami berangkat. Setelah itu, setiap kali bertemu, tidak ada yang beliau ucapkan kepadaku kecuali, “Assalamu ‘alaikum, wahai Abu Abdullah, apa kabar untamu yang liar itu?” (Riwayat Thabrani).
Hadits tersebut memberikan gambaran arahan Rasul saw agar kaum laki-laki tidak terlibat dalam interaksi dengan kaum perempuan yang berkonotasi iseng, tanpa keseriusan agenda interaksi.

5. Memisahkan Laki-laki dari Perempuan dan Tidak Berdesakan
 Sebagaimana dalam shalat, kaum laki-laki terpisahkan dari kaum perempuan, maka demikian pula etika yang semestinya diterapkan dalam interaksi sosial. Kaum perempuan ditempatkan pada suatu bagian tertentu agar tidak berdesak-desakan dengan kaum laki-laki.
Satu riwayat menyebutkan Rasulullah saw keluar dari masjid, lalu bercampur baur dengan perempuan di jalan. Rasul saw bersabda kepada kaum perempuan, “Perlahanlah atau mundurlah (perempuan) sedikit. Kalian tidak berhak menguasai jalan, kalian harus berjalan di pinggir-pinggirnya”. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya pemilahan laki-laki dan perempuan agar tidak bercampur baur dan berdesak-desakan.
Etika ini dimaksudkan agar tidak memunculkan peluang fitnah yang terjadi dari ikhtilath atau berdesak-desakannya laki-laki dan perempuan dalam sebuah majelis atau suasana. Dr. Yusuf Qardhawi berpendapat, “Yang penting di sini kita tegaskan, bahwa tidak semua ikhtilat itu dilarang sebagaimana dipahami oleh para da’i ekstrem dan sempit pemikirannya; dan tidak pula setiap ikhtilat itu diperbolehkan sebagaimana diikuti para da’i sekular yang suka mengekor Barat…  “

6. Menghindari Khalwat
Yang dimaksud dengan khalwat adalah berdua-duaan antara seroang wanita dengan seorang laki-laki di tempat yang sepi. Kegiatan khalwat seperti itu bisa mendatangkan kemudharatan, walaupun tujuannya adalah untuk melakukan kebaikan. Nabi saw bersabda:
“Janganlah seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang perempuan kecuali disertai mahramnya” (Riwayat Bukhary).

7. Menjauhi Perbuatan Dosa
Hendaklah kaum laki-laki dan perempuan beriman senantiasa menjauhi perbuatan dosa dalam berinteraksi. Perbiuatan dosa ini bisa terjadi dalam tujuan pembicaraan, materi permbicaraan, cara dan gaya berbicara, dan lain sebagainya. Firman Allah Ta’ala:
“Dan tinggalkanlah dosa yang tampak dan yang tersembunyi” (Al An’am: 120).
Di antara dosa yang tampak adalah meninggalkan etika syar’i dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Sedangkan dosa yang tak tampak adalah berkembangnya perasaan senang terhadap sesuatu yang haram dan berharap bisa mendapatkan yang lebih banyak lagi. Hendaknya laki-laki dan perempuan beriman senantiasa menjaga diri mereka agar dalam berinteraksi terjauhkan dari dosa-dosa yang tampak maupun tersembunyi.

Bagaimana adab ketika sedang menggunakan media sosial?

1. Berkatalah yang baik atau diam. Ini mengacu pada nasihat Rasulullah bagaimana adab menjaga lisan. Karena sedikit hal yang tak baik akan berdampak cukup besar dan tentu akan merugikan diri sendiri. Selalu kedepankan unsur kebaikan dan jangan ada keinginan untuk menjelekkan.

2. Selektif dalam menyebarkan informasi. Banyak berita palsu bahkan cerita bohong selayaknya tajasus atau desas desus.
Semua butuh hati-hati dan perlu dicek validitasnya. Sehingga tidak asal bicara.

3. Hindarilah perdebatan meski kita dalam posisi yang benar.
Rasulullah bersabda,"Tidaklah sebuah kaum menjadi sesat setelah mereka dulunya berada atas hidayah kecuali yang suka berdebat." Kemudian bekiau membaca ayat:"Mereka tidak memberi perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja."

4. Janganlah kita berkata dusta. Terkadang untuk mencari pembenaran atas apa yang dilakukan merelakan dirinya untuk berkata yang tak benar. Hal ini jelas melanggar syari'at.

5. Meninggalkan hal yang tidak berguna. Hal ini paling banyak terjadi di beberapa komunitas campur baur. Seolah bicara dakwah dan mengusung kebaikan tapi secara penjagaan akhlak islami tidak terealisasi.
Bagaimana pun juga haditsnya sangat jelas. "Termasuk kebaikan Islamnya seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak berguna." (HR Ahmad dan Ibnu Majjah).

Nah apalagi berada di majelis kebaikan maka sangat diharuskan menjaga etika Islami dalam pergaulan.

6. Jauhi pergunjingan, ghibah dan membiacarakan sesuatu di luar porsinya.
Terkadang kita lupa bagaimana adab bertabayun atau klarifikasi. Kita lebih mudah dikuasai emosi dan hawa nafsu kita sehingga memilih menggunjing dibanding mencari kebenarannya.

Hal ini cukup menjadi perhatian dari berbagai kalangan. Maka perlu ada edukasi dan peringatan secara terus menerus untuk meluruskan agar tak ada penyimpangan.
Tutur kata yang baik, perilaku yang sopan, bergaul sesuai dengan norma kesantunan adalah cermin dari keimanan. Semakin baik keislaman seseorang penjagaan diri semakin kuat.

Perlu sering disadari bahwa sekecil apa pun kesalahan akan dihisab.
Menjaga lisan agar selalu berkata ahsan.
Menjaga tutur agar berkata teratur.
Menjaga perilaku yang tak diboncengi hawa nafsu.
Menjaga adab islami untuk keselamatan diri di akhirat nanti.

Semua menjadi kewajiban bila hati masih ada cahaya iman.
Semua menjadi keniscayaan agar mulia di akhir perjalanan yakni berjumpa kematian.

Wallahul musta'an

πŸ’ž *Tanya jawab :* πŸ’ž
🌸Tanya
Umi aku mau nanya banyak remaja yg sudah hafal qur'an mungkin bisa di bilang hafizoh tp dia pacaran tp dia klo hafalan banyak trus ituu gmna knpa hafalannya ga ilang2

πŸ€Jawaban
 Ini jawabnya 2 sisi ya
Bisa jd hafalan tdk hilang krn sering murajaah
Nah dia mengapa masih pacaran
Krn hafalan quran atau bacaan hanya sampe kerongkongan.
Tdk hanya spt itu yg tjd.
Ada kmrn cerita hafidz tapi sk berbuat tdk selayaknya.
Sekali lg al quran tdk diinternalisasi dalam.dirinya.
Tugas kita thdp al quran kan membaca, mentadaburi, menghafal, mengamalkan dan mendakwahkan.
Nah berarti terbatas pd menghafal saja.
Di sebuah kecamatan di YK
Menghafal quran itu biasa
Bahkan pemdidikan rendah sj hafal
Tapi ya g pake kerudung
Kmrn ada akhwat ngeluh
Eh bukan ngeluh ya
Tapi dia bil kita ngapalin susah
Eh maaf di kalangan ttt itu mudah.
Padahal mrk ya di lisan aja
Ituh
Indah sekali
Semoga Allah menjaga kita semua dr fitnah dunia
πŸ’ž *Cloosing statement :* πŸ’ž
Wahai anak-anakku...
Mari kita ingat bahwa perjalanan kita ini tak pernah tau ujungnya.
Maka bersiap diri untuk menghadapinya.
Perbaikan diri menjadi agenda utama.
Agar Allah senantiasa meridlai langkah hidup kita
Semoga Allah menjaga kalian semua
〰〰〰〰〰〰πŸ¦‹
🎀 : Sholcan *Asri*
✍🏼 : Sholcan *Arita*

🌹🐝
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
WAG : Telaga Surga
FB : Telaga Surga
IG : Telaga_Surga
Youtube : Telaga Surga
Blog : http://telagasurga17.blogspot.co.id/
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Thibbun Nabawi

8 Ciri-Ciri Ayah Yang Hebat

Qowiyul Azam