Kedudukan Filsafat Kalam Dalam Ajaran Islam

✍🏼 NOTULENSI KAJIAN
πŸ“† :  Jumat, 15 September 2017
⏰ : 19.30 - 22.00WIB

πŸ“‘ : *KEDUDUKAN FILSAFAT KALAM DALAM AJARAN ISLAM*

πŸ‘° : Ustadzah *Nimaz*

πŸ’ž *Materi :* πŸ’ž
*KEDUDUKAN FILASAFAT/FALASIFAH/ILMU KALAM DLM AJARAN ISLAM*

====================

Ilmu kalam dlm ungkapan lain adalah ilmu filsafat ia induk dr sgl ilmu yg terlahir dr hasil olahan produk akal manusia

Seringkali kali juga dsebut ilmu falasifah dlm bhs arab.

Diantara tokoh2nya aris toteles, socrates, plato, yg rata2 berkebangsaan yunani athena atau sparta.

Dan msh byk tokoh2 falasifah atau filsafat lainnya.

Ilmu kalam/palasifah itu berpemahaman sgl sesuatu *bertolak dr pikirn manusia dan akal adalah dasar dr seluruh hajat hidup manusia dlm berkembang biak, membangun peradaban, dan kemajuan2 tekhnologi*

Ilmu ini berkembang pesat dkalangan akademika dn berhasil memjadi mata pelajaran hingga djadikan pengkhususan dg istilah *FAKULTAS FILSAFAT, LBH DARI ITU BERHASIL MENEMBUS DUNIA ISLAM SHG DJUMPAI DLM SBUAH UNIVERSITAS ADA FAKULTAS FILSAFAT ISLAM YG MEMBAHAS TTG THEOLOGI ATAU KEYAKINAN BERDASARKAN AKAL SEMATA*

Muncullah kmd nama2 tokoh filsafat islm seperi (averus atau ibnu rusydi, ibnu sina, dsb).

Mrk berusaha merumuskan dasar2 manusia hidup dg akal2nya hingga muncul sebuah ungkapan trend dkalangan mrk *AKU HIDUP KRN BERFIKIR*.

penjelajahan atau exspansi ilmu filsafat atau ilmu kalam ternyata menerobos ruang2 aqidah tauhid yg sdh dbangun oleh nabi sejak dahulu, org tdk masuk scr murni sja ia sdh berusaha memposisikan diri *sbg pengatur hidup*, lbh2 masuk ke dlm ruang aqidah wat tauhidullaah dn mengadakan pembaharuan2 yg sdh dbangun sejak jaman nabi

Diantara pemikiran2 ahli filsafat ttg *hakikat kehidupan dunia akhirat, dan existensi manusia, sbb :*

1. Aku ada krn aku berfikir.

2. Tuhan itu pernah tdk jadi tuhan.

3. Dlm tubuh yg sehat terdapat jiwa yg sehat

 *Ketidaksukaan imam syafi'i kpd ahlul kalam/falasifah*

Imam Syafi’i dikenal tegas menjaga Sunah Rasulullah saw dari penyimpangan. Salah satu wujudnya ialah memerangi ahli kalam. Sikap beliau terhadap ilmu kalam dan siapa pun yang mempelajarinya sangatlah tegas. Beliau selalu menjelaskan kepada manusia tentang bahayanya ilmu tersebut dan orang-orang yang mempelajarinya.

Ulama fikih yang hidup pada masa Tabiut Tabiin tersebut juga menganjurkan kepada kaum muslimin untuk menjauhi mereka dan tidak melayani mereka untuk beradu argumen.

“Seandainya manusia mengetahui tentang apa yang ada di balik ilmu kalam, pasti mereka akan lari darinya sebagaimana mereka lari dari singa,”

 ungkap warisan umat yang bernama lengkap Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi’ Al-Qurasy Al-Muthaliby Al-Maky Al-Ghozy.

Suatu ketika seorang ahli kalam datang kepada Imam Asy-Syafi’i rahimahullah dan bertanya mengenai tauhid dan ilmu kalam. Di hadapan beliau, ia berkata, “Terbesit di benakku permasalahan tauhid dan aku tahu tidak ada seorang pun yang dapat menjawabnya kecuali engkau, sekarang apa pendapatmu (tentang hal yang gaib)?”

Imam Asa-Syafi’i rahimahullah balik bertanya kepadanya, “Tahukah kamu di mana kamu berada?”


“Tidak.”

“Inilah tempat Allah menenggelamkan Fir’aun. Apakah kamu pernah mendengar bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihii Wasallam memerintahkanmu untuk menanyakan hal ini?”

“Tidak.”

“Apakah para sahabat pernah membicarakan hal ini?”

“Tidak.”

“Tahukah kamu berapa jumlah bintang-bintang?”

“Tidak.”

“Tahukah kamu dari apa bintang diciptakan?”

“Tidak.”

“Sesuatu yang dengan jelas dapat kamu lihat dengan kedua matamu, engkau tidak ketahui seluruhnya, lalu mengapa engkau membicarakan ilmu-Nya yang Dia adalah pencipta semua makhluk itu?”

Kemudian Imam Asy-Syafi’i rahimahullah bertanya tentang wudlu, dan ahli kalam itu tidak bisa menjawabnya dengan benar. Beliau bertanya empat hal kepadanya dan tidak satu pun jawaban yang benar. Kemudian Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Permasalahan yang kamu hadapi sehari lima kali, kamu tidak mengetahui ilmunya, tetapi kamu masih membebani otakmu dengan ilmu kalam. Menurutku jika kamu menghadapi sebuah permasalahan yang rumit, kembalilah kepada Allah dan apa yang ada di Al-Qur’an, yaitu firman Allah:

“Dan Ilah kamu adalah Ilah Yang Maha Esa; Tidak ada Ilah yang berhak disembah melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Al-Baqarah: 163-164)

Hal ini merupakan dalil adanya pencipta, dan jangan sekali-kali engkau memaksakan keterbatasan akalmu untuk memikirkan sifat Dzat Allah.”

Al-Muzany berkata, “Aku bertanya kepada Imam Asy-Syafi’i rahimahullah tentang masalah kalam, maka beliau berkata:

“Bertanyalah kepadaku tentang suatu dan bila aku salah menjawabnya, maka kamu akan berkata, ‘kamu salah.’ Dan janganlah kamu bertanya kepadaku tentang suatu yang jika aku salah menjawabnya, kamu akan berkata, ‘kamu telah kafir’.”

Di samping larangan beliau untuk mempelajari ilmu kalam dan bergaul dengan orang-orang yang mempelajarinya, Imam Asy-Syafi’i rahimahullah selalu mengajak kaum  muslimin untuk mempelajari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihii Wasallam yang shahih. Ia mengajak mereka berpegang teguh dengan keduanya serta mengembalikan segala urusan yang gaib kepada keterangan yang terdapat dalam Al qur’an dan As Sunnah.

“Barang siapa yang mempelajari Al Qur’an maka besarlah nilai orang itu. Barang siapa berbicara dalam masalah fikih, kemampuannya akan berkembang. Barang siapa menulis hadits, kuatlah hujjahnya. Barang siapa meneliti dengan hitungan, idenya menjadi banyak. Barang siapa tidak melindungi dirinya, maka ilmunya tidak akan bermanfaat,” ungkap Imam Syafi’i.

Beliau juga pernah berkata, “Jika kalian mendapatkan dalam kitabku ada yang tidak sesuai dengan Sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihii Wasallam, maka berkatalah sesuai Sunnah itu dan tinggalkanlah apa yang telah aku katakan.”

Begitulah Imam Asy-Syafi’i rahimahullah, sikap beliau sangatlah bijaksana. Beliau tidak hanya melarang mempelajari ilmu kalam dan bergaul dengan orang-orang yang mempelajarinya, tapi beliau juga menunjukkan solusinya dengan menyuruh manusia untuk mempelajari Al Qur’an dan Sunnah yang shahih dalam mempelajari tauhid dan hal-hal yang gaib yang wajib diimani keberadaannya.


*Pendangan al imam al ghozali ttg filsafat*

Untuk pertama kalinya Al-Ghazali mempelajari karangan-karangan ahli filsafat terutama karangan Ibnu Sina. Setelah mempelajari filsafat dengan seksama, ia mengambil kesimpulan bahwa mempergunakan akal semata-mata dalam soal ketuhanan adalah seperti mempergunakan alat yang tidak mencukupi kebutuhan.

Al-Ghazali dalam Al-Munqidz min al-Dhalal menjelaskan bahwa jika berbicara mengenai ketuhanan (metafisika), maka disinilah terdapat sebagian besar kesalahan mereka (para filosof) karena tidak dapat mengemukakan bukti-bukti menurut syarat-syarat yang telah mereka tetapkan sendiri dalam ilmu logika.

Al-Ghazali meneliti kerja para filsuf dengan metodenya yang rasional, yang mengandalkan akal untuk memperoleh pengetahuan yang meyakinkan. Dia pun menekuni bidang filsafat secara otodidak sampai menghasilkan beberapa karya yang mengangkatnya sebagai filsuf. Tetapi hasil kajian ini mengantarkannya kepada kesimpulan bahwa metode rasional para filsuf tidak bisa dipercaya untuk memberikan suatu pengetahuan yang meyakinkan tentang hakikat sesuatu di bidang metafisika (ilahiyyat) dan sebagian dari bidang fisika (thabi’iyat) yang berkenaan dengan akidah Islam. Meskipun demikian, Al-Ghazali tetap memberikan kepercayaan terhadap kesahihan filsafat-filsafat di bidang lain, seperti logika dan matematika.

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa ada pemikiran tentang filsafat metafisika yang menurut al-Ghazali sangat berlawanan dengan Islam, dan karenanya para filosof dinyatakan kafir. Hal ini akan lebih dijelaskan dalam bagian selanjutnya.

Mulialah dn smg Allaah terima semua amal beliau *Hujjatul islam al imam al ghozali*, shg Allaah berkenan di akhir hayat beliau *wafat dlm keadaan menggenggam, membaca, memahami, kitab shohih kedua ummat islam yakni AL HADITS tepatnya saat detik akhir hidup beliau, imam ghozali memegang kitab masyhur ummat islam yg bernama KITAB HADITS SHOHIH IMAM BUKHORI.....AAMIIN*

πŸ’ž *Tanya jawab :* πŸ’ž
1⃣
1. Apakah aliran2 dlm Islam yg sekarang marak terjadi,   merupakan akibat dari mempelajari ilmu kalam?

Jawab :
Terjadinya perpecahan ini jauh jauh hari sdh d jelaskan oleh Rasulullah...
Namun sebab tidak d jelaskan secara pasti tetapi karena pikir an manusia itu berkembang bisa jadi aliran aluran tersebut menjadi ada
Wallohu 'alam

2. ada aliran ilmu kalam misalnya sebutlah khawarij yg keluar dari barisan ali ra,  bukankah karena mereka berijtihad?

Jawab :
Berijtihad boleh saja numun kita mesti belajar dulu pada ahlinya dan dengan tuntas bila belum mengerti jgn terburu menyimpulkan sesuatu dan pegangan utama kita adalah al quran...
Kalau kita lakukan segala sesuatu tanpa mengetahui pastinya maka akan menyimpang

3. Syiah termasuk salah satu aliran ilmu kalam kah?

4. Kalau dengan mempelajari ilmu kalam jd makin bertambah imannya boleh tidak?

Jawab :
Boleh...
Karena seharusnya lah dgn ilmu semakin dekatkan diri pd Alloh

5. Menurut aliran khawarij,  orang yg berdosa besar itu sudah kafir,  padahal kita kan tdk boleh mengkafirkan orang lain,  bagaimana itu?

Jawab :
Sesunggunya rasullah itu sdh memberikan gambaran atau ciri ciri orang kafir namun jaman sekarang kita itu tanpa tabayun sdh menyatakan orang kafir karena itu jumhur ulama melarang melakukan itu...
Karena kuatir terjadi perpecahan / permusuhan

6. Sedangkan aliran mu'tazilah mereka dalam menemukan dalil untuk menetapkan akidah Islam biasanya dengan menggunakan metode rasional, nah rasional manusia kan kadang nyeleneh,  kumaha itu?

Jawab :
Kalau pun pakai akal mestinya tetap berpegangan pada al quran dan hadis..
Pakai akal tidak salah yg penting tau kapan saatnya hrs taat krn taqwa
Seperti kita hrs k makkah  untuk haji klo menurut akal itu tidak patut tp karena taat y hrs d lakukan

2⃣Novri
Nanya ya,berdosa ga belajar ilmu kalam ?, pernah baca buku tentang filsafat,byk juga ahli filsafat yg tetap mengakui ada nya Tuhan

▶Jawab :
Belajar itu tidak salah dan tidak pernah salah namun tetap hrs ada gurunya secara langsung
Kalo saat ini tidak cm lewat wa saja atau medsos.
Sehingga tidak tersesat...
Kenapa tidak tersesat karena dia memikirkan ciptaan Alloh bukan zat Alloh

3⃣mba letter
πŸ™‹πŸ»knp org yg mempelajari filsafat kebanyakan malah murtad

▶Jawab :
1. Karena yg dia pelajari adalah zat Alloh bukan ciptaan Alloh
Bukan kah kita di larang memikirkan zat Alloh karena kita tidak akan mampu

2. Umumnya mrk menjadikan sumber gerak itu sebagai tuhan
Contoh
Air dgn air bisa membuat makhluk hidup bisa hidup, bisa bikin listrik dll
Yg akhirnya mereka berpikir air lah tuhannya


4⃣Mba Tika
Ijin bertanyaπŸ™‹πŸΌ
Bagaimana dengan ilmu tarekat?

▶Jawab :
Ilmu ini hampir sama dgn filsafat bila tidak hati hati jg akan tersesat


πŸ’ž *Cloosing statement :* πŸ’ž
Sahabat ilmu itu tidak ada hitam ato putih sesat ato menyesatkan tp semua tergantung kita
Pikir kan tentang penciptaan Alloh saja jangan zatnya karena kita tidak akan mampu sampai k sana...
😍😍
〰〰〰〰〰〰πŸ¦‹
🎀 : Sholcan *Rini*
✍🏼 : Sholcan *Renny*

🌹🐝
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
WAG : Telaga Surga
FB : Telaga Surga
IG : Telaga_Surga
Youtube : Telaga Surga
Blog : http://telagasurga17.blogspot.co.id/
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Thibbun Nabawi

8 Ciri-Ciri Ayah Yang Hebat

Qowiyul Azam