Profesionalisme Dalam Dakwah

๐ŸŽ€NOTULENSI KAJIAN๐ŸŽ€

*Profesionalisme Dalam Dakwah*

OLEH    : USTADZAH LIEN
๐Ÿ—“         : Sabtu,  30 Desember 2017
Momod : Lia
Nonod   : Lola


*Materi*

*Profesionalisme Dalam Dakwah*

Dakwah merupakan salah satu unsur yang penting dalam agama ini, karena di sana terdapat berbagai aktivitas kebaikan dan bermanfaat. Kenapa begitu? Dalam dakwah kita dituntut untuk memperjuangkan eksistensi agama ini, mengembalikannya kepada kemuliaan yang merupakan fitrahnya sebagai satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah.

Kita memperjuangkan kalimat Laa ilaha illallah tetap tegak dan tersebar di seluruh penjuru negeri sehingga dibutuhkan jalan-jalan yang tepat sesuai Al-Quran dan Sunnah Nabi.

๐Ÿ‘‰๐ŸผKarena itu dakwah perlu dikelola secara profesional Artinya dakwah dikelola secara baik dengan sasaran yang jelas dan tepat sehingga menjadi efektif metode dan jalan yang digunakan.


๐Ÿฆ‹Pengertian Profesionalisme :
profesional (itqaan) artinya teliti, sungguh-sungguh, serius, rapi dan sempurna.

Para ulama terdahulu terkenal dengan keitqaanannya (baca: jiwa profesional) dalam mencari ilmu, mendokumentasikan dan mengamalkannya. Berbagai buku yang mereka tulis dalam berbagai bidang: tafsir, hadits, kedokteran, sejarah dan sebagainya semua mencerminkan bahwa itu semua merupakan buah kerja keras yang sangat serius.

Bukan kerja main-main dan asal-asalan. Bahwa itu lahir dari spirit kesadaran amanah yang kelak di hari Kiamat pasti akan mereka pertanggungjawabkan. Mereka takut kalau ternyata ilmu yang mereka berikan salah.

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya” (Al-Mulk: 2).

Ayat diatas mengisyaratkan bahwa kehidupan ini diciptakan oleh Allah diantaranya memang untuk menguji siapa yang benar-benar ihsan (baca: profesional) dalam beramal.

ู‚ُู„ْ ู‡َٰุฐِู‡ِ ุณَุจِูŠู„ِูŠ ุฃَุฏْุนُูˆ ุฅِู„َู‰ ุงู„ู„َّู‡ِ ۚ ุนَู„َู‰ٰ ุจَุตِูŠุฑَุฉٍ ุฃَู†َุง ูˆَู…َู†ِ ุงุชَّุจَุนَู†ِูŠ ۖ ูˆَุณُุจْุญَุงู†َ ุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَู…َุง ุฃَู†َุง ู…ِู†َ ุงู„ْู…ُุดْุฑِูƒِูŠู†َ

Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

๐Ÿ—Kata kunci dari ayat ini seharusnya adalah kata “Bashirah” yang merupakan acuan profesionalitas dalam Islam. Semakin luas dan tajam bashirah seseorang, akan semakin profesional menggeluti bidang kerjanya. Apalagi konteks ayat ini jelas dalam konteks dakwah yang merupakan pekerjaan yang paling mulia. Dalam ayat ini Allah mendampingkan proses kewajiban dakwah dengan bashirah sebagai sebuah faridhah syar’iyyah yang dituntut oleh Islam.

Menurut Syaukani, bashirah adalah pengetahuan yang mampu memilah yang hak dari yang bathil, yang benar dari yang salah dan begitu seterusnya. Inilah bangunan profesionalisme dalam dakwah yang tegaskan oleh ayat di atas; yaitu beramal dan berdakwah atas dasar ilmu, keyakinan, tiada keraguan apalagi persepsi yang tidak benar terhadap dakwah.

Disinilah pentingnya sebuah pembinaan yang kontinu – meskipun – terhadap da’i, karena da’i lah justru inti dari sebuah proses dakwah. Bahkan dikatakan dalam sebuah pepatah “beramal tanpa ilmu lebih banyak merusaknya daripada memperbaiki”.

Agar rasa dan sikap profesionalitas tampil, maka segala aktifitas seseorang harus diawali dengan sebuah kesadaran “nawaitu” yang benar. Diawali dengan taubatan nasuha yang akan memperbaiki hubungan dengan Allah.

Salah dan bergesernya niat akan turut mempengaruhi kinerja seseorang dan mengakibatkan kerja yang asal-asalan, tidak sempurna dan cenderung apa adanya.
๐Ÿ‘‰๐Ÿผ Sofyan Tsauri pernah mengungkapkan: “Tidak ada sesuatu yang lebih aku perhatikan selain dari niat”. Inilah rahasianya kenapa setiap amal dalam Islam harus didasari niat yang benar dan tulus karena Allah. Rasa takut akan pertanggung jawaban dakwah di hadapan Allah juga akan turut memperkuat keseriusan dan kejelasan dakwah seseorang.

Dr. Ali Abdul Halim Mahmud menegaskan bahwa profesionalisme dalam dakwah merupakan persoalan besar dalam dakwah yang harus diperhatikan dengan baik dan tidak boleh diabaikan dalam keadaan apapun. Karena para da’i dari kalangan nabipun merupakan manusia pilihan Allah, “Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (Al-Hajj: 75).

Ibnu Qayyim merumuskan beberapa bangunan profesionalisme dakwah :

1. Memiliki landasan ilmu

Disinilah kedudukan ilmu sebagai pondasi dalam beramal. “Setiap orang yang beramal tanpa ilmu, maka amalnya tertolak, tidak diterima”.

2. Seorang yang profesional adalah seorang yang tekun, sabar dan tahan godaan, senantiasa dinamis dan mencari kreatifitas baru dalam berdakwah, karena memang ia tidak akan pernah setuju dan rela jika dakwah ini vakum, berjalan di tempat dan tidak mendapat tempat di hati umat.

3. Beramal dengan tulus, cerdas, tuntas dan serius.

Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah cinta jika hambaNya beramal dengan itqan”. Itqan dalam arti berbuat lebih banyak, lebih bermutu dan berkualitas dari umumnya orang mampu berbuat dan bekerja, seperti yang Allah gambarkan tentang kelompok manusia muhsin yang mampu beramal, lebih tinggi di atas rata-rata kebanyakan manusia sanggup beramal.

๐Ÿ‘‰๐Ÿผ “Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat dengan ihsan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar”. (Adz-Dzariyat: 16-18)

Ada 3 hal seseorang dikatakan profesional

1. Mempunyai kompetensi
๐Ÿ‘‰๐ŸผBaik kompetensi umum seperti soft skill maupun kompetensi yang sesuai dengan disiplin ilmunya. Yah, dengan bermodalkan kompetensi itulah seorang kader dapat berkarya dan berjasa bagi umat. Tanpa kompetensi, apa yang dapat dilakukan, dan kompetensi itu memang harus diusahakan, alah bisa karena biasa, itulah rumus sederhana untuk memiliki sebuah kompetensi.

2.profesionalisme. Pasca kompetensi terpenuhi, maka hal kedua yang harus dimiliki seorang kader adalah profesionalisme. Bekerja tepat pada waktunya, sesuai dengan target perencanaan, sempurna dan tanpa kesalahan, itulah professional. Dan profesionalisme jelas baru dapat terpenuhi setelah kompetensi itu terpenuhi. Kader yang professional dapat didefinisikan pula sebagai kader yang amanah. Dan bukankah hasil yang sempurna berawal dari proses yang sempurna pula, dikerjakan dengan amanah dan professional.

3. Kontribusi
inilah yang menjadi parameter akhir apakah kader itu telah tertarbiyah dengan baik atau belum. Dan tidak akan ada kontribusi tanpa diawali dengan pemenuhan kompetensi dan profesionalisme dalam beramal. Yah, bukankah umat membutuhkan kontribusi nyata kita. Bukan hanya janji dan wacana. Bukankah manusia terbaik adalah manusia yang paling bermanfaat bagi sesamanya, memiliki kontribusi bagi semua.

Ke-3 hal diatas dikenal dengan *KPK*

Soo... jadi... the result is...๐Ÿ‘‡๐Ÿผ๐Ÿ‘‡๐Ÿผ๐Ÿ‘‡๐Ÿผ

Profesionalisme” dakwah dapat dimaknai sebagai upaya kita untuk tetap konsisten dengan berbagai amanah dakwah yang dibebankan pada kita tanpa pertimbangan lain seperti ketidakcocokkan dengan struktur, dll.

“Profesionalisme” dakwah mengharuskan kita bersikap “professional” dalam dakwah dan selalu mengedepankan sikap bahwa aktifitas dakwah yang mulia ini kita lakukan semata-mata untuk mengharapkan ridho-Nya bukan ridho yang lainnya.

begitulah jalan dakwah yang indah ini. Ia tidak diberikan kepada mereka yang hanya mampu bekerja mengelola organisasi saja tetapi mereka yang telah memahami pentingnya dakwah ini, meresap dalam jiwa. Karena dakwah tidak hanya masalah kemampuan dan pikiran tetpai juga masalah hati. Sehingga perbaikan mencakup jasmani, pikiran dan rohani.

๐Ÿ‘‰๐Ÿผ๐Ÿ‘‰๐Ÿผ END ๐Ÿ‘ˆ๐Ÿผ๐Ÿ‘ˆ๐Ÿผ

*tanya jawab*
1⃣ Haifa
Assalamu'alaikum wr wb... ๐ŸขHaifa
Bunda jika amanah dakwah diemban oleh org yg salah.. apakah akan hancur jama'ahny.. dan berdosa kah sipengemban tsb☺

๐ŸŒธJawab
Jika orang yang salah tadi mau belajar memperbaiki kesalahannya itu lebih baik dan tidak akan merusak jamaahnya ☺. Kadang kita tau kemampuan kita diawali dr kesalahan tadi☺

2⃣๐Ÿ™‹‍♀minWu
ijin bertanya
Bunda sharing perjalanan dakwahnya bunda dimulai dari kapan dan apa saja hambatannya

๐ŸŒธJawab
Mulai ngisi saat kuliah... sy mulai berhijab SMA kelas 1 pertengahan. Mulai ikut kajian saat itu hingga saat ini. Di kuliah mulai diminta ngisi adik2 sma. Hingga saat ini yg diiisi rerata siswa.

Pernah ngisi ibu2... tapi krn waktu yg full dskolah jadi lebih banyak dskolah.

Hambatannya... kdg di diri saya sendiri pas lagi g moody ngisi lg bete dan lain sebagainya... biasanya pas gtu sy g kasi materi๐Ÿ˜… sy ajak buka hati buka rasa... nah saar gtu moody jadi lbih baik

Hambatan lain.. disiswa nya... hari ni dikasi tau bsok lakukan lagi๐Ÿ˜… jd kudu sabar ngingetinnya...


3. Bunda lien sholehah๐Ÿ˜˜
Bgmn caranya menselaraskan amanah dumay dan dunta sehingga keduanya dpt dikelola dng profesional..?
karena lbh sering amanah dumay terabaikn krn dunta..๐Ÿ˜Š๐Ÿ™๐Ÿป

๐ŸŒธ jawab

Kembali ke kita mb suarni... kita yang paham rule hidup kita. Tiap orang beda2 kan yaa. Jadi yg pertama kita lakukan segala sesuatunya kudu dschedulkan... mo gagal ato ga itu urusan belakang.
Buat skala prioritas
Kmudian bismillah niatkan krn Allah kuatkan doa moga Allah mudahkan lancarkan..

Baru evaluasi kenapa g jalan agenda yg dschedulkan

Klo saya berani nolak amanah jika amanah yg dipegang udah bnyak. Bukan tdk ingin tapi biar segala sesuatunya rapi dan trlaksana semua.

Ada hak2 yang harus kita penuhi yg  jg mnjadi tanggung jawab kita.

Tapi... ingat dengan bejibunya amanah dakwah Allah akan mudahkan segala urusan kita... kembali kuatkan ruhiyah dng kedekatan pada Allah

Barangsiapa yang menolong agama Allah, maka Allah pun tak kan membiarkan kita, pastilah ditolong... ini prinsip yg harus dipegang☺

4⃣ Haifa
lanjutan
Klo kenyataan ny gk mau belajar malah sombong piye bun๐Ÿ˜ทdan terkadang ucapannya jg kurang ahsan

๐ŸŒธ Jawab
Tegur dulu dengan ahsan, sambil diajari...klo masih ga mau... maka ambil alih itu jalan terakhir..

Ingat komunikasikan secara baik2

5⃣
Mba Lien, jika sudah ikut kajian bertahun tahun tetapi ketika diamanahi tugas dakwah selalu takut gagal/tdk bisa profesional, bagaimana seharusnya?

๐ŸŒธ Jawab
Itu maah mundur sebelum bertempur hehe...

Segala sesuatu itu perlu dicoba dlu. Ibarat mo makan kue... kita ga akan tau rasanya enak atau gaa klo ga dicicipi dulu..

Jadi dalam dakwah itu kudu terjun dulu baru bs komentar☺

6⃣๐Ÿ™‹endahati
Bunda Lien yang dirahmati Allah..
Bolehkah dalam berdakwah putus asa atau ngambek atau sejenisnya?๐Ÿ˜ƒ
Misal..ada jamaah yg kurang aktif..lalu sesekali  aktif dicuekin?๐Ÿ˜ƒ

๐ŸŒธJawab
Saya kutip kata syahid Hasan Al Banna yaa

๐Ÿ‘‡๐Ÿผ๐Ÿ‘‡๐Ÿผ๐Ÿ‘‡๐Ÿผ

“Saudaraku, Janganlah engkau putus asa, karena putus asa bukanlah akhlak seorang muslim. Ketahuilah bahwa kenyataan hari ini adalah mimpi hari kemarin, dan impian hari ini adalah kenyataan di hari esok. Waktu masih panjang dan hasrat akan terwujudnya kedamaian masih tertanam dalam jiwa masyarakat kita, meski fenomena-fenomena kerusakan dan kemaksiatan menghantui mereka. Yang lemah tidak akan lemah sepanjang hidupnya dan yang kuat tidak akan selamanya kuat…”

7⃣๐Ÿ™‹๐ŸปAni
Bun , apakah menyampaikan kebaikan dan kebenaran di sosmed termasuk dakwah

๐ŸŒธJawab

Termasuk mb..

8⃣Min Wu
Apakah bekerja sbg admin adalah bagian dari profesionalisme dakwah?
Jika suatu saat ada kendala ngadmin, sampai batas waktu yg tdk ditentukan, apa yg harus disikapi oleh jamaah admin lainnya.

๐ŸŒธJawab

Apapun yang kita lakukan itu bagian dr dakwah. Dalam dakwah apapun bentuknya pasti ada kendala.

Kebijakan pasti ada di organisasi itu intinya tetap dkomunikasikan dengan baik... delegasi amanah namun tetap mnjadi kontrol kita...

9⃣Tika๐Ÿ™‹๐Ÿป‍♀
Ijin sharing sekaligus bertanya..

Sepanjang yg saya perhatikan ada dlm dunia dakwah..seringkali ukhuwah mempengaruhi kinerja..
Ketika ukhuwah baik maka dakwah serasa aman lancar sentosa..
Tetapi jika dalam dakwah sudah dimaauki dengan urusan hati dan rasa maka dakwah kadang lemah..
Bagaimana mengatasi hal ini juga memotivasi mereka yang lemah karena rasa tadi

๐ŸŒธJawab
Ini masalah hati yaa... rada g mudah jika hati terusik...

Namun jk kt kembali pada niat dakwah... lillah maka seharusnya idealnya kita tidak melibatkan perasaan atas apapun... lebih fokus pada kemajuan dakwah. Jk hal2 ini mngisi dalam kerja dakwah... maka akan banyak yang berguguran dijalan dakwah. Wlopun sebenarnya dakwah ga butuh kita... kita yg butuh dakwah dan pd akhirnya akan tergantikan dengan yang lebih baik.

Krn itu baik sangka... lapang dada... mudah menerima segenap kekurangan dalam dakwah itu penting

*Closing Statement*

*๐Ÿ‘‰๐Ÿผ Ust.Rahmat Abdullah*

“Teguh adalah nafas pejuang kebenaran sepanjang zaman mereka tidak hanyut  di air, tak hangus di api dan tak melayang diudara, tak goyah oleh tumpukan harta, kemilau tahta dan rayuan dunia. kiprah mereka hanya satu tetap  teguh dalam bergerak dan terus bergerak  dalam keteguhan..”

*๐Ÿ‘‰๐Ÿผ Syahid Hasan Al Banna*

“Dakwah ini tidak mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap totalitas. Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama da’wah dan da’wah pun melebur dalam dirinya. Sebaliknya, barangsiapa yang lemah dalam memikul beban ini, ia terhalang dari pahala besar mujahid dan tertinggal besama orang-orang yang duduk. Lalu Allah SWT akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan lebih sanggup memikul beban da’wah ini…”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Thibbun Nabawi

8 Ciri-Ciri Ayah Yang Hebat

Qowiyul Azam