Roller Coaster Dakwah
๐ฟNOTULEN KAJIAN ONLINE TELAGA SURGA
๐ Ahad, 4 Februari 2018
⏰ 19.30 wib
๐ Roller Coaster Dakwah
๐ง๐ปUstadzah Rochma Yulika
๐ Materi ๐
Roller Coaster Dakwah
Oleh : Bunda Rochma Yulika
Smg allah berkahi langkah perjalana hidup kita...
Allah senantiasa memudahkan langkah dan urusan kita. Jalan dakwah tak selamanya lurus, mulus dan halus
Apalagi berharap selalu bertabur wewangian dan aroma semerbak, sangatlah mustahil.
Karna sudah menjadi sunnatullah bahwa dakwah itu dipenuhi dg tantangn, rintangan, bahkan berjumpa dg kesulitan2.
Seeperti apa senandung cinta para pejuang? Inilah penggalan lirik nasyid pejuang Ikhwanul Muslimin, "Laa tas aluuni an hayati, fa hiya asrarul hayah. Hiya minhatun hiya minhatun, hiya alamun min umniyat. Qad bi'tuba lillahi tsumma madhaitu fii rakibil huda..."
(Janganlah engkau tanya tentang jalan hidupku. Di jalan ini terdapat rahasia kehidupan. Ia adalah karunia sekaligus ujian. Ia adalah dunia cita-cita. Aku telah menjual hidup ini kepada Allah, kemudian aku berlalu bersama pemberi petunjuk....)
Roller coster dakwah, istilah yang didapat selintas lepas kala menyikapi keadaan yang tidak menyamankan. Dalam kondisi ini biasanya detak jantuk lebih kencang, adrenalin pun memuncak. Geram, sedih, gregatan dan semacamnya. Keadaan seperti ini sebenarnya biasa dalam lika liku perjalanan dakwah.
Ada perbedaan pendapat, friksi atau pun ide bahkan perdebatan yang sengit sangat mungkin terjadi. Kondisi seperti ini akan memunculkan emosi yang meluap. Bahkan antar kader dakwah bisa adu mulut dan terjadi perselisihan.
Ketika menyadari bahwa jalan menuju surga dipenuhi oleh godaan setan sang durjana, menyikapi keadaan ini dengan mengedepankan sikap salamusshadr. Orang Jawa bilang legawa. Berlapang dada dan mencoba menerima keadaan sebagai sarana pembelajaran.
Maka kesiapan psikologis dalam menjalani kebersamaan di jalan dakwah ini harus ada. Belajar dan terus memahami tabiat teman seperjuangan dan karakter jalan dakwah itu sendiri yang tidak lepas dari ujian.
Dakwah selalu mengajarkan bagaimana kami selalu meluruskan niat menuju Allah.
Dakwah pun selalu menuntun hati kami agar terjaga semuanya hanya karena Allah.
Bukan karena manusia siapa pun mereka.
Di jalan dakwah kami belajar bagaimana menjadi pribadi pemaaf ketika diantara kami ada yang berbuat khilaf.
Jalan dakwah ini mengajarkan bahwa kami hanya kumpulan manusia biasa.
Terkadang menemui kegundahan di rasa, kadang juga ketidaknyamanan suasana, justru saat itulah kita belajar dan terus memahami.
Selalu mengawali dengan prasangka baik dengan tidak menafikan kehati-hatian sudah menjadi keniscayaan. Tidak segera memberi kesimpulan selintas dari yang terlihat.
Belajar bagaimana Nabi Musa dan Nabi Khidir. Sesuatu yang dzahir belum bisa menggambarkan apa yang sejatinya terjadi. Butuh sabar mencermati dari apa yang diamati. Bahkan sebelum tergesa menyimpulkan apa yang terlintas, mari kita tilik hati ini agar menjadi pribadi yang tak mudah menyalahkan.
Jalan dakwah selalu mengajarkan kami, bahwa ketika hadir rasa kecewa itu adalah hal yang biasa. Rasa sakit hati pun juga biasa. Namun ada yang luar biasa mengubah segala rasa menjadi sarana muhasabah agar terlahir pribadi yang indah.
Untuk saudaraku yang berada di jalan dakwah. Mari kita senantiasa bergandengan tangan untuk semakin merekatkan ukhuwah indah ini. Jangan biarkan nafsu setan menguasai hati. Semoga tak ada lagi rasa benci dan tinggi hati.
Kita akan berjalan bersama. Kita akan merenda asa yakni terwujudmya peradaban yang mulia. Uhibukum fillah....
Meski yang menghubungkanku dengan orang lain hanya seutas benang, maka akan kujaga jalinannya. Bila ia mengendurkan aku akan mengencangkan, dan bila ia mengencangkan aku akan mengendurkannya hingga tak putus ikatannya.” Kata itu sederhana tapi teramat dalam maknanya. Terucap dari seorang bangsawan yang tak perlu diragukan kemuslimannya, Muawiyah ibnu Sufyan. Inilah seni berteman. Menjaga, merawat, memelihara jauh lebih sulit jika kita akan mengawali pertemanan dan persaudaraan. Mengawali sangat mudah karena kita masih tahu sisi-sisi baiknya saja. Benturan belum ada, keasliannya belum nampak. Yang nampak baru sedikit yang indah-indah saja.
Ada sebuah nasihat dr ibnul Qoyyim Al Jauzi. Ukhuwwah itu hanya sekedar buah dari keimanan kita kepada Allah. Jadi jk ukhuwwahnya bermasalah mari kita evaluasi keimanan kita kepada Nya. Efek dr hubungan baik kt dg yg ada di langit secara langsung berefek pada baiknya keterhububungan kita dengan bumi.
WASPADALAH Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna mengingatkan:
"Wahai Ikhwan, sungguh aku sama sekali tak khawatir jika seluruh dunia bersatu untuk melibas kalian. Sebab dengan izin Allah, kalian lebih kuat daripada mereka. Tapi aku khawatirkan 2 hal menimpa kalian:
1. Aku khawatir kalian melupakan Allah, hingga Allah membiarkan kalian.
2. Atau kalian melupakan ikhwah-ikhwah, hingga akhirnya satu sama lain saling memperdayai."
Bila senantiasa bermasalah, tak perlu susah-susah mencari siapa yang memulai salah. CEK SAJA IMANMU. disitulah sejatinya ukhuwah. tak perlu memperpanjang masalah. Lihatlah di hatimu terdalam. lihatlah.... betapa keburukanmu, kebusukanmu, segala aibmu.... Allah telah maafkan. lantas mengapa begitu sulit kita memaafkan saudara kita???
Mari kita jaga ukhuwah karena Allah..
Jangan pernah kita rusak dengan segala kesalahfahaman tanpa adanya tabayun atau klarifikasi terlebih dahulu.
Semua hanya karena Allah....
Semua hanya karena Allah....
Al-Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata :
Wahai manusia, sesungguhnya aku tengah menasihati kalian, dan bukan berarti aku orang yang terbaik di antara kalian, bukan pula orang yang paling shalih di antara kalian.
Sungguh, akupun telah banyak melampaui batas terhadap diriku. Aku tidak sanggup mengekangnya dengan sempurna, tidak pula membawanya sesuai dengan kewajiban dalam menaati Rabb-nya.
Andaikata seorang muslim tidak memberi nasihat kepada saudaranya kecuali setelah dirinya menjadi orang yang sempurna, niscaya tidak akan ada para pemberi nasihat.
Akan menjadi sedikit jumlah orang yang mau memberi peringatan dan tidak akan ada orang-orang yang berdakwah di jalan Allah ‘Azza wa Jalla, tidak ada yang mengajak untuk taat kepada-Nya, tidak pula melarang dari memaksiati-Nya.
Namun dengan berkumpulnya ulama dan kaum mukminin, sebagian memperingatkan kepada sebagian yang lain, niscaya hati-hati orang-orang yang bertakwa akan hidup dan mendapat peringatan dari kelalaian serta aman dari lupa dan kekhilafan.
Maka terus meneruslah berada pada mejelis-mejelis dzikir (mejelis ilmu), semoga Allah ‘Azza wa Jalla mengampuni kalian. Bisa jadi ada satu kata yang terdengar dan kata itu merendahkan diri kita namun sangat bermanfaat bagi kita. Bertaqwalah kalian semua kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan muslim.
*(Mawai’zh lil Imam Al-Hasan Al-Bashri, hal.185-187)
wallahu a'lam bisshawwab
๐ Tanya Jawab ๐
Pertanyaan
1⃣. Ria
Bgm cara utk menempatakn rasa husnudzon antar sesama aktivis dkwah dengan tepat ketika diantra kita mnemui kekecewaan.
*Jawaban*
⬇⬇⬇
Sadari apa yg terjadi tidak lepas dari takdir, begitulah adanya iman. Sakit hal biasa, kecewa pun jg biasa. Ingatlah spt apa kisah para nabi yang menempati tmpt mulia saja diuji, disakiti, bahkan difitnah.
Bertanyalah pada hatimu. Kita ini siapa? Layakkah kita disejajarkan dg para Nabi dan Rasul?
Jauh dan sangat jauh. Berbaik sangka lah atas yg tjd. Sediakan selalu ruang di hati utk.hal yg tidak menyamankan.
Lihat saja di rmh kita. Tak semua ruangan nyaman utk tdr bukan?
Ada ruangan spt kamar mandi yg kt gunakan utk membersihkan diri dan membuang kotoran. Begitulah islam mwngajarkan.
2⃣Haifa
Ketika kita ingin mengembalikan ukhuwah yg hampir hancur.... tp dibalik itu semua, kita mesti hadapi terjalan2.. sampe dibilang kita buka aib.. nah apa niat ukhuwah kita kotor und... lalu bagaimana menyikapi itu semua.. padahal kita mau berukhuwah tidak hanya didunia saja.. melainkan sampe surgany kelak
๐ขhs is haifa sholihah ☺
*Jawaban*
⬇⬇⬇
Rektor Universitas Islam Tamiang (UIT) Muzakir Samidan, Kamis (15/8/2013) dilaporkan ke Polres Langsa terkait isi khotbah Shalat Id 1434 Hijriah yang disampaikannya di Gampong Sidorejo, Kecamatan Langsa Lama.
Di antara isi khotbah yang disampaikan Muzakir adalah "wartawan semuanya penghuni neraka karena menulis aib orang lain, seperti orang yang korupsi atau keburukan lainnya". “Kecuali jika wartawan yang menulis keburukan orang lain itu meminta maaf kepada orang dibongkar aibnya tersebut,” kata Muzakir Samidan dalam khotbahnya tersebut. (ACEH, KOMPAS.com — ACEH, KOMPAS.com )
Pernyataan rektor itu menarik sekali. Pertanyaannya kepada Pak Rektor adalah, apakah Jaksa, Polisi, Juru Bicara KPK, yang selalu memaparkan “aib” tersangka tindak kejahatan juga calon penghuni neraka?
Karena saya awam di bidang ilmu fiqih, berikut saya angkat pendapat Bapak KH. M. Quraish Shihab (M.Quraish Shihab Menjawab, hlm 618) yang diunggah Kamis, 08 Agustus 2013 oleh Sdr. khong jinhu
HUKUM MENGUNGKAP AIB SESEORANG
Pada dasarnya diharamkan bagi seorang muslim mengungkapkan aib saudaranya karena ini termasuk kedalam perbuatan ghibah, yaitu mengungkapkan aib saudaranya sesame muslim pada saat orang itu tidak ada dihadapannya dan saudaranya itu tidak menyukainya jika berita tersebut sampai kepadanya tanpa adanya suatu keperluan.
Para ulama mengharamkan ghibah ini jika dilakukan tanpa adanya suatu kepentingan bahkah termasuk kedalam kategori dosa besar, sebagaimana disebutkan didalam firman Allah swt :
َูุง ุฃََُّููุง ุงَّูุฐَِูู ุขู َُููุง ุงุฌْุชَِูุจُูุง َูุซِูุฑًุง ู َِّู ุงูุธَِّّู ุฅَِّู ุจَุนْุถَ ุงูุธَِّّู ุฅِุซْู ٌ ََููุง ุชَุฌَุณَّุณُูุง ََููุง َูุบْุชَุจ ุจَّุนْุถُُูู ุจَุนْุถًุง ุฃَُูุญِุจُّ ุฃَุญَุฏُُูู ْ ุฃَู َูุฃَُْูู َูุญْู َ ุฃَุฎِِูู ู َْูุชًุง ََููุฑِْูุชُู ُُูู َูุงุชَُّููุง ุงََّููู ุฅَِّู ุงََّููู ุชََّูุงุจٌ ุฑَّุญِูู ٌ
Artinya : “Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat : 12)
Didalam shahih Muslim dari hadits al ‘Ala bin Abdurrahman dari ayahnya dari Abu Hurairoh bahwa Nabi saw bersabda,”Tahukah kalian apa itu ghibah?’ para sahabat bertanya,”Allah dan Rasul-Nya lah yang mengetahuinya.” Beliau saw bersabda,”Engkau menyebutkan apa-apa yang tidak disukai oleh saudaramu.’ Beliau saw ditanya,’Apa pendapatmu, jika pada saudaraku itu benar ada apa yang aku katakan?’ beliau saw bersabda,’Jika apa yang engkau katakan itu benar (ada pada saudaramu) maka sungguh engkau telah melakukan ghibah dan jika apa yang engkau katakana itu tidak benar maka engkau telah berdusta.”
Namun ghibah atau menyebutkan aib saudaranya untuk suatu kepentingan maka dibolehkan, dan diantara hal-hal yang dibolehkannya ghibah adalah :
1.Adanya unsur kezhaliman.
Dibolehkan bagi seorang yang dizhalimi untuk mengadukannya kepada penguasa atau hakim atau orang-orang yang memiliki wewenang atau orang yang memiliki kemampuan untuk menghentikan kezhaliman orang yang berbuat zhalim itu kemudian orang itu mengatakan,”Sesungguhnya si A telah merzhalimiku, dia telah berbuat ini kepadaku, dia telah mengambil itu dariku atau sejenisnya.”
2.Meminta pertolongan untuk menghentikan kemunkaran dan mengembalikan orang-orang yang berbuat maksiat kepada kebenaran dengan penjelasannya yang mengatakan kepada orang yang diharapkan kesanggupannya untuk menghilangkan kemunkaran dengan mengatakan,”Si A melakukan ini dan itu maka cegahlah dia, atau perkataan sejenisnya.” Maksudnya adalah untuk menghilangkan kemunkaan dan jika tidak ada maksud yang demikian maka diharamkan.
3.Meminta fatwa, seperti penjelasannya kepada seorang mufti,”Ayahku telah menzhalimiku atau saudaraku atau fulan dengan perbuatan ini. Adakah balasannya ? Bagaimana caranya untuk melepaskan diri dari perbuatan itu dan mendapatkan hakku serta mencegah kezhaliman itu terhadapku?’ atau perkataan-perkatan seperti itu, maka hal ini dibolehkan untuk suatu kepentingan.
Namun yang lebih baik baginya adalah dengan mengatakan,”Bagaimana pendapatmu tentang seorang laki-laki yang melakukan perbuatan ini dan itu, atau seorang suami atau istri yang melakukan ini dan itu atau sejenisnya.” Ia hanya menyampaikan substansinya tanpa menyebutkan orangnya meski jika menyebutkan orangnya pun dibolehkan, berdasarkan hadits Hindun yang mengatakan,”Wahai Rasulullah saw sesungguhnya Abu Sofyan adalah seorang yang kikir…” dan Rasulullah saw tidaklah melarang Hindun.
4.Memberikan peringatan kepada kaum muslimin dari keburukan dan kejahatannya. Hal itu dalam lima bentuk sebagaimana disebutkan Imam Nawawi :
a. Mengungkapkan ‘cacat’ para perawi dan saksi yang memiliki cacat, ini dibolehkan menurut ijma’ bahkan diwajibkan demi menjaga syariah.
b. Memberitahukan dengan cara ghibah saat bermusyawarah dalam permasalahan keluarga besan, atau yang lainnya.
c . Apabila engkau menyaksikan orang yang membeli sesuatu yang mengandung cacat atau sejenisnya lalu engkau mengingatkan si pembeli yang tidak mengetahui perihal itu sebagai suatu nasehat baginya bukan bertujuan menyakitinya atau merusaknya.
c. Apabila engkau menyaksikan seorang yang faqih, berilmu berkali-kali melakukan perbuatan fasiq atau bid’ah sedangkan orang itu menjadi rujukan ilmu sementara kemudharatan yang ada didalam perbuatan itu masih tersembunyi maka hendaklah engkau menasehatinya dan menjelaskan perbuatannya itu dengan tujuan memberikan nasehat.
d. Terhadap seorang yang memiliki kekuasaan (amanah) yang tidak ditunaikan sebagaimana mestinya dikarenakan dirinya tidak memiliki kemampuan atau karena kefasikannya maka hendaklah hal itu diungkapkan kepada orang yang memiliki wewenang atau kemampuan untuk menggantikan orang tersebut dengan orang lain yang lebih mampu, tidak mudah tertipu dan istiqomah.
5.Apabila kefasikan atau bid’ah yang dilakukannya sudah tampak terang maka dibolehkan mengungkapkan yang tampak terang itu saja dan tidak dibolehkan baginya mengungkapkan aib-aib selain itu kecuali jika ada sebab lainnya.
6.Sebagai pengenalan atau pemberitahuan… apabila seseorang telah dikenal dengan gelar si Rabun, si Pincang, si Biru, si Pendek, si Buta, si Buntung atau sejenisnya maka dibolehkan baginya untuk mengenalkannya dengan perkataan itu dan diharamkan menyebutkannya dengan maksud menghinakannya akan tetapi jika dimungkinkan untuk pengenalannya dengan selain gelar-gelar itu maka hal ini lebih utama. (al Mausu’ah al Fiqhiyah juz II hal 1145 – 1146)
Dengan demikian dibolehkan mengungkapkan aib korupsi yang dilakukan para pejabat dikarenakan adanya kemaslahatan didalamnya yaitu untuk menghentikan kezhalimannya yang dapat merugikan negara dan menyengsarakan masyarakat dan agar para pejabat lainnya tidak melakukan perbuatan itu atau pun agar pejabat itu diganti dengan pejabat lainnya yang lebih baik dan amanah.
3⃣Lola Cantik..
Jika dalam berukhuwah, ad saudara kita yg melakukan kesalahan. Kita sudah menegurnya namun orang nya tetap tidak mau mengakui kesalahan nya.. Selalu ad pembenaran.. Apa yg harus kita lakukan mi.
*Jawaban*
Biarin aja
Nabi Nuh aja ingetin kan'an g bs ya udah
Cukup sekian.
๐ Closing Statement๐
Cinta sejati terhadap sahabat ukhrowi tak sebatas dia selalu baik hati kadang sempat terselip benci namun segera kembali saling menyayangi.
๐ป๐ป๐ป
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
WAG :
1. Telaga Surga 1&2
2. Telaga Surga Junior
FB : Telaga Surga
IG : Telaga_Surga
Youtube : Telaga Surga
https://www.youtube.com/channel/UCNtL_tIUaF10G8OTR67jlHA
Blog : http://telagasurga17.blogspot.co.id/
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
๐คModerator : Sholcan *Lola*
๐Notulis : Sholcan *Asri*
๐น๐ฆ
๐ Ahad, 4 Februari 2018
⏰ 19.30 wib
๐ Roller Coaster Dakwah
๐ง๐ปUstadzah Rochma Yulika
๐ Materi ๐
Roller Coaster Dakwah
Oleh : Bunda Rochma Yulika
Smg allah berkahi langkah perjalana hidup kita...
Allah senantiasa memudahkan langkah dan urusan kita. Jalan dakwah tak selamanya lurus, mulus dan halus
Apalagi berharap selalu bertabur wewangian dan aroma semerbak, sangatlah mustahil.
Karna sudah menjadi sunnatullah bahwa dakwah itu dipenuhi dg tantangn, rintangan, bahkan berjumpa dg kesulitan2.
Seeperti apa senandung cinta para pejuang? Inilah penggalan lirik nasyid pejuang Ikhwanul Muslimin, "Laa tas aluuni an hayati, fa hiya asrarul hayah. Hiya minhatun hiya minhatun, hiya alamun min umniyat. Qad bi'tuba lillahi tsumma madhaitu fii rakibil huda..."
(Janganlah engkau tanya tentang jalan hidupku. Di jalan ini terdapat rahasia kehidupan. Ia adalah karunia sekaligus ujian. Ia adalah dunia cita-cita. Aku telah menjual hidup ini kepada Allah, kemudian aku berlalu bersama pemberi petunjuk....)
Roller coster dakwah, istilah yang didapat selintas lepas kala menyikapi keadaan yang tidak menyamankan. Dalam kondisi ini biasanya detak jantuk lebih kencang, adrenalin pun memuncak. Geram, sedih, gregatan dan semacamnya. Keadaan seperti ini sebenarnya biasa dalam lika liku perjalanan dakwah.
Ada perbedaan pendapat, friksi atau pun ide bahkan perdebatan yang sengit sangat mungkin terjadi. Kondisi seperti ini akan memunculkan emosi yang meluap. Bahkan antar kader dakwah bisa adu mulut dan terjadi perselisihan.
Ketika menyadari bahwa jalan menuju surga dipenuhi oleh godaan setan sang durjana, menyikapi keadaan ini dengan mengedepankan sikap salamusshadr. Orang Jawa bilang legawa. Berlapang dada dan mencoba menerima keadaan sebagai sarana pembelajaran.
Maka kesiapan psikologis dalam menjalani kebersamaan di jalan dakwah ini harus ada. Belajar dan terus memahami tabiat teman seperjuangan dan karakter jalan dakwah itu sendiri yang tidak lepas dari ujian.
Dakwah selalu mengajarkan bagaimana kami selalu meluruskan niat menuju Allah.
Dakwah pun selalu menuntun hati kami agar terjaga semuanya hanya karena Allah.
Bukan karena manusia siapa pun mereka.
Di jalan dakwah kami belajar bagaimana menjadi pribadi pemaaf ketika diantara kami ada yang berbuat khilaf.
Jalan dakwah ini mengajarkan bahwa kami hanya kumpulan manusia biasa.
Terkadang menemui kegundahan di rasa, kadang juga ketidaknyamanan suasana, justru saat itulah kita belajar dan terus memahami.
Selalu mengawali dengan prasangka baik dengan tidak menafikan kehati-hatian sudah menjadi keniscayaan. Tidak segera memberi kesimpulan selintas dari yang terlihat.
Belajar bagaimana Nabi Musa dan Nabi Khidir. Sesuatu yang dzahir belum bisa menggambarkan apa yang sejatinya terjadi. Butuh sabar mencermati dari apa yang diamati. Bahkan sebelum tergesa menyimpulkan apa yang terlintas, mari kita tilik hati ini agar menjadi pribadi yang tak mudah menyalahkan.
Jalan dakwah selalu mengajarkan kami, bahwa ketika hadir rasa kecewa itu adalah hal yang biasa. Rasa sakit hati pun juga biasa. Namun ada yang luar biasa mengubah segala rasa menjadi sarana muhasabah agar terlahir pribadi yang indah.
Untuk saudaraku yang berada di jalan dakwah. Mari kita senantiasa bergandengan tangan untuk semakin merekatkan ukhuwah indah ini. Jangan biarkan nafsu setan menguasai hati. Semoga tak ada lagi rasa benci dan tinggi hati.
Kita akan berjalan bersama. Kita akan merenda asa yakni terwujudmya peradaban yang mulia. Uhibukum fillah....
Meski yang menghubungkanku dengan orang lain hanya seutas benang, maka akan kujaga jalinannya. Bila ia mengendurkan aku akan mengencangkan, dan bila ia mengencangkan aku akan mengendurkannya hingga tak putus ikatannya.” Kata itu sederhana tapi teramat dalam maknanya. Terucap dari seorang bangsawan yang tak perlu diragukan kemuslimannya, Muawiyah ibnu Sufyan. Inilah seni berteman. Menjaga, merawat, memelihara jauh lebih sulit jika kita akan mengawali pertemanan dan persaudaraan. Mengawali sangat mudah karena kita masih tahu sisi-sisi baiknya saja. Benturan belum ada, keasliannya belum nampak. Yang nampak baru sedikit yang indah-indah saja.
Ada sebuah nasihat dr ibnul Qoyyim Al Jauzi. Ukhuwwah itu hanya sekedar buah dari keimanan kita kepada Allah. Jadi jk ukhuwwahnya bermasalah mari kita evaluasi keimanan kita kepada Nya. Efek dr hubungan baik kt dg yg ada di langit secara langsung berefek pada baiknya keterhububungan kita dengan bumi.
WASPADALAH Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna mengingatkan:
"Wahai Ikhwan, sungguh aku sama sekali tak khawatir jika seluruh dunia bersatu untuk melibas kalian. Sebab dengan izin Allah, kalian lebih kuat daripada mereka. Tapi aku khawatirkan 2 hal menimpa kalian:
1. Aku khawatir kalian melupakan Allah, hingga Allah membiarkan kalian.
2. Atau kalian melupakan ikhwah-ikhwah, hingga akhirnya satu sama lain saling memperdayai."
Bila senantiasa bermasalah, tak perlu susah-susah mencari siapa yang memulai salah. CEK SAJA IMANMU. disitulah sejatinya ukhuwah. tak perlu memperpanjang masalah. Lihatlah di hatimu terdalam. lihatlah.... betapa keburukanmu, kebusukanmu, segala aibmu.... Allah telah maafkan. lantas mengapa begitu sulit kita memaafkan saudara kita???
Mari kita jaga ukhuwah karena Allah..
Jangan pernah kita rusak dengan segala kesalahfahaman tanpa adanya tabayun atau klarifikasi terlebih dahulu.
Semua hanya karena Allah....
Semua hanya karena Allah....
Al-Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata :
Wahai manusia, sesungguhnya aku tengah menasihati kalian, dan bukan berarti aku orang yang terbaik di antara kalian, bukan pula orang yang paling shalih di antara kalian.
Sungguh, akupun telah banyak melampaui batas terhadap diriku. Aku tidak sanggup mengekangnya dengan sempurna, tidak pula membawanya sesuai dengan kewajiban dalam menaati Rabb-nya.
Andaikata seorang muslim tidak memberi nasihat kepada saudaranya kecuali setelah dirinya menjadi orang yang sempurna, niscaya tidak akan ada para pemberi nasihat.
Akan menjadi sedikit jumlah orang yang mau memberi peringatan dan tidak akan ada orang-orang yang berdakwah di jalan Allah ‘Azza wa Jalla, tidak ada yang mengajak untuk taat kepada-Nya, tidak pula melarang dari memaksiati-Nya.
Namun dengan berkumpulnya ulama dan kaum mukminin, sebagian memperingatkan kepada sebagian yang lain, niscaya hati-hati orang-orang yang bertakwa akan hidup dan mendapat peringatan dari kelalaian serta aman dari lupa dan kekhilafan.
Maka terus meneruslah berada pada mejelis-mejelis dzikir (mejelis ilmu), semoga Allah ‘Azza wa Jalla mengampuni kalian. Bisa jadi ada satu kata yang terdengar dan kata itu merendahkan diri kita namun sangat bermanfaat bagi kita. Bertaqwalah kalian semua kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan muslim.
*(Mawai’zh lil Imam Al-Hasan Al-Bashri, hal.185-187)
wallahu a'lam bisshawwab
๐ Tanya Jawab ๐
Pertanyaan
1⃣. Ria
Bgm cara utk menempatakn rasa husnudzon antar sesama aktivis dkwah dengan tepat ketika diantra kita mnemui kekecewaan.
*Jawaban*
⬇⬇⬇
Sadari apa yg terjadi tidak lepas dari takdir, begitulah adanya iman. Sakit hal biasa, kecewa pun jg biasa. Ingatlah spt apa kisah para nabi yang menempati tmpt mulia saja diuji, disakiti, bahkan difitnah.
Bertanyalah pada hatimu. Kita ini siapa? Layakkah kita disejajarkan dg para Nabi dan Rasul?
Jauh dan sangat jauh. Berbaik sangka lah atas yg tjd. Sediakan selalu ruang di hati utk.hal yg tidak menyamankan.
Lihat saja di rmh kita. Tak semua ruangan nyaman utk tdr bukan?
Ada ruangan spt kamar mandi yg kt gunakan utk membersihkan diri dan membuang kotoran. Begitulah islam mwngajarkan.
2⃣Haifa
Ketika kita ingin mengembalikan ukhuwah yg hampir hancur.... tp dibalik itu semua, kita mesti hadapi terjalan2.. sampe dibilang kita buka aib.. nah apa niat ukhuwah kita kotor und... lalu bagaimana menyikapi itu semua.. padahal kita mau berukhuwah tidak hanya didunia saja.. melainkan sampe surgany kelak
๐ขhs is haifa sholihah ☺
*Jawaban*
⬇⬇⬇
Rektor Universitas Islam Tamiang (UIT) Muzakir Samidan, Kamis (15/8/2013) dilaporkan ke Polres Langsa terkait isi khotbah Shalat Id 1434 Hijriah yang disampaikannya di Gampong Sidorejo, Kecamatan Langsa Lama.
Di antara isi khotbah yang disampaikan Muzakir adalah "wartawan semuanya penghuni neraka karena menulis aib orang lain, seperti orang yang korupsi atau keburukan lainnya". “Kecuali jika wartawan yang menulis keburukan orang lain itu meminta maaf kepada orang dibongkar aibnya tersebut,” kata Muzakir Samidan dalam khotbahnya tersebut. (ACEH, KOMPAS.com — ACEH, KOMPAS.com )
Pernyataan rektor itu menarik sekali. Pertanyaannya kepada Pak Rektor adalah, apakah Jaksa, Polisi, Juru Bicara KPK, yang selalu memaparkan “aib” tersangka tindak kejahatan juga calon penghuni neraka?
Karena saya awam di bidang ilmu fiqih, berikut saya angkat pendapat Bapak KH. M. Quraish Shihab (M.Quraish Shihab Menjawab, hlm 618) yang diunggah Kamis, 08 Agustus 2013 oleh Sdr. khong jinhu
HUKUM MENGUNGKAP AIB SESEORANG
Pada dasarnya diharamkan bagi seorang muslim mengungkapkan aib saudaranya karena ini termasuk kedalam perbuatan ghibah, yaitu mengungkapkan aib saudaranya sesame muslim pada saat orang itu tidak ada dihadapannya dan saudaranya itu tidak menyukainya jika berita tersebut sampai kepadanya tanpa adanya suatu keperluan.
Para ulama mengharamkan ghibah ini jika dilakukan tanpa adanya suatu kepentingan bahkah termasuk kedalam kategori dosa besar, sebagaimana disebutkan didalam firman Allah swt :
َูุง ุฃََُّููุง ุงَّูุฐَِูู ุขู َُููุง ุงุฌْุชَِูุจُูุง َูุซِูุฑًุง ู َِّู ุงูุธَِّّู ุฅَِّู ุจَุนْุถَ ุงูุธَِّّู ุฅِุซْู ٌ ََููุง ุชَุฌَุณَّุณُูุง ََููุง َูุบْุชَุจ ุจَّุนْุถُُูู ุจَุนْุถًุง ุฃَُูุญِุจُّ ุฃَุญَุฏُُูู ْ ุฃَู َูุฃَُْูู َูุญْู َ ุฃَุฎِِูู ู َْูุชًุง ََููุฑِْูุชُู ُُูู َูุงุชَُّููุง ุงََّููู ุฅَِّู ุงََّููู ุชََّูุงุจٌ ุฑَّุญِูู ٌ
Artinya : “Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat : 12)
Didalam shahih Muslim dari hadits al ‘Ala bin Abdurrahman dari ayahnya dari Abu Hurairoh bahwa Nabi saw bersabda,”Tahukah kalian apa itu ghibah?’ para sahabat bertanya,”Allah dan Rasul-Nya lah yang mengetahuinya.” Beliau saw bersabda,”Engkau menyebutkan apa-apa yang tidak disukai oleh saudaramu.’ Beliau saw ditanya,’Apa pendapatmu, jika pada saudaraku itu benar ada apa yang aku katakan?’ beliau saw bersabda,’Jika apa yang engkau katakan itu benar (ada pada saudaramu) maka sungguh engkau telah melakukan ghibah dan jika apa yang engkau katakana itu tidak benar maka engkau telah berdusta.”
Namun ghibah atau menyebutkan aib saudaranya untuk suatu kepentingan maka dibolehkan, dan diantara hal-hal yang dibolehkannya ghibah adalah :
1.Adanya unsur kezhaliman.
Dibolehkan bagi seorang yang dizhalimi untuk mengadukannya kepada penguasa atau hakim atau orang-orang yang memiliki wewenang atau orang yang memiliki kemampuan untuk menghentikan kezhaliman orang yang berbuat zhalim itu kemudian orang itu mengatakan,”Sesungguhnya si A telah merzhalimiku, dia telah berbuat ini kepadaku, dia telah mengambil itu dariku atau sejenisnya.”
2.Meminta pertolongan untuk menghentikan kemunkaran dan mengembalikan orang-orang yang berbuat maksiat kepada kebenaran dengan penjelasannya yang mengatakan kepada orang yang diharapkan kesanggupannya untuk menghilangkan kemunkaran dengan mengatakan,”Si A melakukan ini dan itu maka cegahlah dia, atau perkataan sejenisnya.” Maksudnya adalah untuk menghilangkan kemunkaan dan jika tidak ada maksud yang demikian maka diharamkan.
3.Meminta fatwa, seperti penjelasannya kepada seorang mufti,”Ayahku telah menzhalimiku atau saudaraku atau fulan dengan perbuatan ini. Adakah balasannya ? Bagaimana caranya untuk melepaskan diri dari perbuatan itu dan mendapatkan hakku serta mencegah kezhaliman itu terhadapku?’ atau perkataan-perkatan seperti itu, maka hal ini dibolehkan untuk suatu kepentingan.
Namun yang lebih baik baginya adalah dengan mengatakan,”Bagaimana pendapatmu tentang seorang laki-laki yang melakukan perbuatan ini dan itu, atau seorang suami atau istri yang melakukan ini dan itu atau sejenisnya.” Ia hanya menyampaikan substansinya tanpa menyebutkan orangnya meski jika menyebutkan orangnya pun dibolehkan, berdasarkan hadits Hindun yang mengatakan,”Wahai Rasulullah saw sesungguhnya Abu Sofyan adalah seorang yang kikir…” dan Rasulullah saw tidaklah melarang Hindun.
4.Memberikan peringatan kepada kaum muslimin dari keburukan dan kejahatannya. Hal itu dalam lima bentuk sebagaimana disebutkan Imam Nawawi :
a. Mengungkapkan ‘cacat’ para perawi dan saksi yang memiliki cacat, ini dibolehkan menurut ijma’ bahkan diwajibkan demi menjaga syariah.
b. Memberitahukan dengan cara ghibah saat bermusyawarah dalam permasalahan keluarga besan, atau yang lainnya.
c . Apabila engkau menyaksikan orang yang membeli sesuatu yang mengandung cacat atau sejenisnya lalu engkau mengingatkan si pembeli yang tidak mengetahui perihal itu sebagai suatu nasehat baginya bukan bertujuan menyakitinya atau merusaknya.
c. Apabila engkau menyaksikan seorang yang faqih, berilmu berkali-kali melakukan perbuatan fasiq atau bid’ah sedangkan orang itu menjadi rujukan ilmu sementara kemudharatan yang ada didalam perbuatan itu masih tersembunyi maka hendaklah engkau menasehatinya dan menjelaskan perbuatannya itu dengan tujuan memberikan nasehat.
d. Terhadap seorang yang memiliki kekuasaan (amanah) yang tidak ditunaikan sebagaimana mestinya dikarenakan dirinya tidak memiliki kemampuan atau karena kefasikannya maka hendaklah hal itu diungkapkan kepada orang yang memiliki wewenang atau kemampuan untuk menggantikan orang tersebut dengan orang lain yang lebih mampu, tidak mudah tertipu dan istiqomah.
5.Apabila kefasikan atau bid’ah yang dilakukannya sudah tampak terang maka dibolehkan mengungkapkan yang tampak terang itu saja dan tidak dibolehkan baginya mengungkapkan aib-aib selain itu kecuali jika ada sebab lainnya.
6.Sebagai pengenalan atau pemberitahuan… apabila seseorang telah dikenal dengan gelar si Rabun, si Pincang, si Biru, si Pendek, si Buta, si Buntung atau sejenisnya maka dibolehkan baginya untuk mengenalkannya dengan perkataan itu dan diharamkan menyebutkannya dengan maksud menghinakannya akan tetapi jika dimungkinkan untuk pengenalannya dengan selain gelar-gelar itu maka hal ini lebih utama. (al Mausu’ah al Fiqhiyah juz II hal 1145 – 1146)
Dengan demikian dibolehkan mengungkapkan aib korupsi yang dilakukan para pejabat dikarenakan adanya kemaslahatan didalamnya yaitu untuk menghentikan kezhalimannya yang dapat merugikan negara dan menyengsarakan masyarakat dan agar para pejabat lainnya tidak melakukan perbuatan itu atau pun agar pejabat itu diganti dengan pejabat lainnya yang lebih baik dan amanah.
3⃣Lola Cantik..
Jika dalam berukhuwah, ad saudara kita yg melakukan kesalahan. Kita sudah menegurnya namun orang nya tetap tidak mau mengakui kesalahan nya.. Selalu ad pembenaran.. Apa yg harus kita lakukan mi.
*Jawaban*
Biarin aja
Nabi Nuh aja ingetin kan'an g bs ya udah
Cukup sekian.
๐ Closing Statement๐
Cinta sejati terhadap sahabat ukhrowi tak sebatas dia selalu baik hati kadang sempat terselip benci namun segera kembali saling menyayangi.
๐ป๐ป๐ป
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
WAG :
1. Telaga Surga 1&2
2. Telaga Surga Junior
FB : Telaga Surga
IG : Telaga_Surga
Youtube : Telaga Surga
https://www.youtube.com/channel/UCNtL_tIUaF10G8OTR67jlHA
Blog : http://telagasurga17.blogspot.co.id/
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
๐คModerator : Sholcan *Lola*
๐Notulis : Sholcan *Asri*
๐น๐ฆ
Komentar
Posting Komentar